ikatan rumit

32K 1.8K 6
                                    

Kedatangan Alvin membuat Arga tak bisa bicara dengan Molly malam itu. Padahal banyak yang ingin Arga tanyakan dan katakan, begitupula dengan Molly.

Seperti yang dikatakan semalam oleh Alvin, bahwa untuk menjadi anggota eskul seni harus dapat memberikan karya sesuai bidang yang ingin ditekuni.

Molly pusing memikirkan lukisan apa yang ingin dia tuangkan ke dalam kanvas. Yang terlintas dipikirkannya hanya ada Arga. Ia tak mengelak bahwa dirinya rindu akan sosok pria yang telah menjadi mahasiswa itu. Masa pubernya belum selesai sepertinya.

''Kenapa senyum-senyum sendiri?'' tanya Lolita memegang bungkusan berisi keripik kentang.

Molly menggeleng lalu memasukkan tangannya dalam bungkusan yang dipegang Lolita. ''Tidak apa-apa,'' jawab Molly.

''Oh ya tadi aku ketemu sama Alvin, dia meminta fotomu.'' Ucapan Lolita membuat mata Molly melotot seketika.

''Dan kau kasih?''

Lolita mengangguk pelan menyadari Molly yang sepertinya tidak terima. ''Iya soalnya dia bantuin anak mading buat dekor, ternyata dia jago lukis.''

''Mau apa dia dengan fo---''

Belum sempat Molly menyelesaikan perkataannya, kakinya sudah berlari menuju sebuah tempat. Kelas Alvin.

Kayaknya pernah lihat dia masuk ke sini? batin Molly menatap kelas bertuliskan X-4.

Sedetik kemudian kelas X-4 dimasuki oleh Molly. Beberapa siswa-siswi terdiam menatap Molly dan sebagian lagi tidak peduli atau tidak menyadari bahwa Molly bukan bagian mereka.

''Mana Alvin?'' tanya Molly pada siswa yang duduk di depan. Matanya belum menangkap sosok Alvin.

Siswa di depan menunjuk ke arah pojok ruangan kelas. Dilihat Molly dengan menyipitkan matanya bahwa Alvin duduk dengan seseorang yang memakai rok. Seorang siswi.

''Hei!'' seru Molly menghampiri Alvin yang langsung bangkit dari tempat duduknya.

Siswi yang bersama Alvin ikut bangkit. ''Kenapa lo nolak gue?'' ucap siswi itu menatap Alvin dan yang ditatap malah menatap Molly.

Molly yang merasa familier dengan situasi seperti ini. Setelah berusaha mengingat akhirnya ia sadar. Bukannya geer atau apa yang akan terjadi selanjutnya. Tetapi mencegah lebih baik dari apapun. Molly memilih berjalan pergi, namun tangannya dijegal oleh seseorang yang dapat ia tebak.

''Kenapa kau di sini?'' tanya Alvin masih memegang tangan Molly.

''Nanti saja, selesaikan dulu urusanmu,'' jawab Molly tanpa berbalik.

''Siapa dia?'' kini terdengar suara seorang perempuan yang Molly yakini adalah siswi tadi.

Dengan sekali hentakan Molly berhasil melepaskan tangannya dari tangan Alvin dan berjalan keluar kelas. Situasi tadi membuatnya bergidik ngeri.

Molly berhenti berjalan di depan ruang UKS. Ingatan di masa lalu masih begitu membekas dalam kepalanya, seolah baru terjadi kemarin.

''Jadi kenapa senior ke kelasku?'' tanya Alvin datang lalu men-sejajarkan dirinya dengan Molly. Ia memakai panggilan senior.

''Soal foto yang diberikan Lolita,'' ucap Molly membuka telapak tangannya.

Alvin berpikir sejenak. ''Lalu kenapa kau keluar?'' tanya Alvin mengabaikan masalah foto. Dan kini beralih memanggil kau.

''Akan sangat aneh jika aku melihat dan menunggumu dalam situasi seperti itu,'' balas Molly seadanya.

Alvin mendekatkan diri ke Molly. ''Apa kau cemburu?''

Pertanyaan Alvin langsung mendapat kekehan dari Molly. ''Kenapa harus cemburu, aku hanya teringat masa lalu dengan situasi seperti itu,'' ujar Molly kalau boleh sedikit jujur.

''Apa senior pernah nembak lalu ditolak?'' Molly yang mendengar kata ditolak langsung membulatkan matanya, namun sesaat kemudian berusaha kembali normal.

''Bukan begitu, kau tak akan percaya jika kuceritakan,'' ucap Molly lalu menghela napas.

''Apa orang itu adalah pria semalam?'' kali ini pertanyaan Alvin membuat Molly terdiam.

''Sepertinya benar, dia pasti sangat luar biasa, mampu membuat senior terdiam seperti ini.'' Entah itu terdengar seperti pujian atau ledekan atau mungkin kekecewaan?

Alvin memberikan ponselnya kepada Molly. ''Akan kuambil saat jam istirahat, gak pakai pin kok.'' Usai berkata seperti itu Alvin lalu kembali ke kelasnya. Meninggalkan Molly yang beralih menatap ponsel milik Alvin.

Molly akhirnya kembali ke kelasnya sambil memegang ponsel Alvin. Pelajaran jam kedua---kimia dan gurunya belum datang, menyebabkan kelas Molly begitu berisik.

''Itu ponsel siapa?'' Tanya Lolita melihat sebuah benda yang dipegang Molly yang ia tahu bukan milik sahabatnya itu.

''Alvin,'' jawab singkat Molly lalu duduk di kursinya. Jarinya perlahan mengusap ponsel model touch-screen itu. Setelah menekan tab foto, terteralah semua foto milik Alvin. Kebanyakan foto pemandangan alam atau sejenisnya dan lukisan abstrak, hanya beberapa foto Alvin sendiri. Setelah beberapa kali teralihkan, Molly mendapat fotonya lalu menghapusnya. Baru akan menutup ponsel itu, tiba-tiba sebuah foto menarik perhatiannya.

Sebuah foto Alvin dengan seseorang yang ia kenal.

''Kak David?'' gumam Molly kaget.

Jam istirahat tiba juga, seperti biasa Molly dan Lolita akan ke kantin untuk mengisi perutnya. Molly masih penasaran akan hubungan Alvin dan David, oh ya Arga juga, kan David masih saudaraan dengan Arga. Tapi kenapa saat Alvin bertemu Arga semalam, seperti orang yang tak saling kenal.

''Apa sudah selesai?'' Alvin datang dan duduk di samping Molly.

Molly mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam saku roknya dan meletakkannya di atas meja. ''Kalau minta foto orang harus sama pemiliknya,'' ucap Molly mendapat kekehan dari Lolita.

''Tadi aku ... buka folder foto dan nemu foto kau sama Kak David, apa kalian saling kenal?'' tanya Molly pelan.

''Oh,'' Alvin hanya ber-oh ria lalu menggigit roti yang tersedia di meja.

''Dia sepupuku,'' tambah Alvin menatap Molly.

''Berarti Arga....''

''Tentu saja, dia juga,'' ujar Alvin membantu Molly menyelesaikan kalimatnya.

''Tapi kenapa kalian seperti tidak saling kenal?'' Molly penasaran sedikit mendekatkan diri ke Alvin.

''Apa perlu kita bahas Arga agar kau maju selangkah denganku?'' lagi-lagi Alvin mengalihkan arah pembicaraan.

''Sudahlah, aku masih tidak percaya ini.'' Molly yang awalnya ingin kembali ke posisi semula ditahan oleh Alvin yang memegang lengannya.

''Mungkin dia lupa denganku, kami sudah hampir tiga tahun tidak bertemu dan foto yang kau temukan itu empat bulan lalu saat aku bertemu Kak David di Roma,'' jelas Alvin tak mau Molly menjauh. Jadi mau tidak mau ia harus bercerita.

Molly hanya mengangguk dan Lolita mengedikkan bahunya tak peduli. Tetapi bertemu tiga tahun tidak akan membuatmu lupa dengan keluargamu sendiri bukan?

''Memang apa hubunganmu sebenarnya dengan Arga?'' Tanya Alvin menatap dalam Molly.

''Ehhmm, kami—''

''Arga adalah mantan pacar Molly atau masih pacarnya?' sahut Lolita sendiri tak yakin dan menggantikan Molly menjawab pertanyaan Alvin yang cukup sensitif.

Alvin terdiam lalu melihat ke bawah—menatap roti di meja. ''Apa kau masih menyukainya?'' tanya Alvin membuat Molly kini ikut menatap Alvin. Dengan posisi itu, wajah Molly dan Alvin begitu dekat.

''Hmm, aku masih menyukainya,'' jawab Molly malu-malu beralih menatap jari-jarinya.

Alvin lalu bangkit dan menepuk bahu Molly. ''Berarti perjuangan masih panjang.''

Molly menaikkan alisnya, mencoba mengerti maksud perkataan Alvin. Ia benar-benar bingung akan adik kelasnya itu, apalagi saat memanggilnya. Sebentar senior, sebentar kau.



***


Be My Girl, I'm Yours Be Mine?Donde viven las historias. Descúbrelo ahora