BAB 14

608 111 14
                                    


Musim dingin tampaknya sudah benar- benar pergi, ditandai dengan hujan yang turun lebih sering dan juga bunga yang mulai bermekaran, bahkan beberapa dari mereka terjatuh mengenai tanah dan aroma nya memenuhi jalanan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Musim dingin tampaknya sudah benar- benar pergi, ditandai dengan hujan yang turun lebih sering dan juga bunga yang mulai bermekaran, bahkan beberapa dari mereka terjatuh mengenai tanah dan aroma nya memenuhi jalanan. Bunga berwarna pink itu tampaknya masih setia untuk membiarkan kuncup untuk mekar di tengah angin yang datang tanpa pernah berpikir mengenai lajunya, terkadang kencang atau begitu kencang.

Jalanan belum terlihat ramai, trotoar masih sepi dan menyisakan genangan bekas hujan semalam, beberapa toko masih setia menutup tirai. Kondisi metropolitan yang dikatakan tak pernah mati pun, tampak senyap pagi ini. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi dan mentari bersiap untuk terbit walaupun sebenarnya awan masih mengikuti seolah hujan akan kembali turun hari ini.

Prakiraan cuaca mengatakan jika hujan tak akan turun, tetapi awan yang menggumpal diatas langit itu menjadi tanda jika hujan akan turun, kecuali jika pepatah itu benar. Mendung belum tentu hujan. Hanya, jika di musim peralihan seperti ini, hujan akan turun lebih sering. Entah siapa yang dapat dipercaya, langitkah atau pembawa acara prakiraan cuaca. Beberapa orang memilih untuk menunggu kepastian sebelum berangkat untuk bekerja ataupun sekolah, membawa mobilkah, membawa payung kah atau lebih baik menaiki transportasi umum dan mengurangi kemacetan.

Namun, tampaknya prakiraan cuaca ataupun langit tak mengganggu sosok pemuda yang melangkahkan kakinya setelah turun dari bus. Ia mengambil jalanan utama menuju sekolah dan bertemu dengan penjaga gerbang, membungkuk sekilas dan kembali melangkahkan kakinya. Entah apa yang dilakukannya pagi ini, hanya ia ingin berangkat lebih awal dibandingkan yang lain.

Pandangannya menunduk seperti biasa, mengabaikan guru yang kini mulai melangkah menuju gerbang bersama beberapa anggota OSIS. Mereka tampak begitu sibuk dan Jungkook tak ingin mengganggu. Namun, cara berpikirnya kali ini salah. Seorang pria memanggil namanya begitu lengkap bahkan beserta marganya hingga tubuhnya pun berbalik dengan ragu, menemukan seorang guru yang bertolak pinggang di sana.

"Jeon Jungkook, begitukah caramu ketika melihat guru?" tanyanya sedikit berteriak membuat Jungkook memilih untuk membungkuk selama beberapa detik dan kembali bangkit, menatap sosok yang hanya menggelengkan kepalanya lalu membiarkannya pergi begitu saja. Itu hal biasa dan Jungkook sering mengalaminya. Hanya, Jungkook masih tidak terbiasa untuk menyapa seseorang lebih dulu khawatir jika Jungkook melakukan kesalahan.

Helaan napasnya terlihat ketika ia hendak mengganti sepatu ketika memasuki gedung sekolah. Walaupun datang lebih awal tak membuat Jungkook bersemangat juga. Banyak yang ia khawatirkan, terutama ketika bertemu dengan Jooyul. Mungkin, Jungkook harus mulai memikirkan bagaimana ia menghindari Jooyul hari ini. Pelajaran olahraga terlalu bebas dan Jooyul bisa mengganggunya kapan saja.

Kelasnya berada di ujung koridor, katanya kelas terbaik, tetapi tempatnya bukan tempat terbaik. Ruang kelasnya gemar berisik karena tak ada guru yang mendengar dan penghuni nya terkadang memenuhi koridor dengan alasan menunggu guru datang. Padahal, Jungkook mengingat guru akan mengabari sebelum jam pelajaran dimulai jika memang absen dan tak masuk kelasnya. Hanya, Jungkook tak ingin mengusik dan memilih bungkam, kehidupan sekolahnya sudah sulit.

Glimpse Of The PastWhere stories live. Discover now