BAB 22

510 115 15
                                    


"Tidak akan ada yang mencarimu, orang tuamu berceraikan?" Suara itu terdengar begitu nyata, memaksanya untuk membuka mata

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tidak akan ada yang mencarimu, orang tuamu berceraikan?" Suara itu terdengar begitu nyata, memaksanya untuk membuka mata. Tatapannya terlihat sayu, detak jantungnya tak terasa hidup, bahkan pandangannya kini terlihat gelap, tidak berwarna hitam, tetapi seperti hujan akan turun begitu deras dan matahari menghilang perlahan. Iris hitamnya mencoba mencari di mana ia hingga menemukan anak kecil yang bersembunyi di toilet sekolah. Mimpi buruknya, kembali datang.

"Jungkook, pasti tidak ada yang mengambil rapotmu kan? Kau tidak memiliki ayah atau ibu." Seorang anak kecil berteriak di balik bilik membawa tangis anak kecil bernama Jungkook di sana. Rasanya, pemandangan ini adalah hal yang tak ingin Jungkook ingat. Perceraian kedua orang tuanya terbawa hingga sekolah, membuatnya dikucilkan dan ditinggalkan perlahan. Tak ada yang mau berteman dengannya bahkan sekedar bicara.

"Jangan berkelompok dengannya, dia tidak akan bisa. Ibu dan Ayahnya kan bercerai." Benar, perceraian itu selalu dibawa dalam setiap ucapan dari bibir teman kelasnya. Ia mencoba untuk berteman, tetapi mereka akan membubarkan diri ketika ia datang. Bahkan, tak ada yang mau berkelompok dengannya dalam pelajaran dan mengatakannya bodoh. Jungkook tak mengerti, mengapa ia dianggap bodoh hanya karena orang tua nya bercerai.

"Jungkook? Kau bisa melakukannya sendiri kan?" Jungkook mampu melihatnya, seorang guru mengatakan hal yang sebenarnya tak bisa Jungkook lakukan. Membersihkan kelas seorang diri karena teman- teman nya memilih pulang dan berganti hari untuk piket. Tak ada yang mau berteman dengannya. "Mengapa aku harus berteman denganmu? Sikap mu pasti aneh karena orang tua mu bercerai." Jungkook tak ingin mendengarnya, bahkan Jungkook tak ingin melihat kenangan itu. Ia mencoba untuk menguburnya, tetapi kenangan itu bangkit lagi.

Jungkook mencoba menutup telinga, memejamkan mata dan berharap jika ia tak lagi melalui hari seperti itu. Namun, suara tangis membangunkannya, Jungkook menemukan dirinya tengah menangis di koridor sekolah, seorang diri dan hujan turun begitu deras. Tak ada lagi yang menjemputnya, Ayahnya entah kemana begitu juga dengan Ibu nya. Jungkook mampu melihat dirinya sendiri. Anak kecil itu diabaikan bahkan beberapa guru hanya mengintip sekilas.

"Jangan mengurungku di sini Ibu. Aku minta maaf. Maafkan aku." Jungkook mengambil langkah mundur, ketika ia berada di dalam ruangan gelap bersama dirinya sewaktu kecil. Ia mencoba untuk membuka pintu, berteriak meminta tolong, tetapi Ibunya tak pernah membuka pintu itu. Hanya Ayahnya yang datang dan menolong nya. Namun, itu hanya terjadi sekali dalam hidupnya yang begitu panjang. Ayahnya tak lagi datang, bahkan jika ia dikurung berhari- hari di dalam kamar. "Tak ada yang datang,"

"Tidak! Jangan mengurungku di sini! Jangan!" Teriakkan itu, suara tawa itu membuat Jungkook tersentak dan tersadar mengenai apa yang dilihatnya kali ini. Ia terkunci di gudang olahraga hanya karena terlambat untuk merapikan bola. Tubuhnya perlahan terjatuh, jemarinya gemetar dan ia mencoba berteriak, tetapi suaranya tak mampu ia dengar. Jungkook mencoba berteriak lebih kencang, tetapi hanya suara tawa yang masuk ke dalam pendengarannya.

Glimpse Of The PastWhere stories live. Discover now