BAB 18

540 111 17
                                    

Hujan telah berhenti, tepat di pukul 07

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hujan telah berhenti, tepat di pukul 07.00 malam bersama awan yang mulai pergi dari langit metropolitan. Sisa- sisa genangan masih terlihat dan rintik masih menetes dari dedaunan. Prakiraan cuaca memang mengatakan akan cerah walaupun angin masih berhembus cukup dingin dan suara dedaunan menjadi melodi diantara dua makhluk bumi yang terduduk di atas ayunan. Pandangan keduanya mengarah pada langit seolah langit malam adalah hal istimewa yang semesta berikan.

Sesekali si pemilik iris berwarna cokelat melirik pada sosok yang tampaknya masih bertahan dengan baju yang hampir setengah kering. Ia tidak menyangka jika pemuda itu tampak tenang ketika tubuhnya diselimuti angin yang begitu dingin. Hal itu membuat Taehyung menghela napas pelan, kembali menatap langit walaupun helaan napasnya membangunkan lamunan pemuda yang memiliki tatapan sayu malam ini.

"Kau benar tidak merasa dingin, Jungkook?" tanya Taehyung untuk kesekian kalinya dan untuk kesekian kalinya juga, Jeon Jungkook menggelengkan kepala. Pandangannya masih terjatuh pada garis wajah yang pria itu miliki, walaupun dalam keadaan remang dan mungkin riuh manusia, Jungkook mampu mengenalinya. Namun, Jungkook pun segera tersadar dari lamunannya dan kembali menatap ke arah langit yang kini mulai membawa awan pergi. Benar yang Taehyung katakan, ia mampu melihat langit secara bebas ketika malam.

"Kau biasa mandi hujan seperti ini?" tanya Taehyung lagi tanpa mengalihkan pandangannya dari langit. Rasanya, pertanyaan itu terdengar seperti panggilan yang lembut sehingga Jungkook dengan senang hati menghentikan lamunannya mengenai kekhawatiran akan esok hari. Jungkook pun menghela napas pelan, berhenti menatap langit dan menatap sepatunya yang kini terlihat kotor karena percikan air dari aspal.

"Udara ini," ucap Jungkook yang memberikan jeda pada ucapannya, seolah memanggil Taehyung untuk menatap ke arahnya. "Lebih hangat dibandingkan musim dingin tahun lalu." sambung Jungkook dengan suara yang dengar lirih. Terjadi sesuatu di musim dingin waktu itu, membuat Taehyung sedikit penasaran. Bukan, akhir- akhir ini Taehyung merasa begitu penasaran dengan apa yang terjadi pada Jungkook, bahkan ia rela membolos kelas untuk mencari pemuda itu.

"Terjadi sesuatu waktu itu?" tanya Taehyung yang kini menatap ke arah Jungkook. Senyuman tipisnya perlahan menghilang, tatapan redupnya tergantikan sendu dan pemuda itu melirik ke arahnya dengan raut wajah penuh kesedihan. Taehyung pun hendak membatalkan pertanyaannya, khawatir jika itu memang kenangan buruk yang tersisa di tahun lalu. Namun, Jungkook pun menunjuk salah satu jalanan yang terlihat dari kejauhan membuat Taehyung bangkit dan mengikuti arah tunjuk itu.

"Di sana, aku menunggu Ayahku setiap hari," ucap Jungkook yang kini mengalihkan pandangannya pada Taehyung. Wajah Taehyung masih terlihat begitu jelas walaupun penerangan remang di taman kecil ini. Jungkook pun mencoba tersenyum walaupun ia yakin jika senyumannya adalah senyuman terburuk yang pernah Taehyung lihat. Ibu nya pernah mengatakan, senyumannya terlihat seperti orang bodoh dan Jungkook menghindari apapun untuk memperlihatkan senyumannya.

"Waktu itu, salju turun begitu banyak," ucap Jungkook yang mencoba untuk bercerita. Biasanya, Jungkook memilih bungkam dan mengalihkan pembicaraan bahkan ketika ia bicara dengan guru konseling. Namun, rasanya Jungkook mampu berbagi ceritanya pada Taehyung. Si anak baru yang sudah menolongnya begitu banyak. Taehyung pun menatap Jungkook yang tampak nya kesulitan untuk bercerita, sepertinya itu bukan kenangan yang baik untuk diingat.

Glimpse Of The PastWhere stories live. Discover now