berhibernasi

45.4K 2.4K 13
                                    

Molly dari mulai masuk sekolah sampai ke kelasnya tak henti-hentinya menutupi muka dengan buku atau kedua tangannya. Pandangan murid yang terkekeh saat melihatnya membuat pipinya memerah.

''Salah sendiri, pingsan di atas panggung setelah dinyanyiin romantis,'' ejek Lolita terkekeh.

''Aku benar-benar malu saat itu dan kurasa lututku melemas,'' balas Molly mengelak.

''Jadi itu semacam syndrom anti romance,'' ucap Lolita menggoda Molly.

''Apaan sih.'' Molly mengalihkan pandangannya keluar jendela.

''Bertemu dengannya saja aku tak sanggup,'' lanjut Molly menarik nafas.

''Bertemu apa? Semua anak kelas tiga hari ini pindah ke sebuah asrama untuk persiapan ujian, kau tak tahu?'' tanya Lolita dan seketika Molly keluar dari kelas menuju area kelas tiga dan benar saja. Semua ruangan yang biasanya diisi oleh anak kelas tiga kini telah kosong.

SMA Pelita Bangsa memang selalu mengirim semua murid yang sudah kelas tiga setelah semester ganjil untuk pergi ke sebuah asrama milik sekolah. Di sana mereka akan melakukan kegiatan pembelajaran untuk nilai semester genap sekaligus les untuk UAS dan UN. Hal itu akan berlangsung selama tiga bulan, lalu mereka akan kembali saat hari ujian, baik UAS maupun UN.

Molly berjalan kembali ke kelasnya dengan perasaan hampa. Arga pergi begitu saja tanpa mengucapkan kata selamat tinggal sekalipun, bagaimana mungkin ia bisa berpikir bahwa Arga benar-benar menyukainya?

''Coba gunakan waktumu saat ini buat menentukan sebenarnya kau itu suka sama Kak Arga atau Kak Canon,'' ujar Lolita memandang serius Molly.

''Tentu saja Kak Canon, soal kejadian kemarin siapa sih yang tidak berdebar jika dinyanyiin gitu sama Kak Arga,'' jawab Molly tampak berpikir.

''Hahaha, kau salah Molly, debaran sama jatuh cinta itu beda. Debaran akan hilang dengan hilangnya sesuatu yang membuatnya berdebar. Tentu kemarin saat Kak Arga bernyanyi kau merasakan seluruh darah berpacu dalam jantungmu, tetapi saat sosok itu hilang? Semuanya menghilang.''

''Beda dengan jatuh cinta. Saat dia ada atau tidak ada, hatimu akan selalu mencarinya, memikirkannya dan saat itu pula jantungmu berdebar, karena hatimu seolah terikat satu dengan debaran itu,'' ucap Lolita begitu puitis, walau terdengar alay,  tetapi ada benarnya juga. Karena jika telah menyangkut perasaan maka kata-kata tak mampu menjelaskan.

''Tapi dia pergi begitu saja, bahkan aku sendiri tak yakin dengan perasaannya saat ini,'' ujar Molly membuat Lolita geram.

''Molly, kau tahu, siapa yang membawamu pulang semalam?''

''Menjagamu semalaman walau keesokan harinya harus bersiap-siap pergi, mencemaskanmu sepanjang perjalanan, dan....'' Lolita terlihat tak sanggup berkata-kata tentang bagaimana Arga memandang Molly.

''Dia memberiku ini, bacalah,'' ucap Lolita bangkit setelah memberi Molly sebuah surat.

''Aku pergi dulu, nanti kau gengsi lagi nangis habis baca itu surat,'' ucap Lolita setengah bercanda lalu pergi.

Molly sejenak terdiam lalu mulai membuka dan membaca isi surat pemberian Arga.

Selagi aku pergi jangan macam-macam, apalagi melirik pria lain. Aku akan merindukanmu.

Tulisan Arga begitu singkat membuat Molly terkekeh, ''Terharu apanya?'' walau begitu singkat dan sederhana namun entah mengapa melegakan hati Molly. Apakah mungkin karena Arga tidak akan menganggunya lagi?

Tak terasa sebulan telah berlalu, Molly yang masih larut dalam kekalutannya pun mencoba beraktivitas seperti sebelum ia mengenal Arga. Sibuk mengerjakan tugas, membaca novel pada malam hari dan chatting dengan Lolita seperti saat ini.

Be My Girl, I'm Yours Be Mine?Where stories live. Discover now