BAB 9

611 108 18
                                    

Tampaknya, hujan merata membasahi kota

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tampaknya, hujan merata membasahi kota. Seluruh jalanan basah dan seluruh jalanan juga terlihat sepi seolah manusia di bumi bersembunyi karena hujan turun sangat deras dan dingin yang datang begitu mencubit, tetapi kali ini hujan hanya turun rintik- rintik dan jalanan tetap ramai dengan mobil dan kendaraan umum yang masih setia beroperasi. Terlihat salah satu televisi yang mengarah ke jalanan tengah memberitakan salah satu stasiun yang kebanjiran dan membuatnya berhenti beroperasi sementara.

Bus yang tengah beroperasi tengah berhenti di salah satu halte yang besar dan cukup sepi, membiarkan seorang pria untuk turun dengan membawa payung yang tertutup dan baju yang tampaknya sudah mulai kering. Pandangannya kini mengarah pada bus yang kembali melaju hingga ia mampu menemukan sosok pemuda yang tengah menatap ke arah nya, tatapan tanpa arti dan terkadang tatapan bertanya- tanya. Pertanyaan itu membuatnya menghela napas.

Entah apa yang Kim Taehyung lakukan dan entah apa yang dipikirkannya. Hanya, dirinya tidak ingin melihat seseorang mati di hadapannya. Jika saja pemuda itu berlalu melewati hujan di rumah abu tadi, mungkin besok atau lusa ia akan mendapatkan berita kematian. Tidak menutup kemungkinan ia akan sedikit menyesal karena mengabaikan pemuda itu begitu saja. Benar, itulah alasan sebenarnya, terlebih lagi pemuda itu sudah menyiapkan gucinya sendiri. Sejujurnya, Taehyung penasaran, apa mungkin pemuda itu terkena penyakit ganas dan hidupnya tak lama lagi?

Pertanyaan itu membuat Taehyung menggaruk kepalanya pelan dan memilih untuk membuka payung. Ia harus segera sampai rumah karena waktu menunjukkan pukul 04.00 sore, seharusnya ia berlatih taekwondo satu jam yang lalu, tetapi sudah terlambat dan lebih baik ia tidak datang sama sekali, lebih mudah untuknya mencari alasan.

Kakinya kini kembali melangkah di antara hujan, mencari perlindungan di bawah payung yang masih kokoh hingga suara hujan terdengar sedikit berbeda. Ia menyusuri jalanan kampung tengah kota yang sedikit menanjak dan cukup banyak anak tangga, ini adalah jalan pintas menuju rumah nya yang berada di seberang jalan. Pandangan nya pun terangkat ketika ia melihat anak tangga yang cukup tinggi, begitu sepi hingga ingatannya kini membawa suatu kenangan yang cukup menyedihkan.

Seseorang pernah menangis disana, menangis dengan rasa gelisah. Hanya seorang anak kecil. Mungkin, karena dia adalah anak kecil, banyak orang dewasa yang mengabaikannya waktu itu. Tak ada yang peduli untuk sekedar menenangkan atau memberikan permen agar tangisannya berhenti. Anak kecil itu, anak kecil yang sama dengan yang ditemuinya di lampu merah.

Dulu, Taehyung tak pernah bertanya mengapa anak kecil itu terus menangis penuh kesedihan di bawah langit manapun, tetapi untuk kali ini Taehyung bertanya- tanya apa yang sebenarnya anak kecil itu rasakan. Hal itu membuat Taehyung menghela napas dan memilih untuk menyusuri anak tangga terlebih dahulu, ia menelisik satu per satu anak tangga dan mencari sesuatu. Rasanya, Taehyung pernah memahat menggunakan alat yang cukup tajam bersama dengan anak kecil.

Taehyung terdiam, pandangannya menangkap ukiran yang hampir menghilang. Gambar dua orang yang dipahat tidak bagus sebetulnya, tetapi mampu membuat Taehyung tersenyum singkat. Taehyung mengusap kedua gambar itu perlahan dan mengangguk setelahnya. Sebetulnya, gambar itu adalah janji persahabatan dua anak kecil, sayangnya ia tidak mampu memenuhi janji itu karena kepindahannya ke Amerika.

Glimpse Of The PastWhere stories live. Discover now