BAB 24

473 111 22
                                    

Jam dinding yang berdetak itu menghiasi ruangan seolah sepi adalah teman

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jam dinding yang berdetak itu menghiasi ruangan seolah sepi adalah teman. Padahal, ada beberapa orang yang tengah duduk saling berhadapan tanpa saling bicara. Semua orang hanyut dalam pikirannya masing- masing. Keluarga bermarga Han, seorang wasit dan juga seorang guru beserta kepala sekolah  menunggu satu murid yang tengah dijemput. Padahal, sudah diberikan informasi jika siswa bermarga Kim untuk hadir dan menyelesaikan masalah yang sudah terjadi.

Seseorang menghela napas dan menyeringai kecil seolah ia berada di ujung kemenangan. Tingkat kepercayaan dirinya sangat baik, begitu juga dengan sosok wanita yang tengah meminum teh begitu anggun. Terlihat mahal dengan pakaian yang berasal dari luar negeri. Bukan pakaian lokal yang menambah kepercayaan diri. Sosok wasit hanya mampu menunduk, berharap jika ia tidak terlibat lebih jauh.

Rasanya, seperti berada di ruang pengadilan dengan mode yang berbeda. Sosok kaya raya yang ada di film- film terjamin kemenangannya, tetapi tidak bagi sosok lemah, tak berdaya dan bukan bagian dari kekayaan. Itulah yang menggambarkan suasana ruangan kepala sekolah yang bahkan pemilik ruangan pun tak memiliki kuasa apa- apa. Entah siapa yang benar dan siapa yang salah, semuanya akan membela diri. Hanya memikirkannya pun membuat kepala sekolah merasa pening.

Helaan napas pun diperlihatkan oleh sosok yang terlibat dalam perkelahian kemarin sore. Berita acara mengatakan jika itu hanya pertandingan taekwondo seperti biasa, tetapi Han Jooyul dikabarkan masuk ke rumah sakit karena lehernya tak bisa digerakkan dan kakinya mengalami beberapa memar. Kepala sekolah yang melihat pria bermarga Han itu hanya terdiam, rasanya ini terlalu berlebihan membawanya hadir dalam rapat perdamaian sepele. Jika bertanding, pasti menyisakan luka dan ia tak paham dari mana sisi penganiayaannya.

Ruangan pintu yang terbuka pun mengalihkan pandangan semua orang yang berada di dalam. Beberapa menatapnya malas dan salah seorang menatapnya dengan jengkel. Ia membungkuk untuk memberikan hormat pada satu guru dan kepala sekolah yang nyatanya hadir juga. Kim Taehyung tak menyangka jika pertandingan itu akan membawanya menghadap kepala sekolah padahal ia baru saja tiba di negaranya beberapa minggu lalu. Ini adalah pencapaian awal tahun nya dan Taehyung akan membanggakan hal ini pada sepupunya nanti.

Setidaknya, para petinggi sekolah tidak menatapnya sebagai tersangka, selain wanita yang menggunakan lipstik berwarna merah. Taehyung berpikir sejenak untuk mengingat di mana ia melihat wanita itu. Wajahnya tampak tak asing dan mungkin Taehyung pernah melihatnya di suatu tempat. Ia akan bertanya pada Ibu nya nanti. Mungkin, memang ia pernah bertemu dengan wanita yang merupakan Nyonya dari keluarga Han.

Kakinya melangkah masuk dan memilih untuk duduk berdampingan dengan seorang wasit yang menunduk. Taehyung merasa kasihan, wasit pun terbawa dalam masalah yang sebenarnya ini hanyalah masa anak muda. Tidak terlalu serius dan Taehyung masih mampu menyapa kepala sekolah dengan senyuman hangatnya. Sudah lama ia tidak bertemu dengan Paman nya karena pria itu terbilang sibuk, begitu juga sepupunya yang sudah berubah menjadi sosok artis yang terkemuka akhir- akhir ini.

Glimpse Of The PastWhere stories live. Discover now