BAB 29

527 111 30
                                    

Jika saja, Taehyung tidak ada, mungkin Jungkook sudah berlari ke jalanan sepi yang tak ada orang sama sekali, bersembunyi dari seseorang yang tak pernah lagi menjemputnya, bersembunyi dari seseorang yang meninggalkannya di bawah salju yang turun c...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jika saja, Taehyung tidak ada, mungkin Jungkook sudah berlari ke jalanan sepi yang tak ada orang sama sekali, bersembunyi dari seseorang yang tak pernah lagi menjemputnya, bersembunyi dari seseorang yang meninggalkannya di bawah salju yang turun cukup banyak. Jika Taehyung tidak ada, Jungkook mungkin akan menangis karena merasakan luka. Benar, melihat pria itu membuat Jungkook terluka hingga sesekali melirik ke arah Taehyung yang duduk di sudut lain tempat makan, pria itu mengangguk dan tersenyum.

Jantungnya berdetak tak nyaman dan jarinya kini berkeringat. Jungkook tak tahu apa yang harus ia katakan dan khawatir dirinya hanya akan menangis seperti orang bodoh. Bahkan Jungkook tak berani mengangkat pandangan ataupun memilih makanan yang ia suka. Pria itu meminta nya, tetapi Jungkook bahkan tak tahu apa yang ia suka. Jungkook memilih bungkam dan berharap ini semua segera berakhir. Benar, semuanya harus segera berakhir.

"Kau menyukai sushi, karena itu Ayah mengajakmu kemari."

Jungkook mendengarnya. Suara itu, bahkan nada bicara itu tak pernah berubah membuat Jungkook memilih untuk mengangguk sebagai jawaban. Rasanya, begitu sesak dan Jungkook ingin berlari sekarang. Kakinya kini bergerak gelisah dan pandangannya teralih keluar jendela. Ayah Jeon hanya menatap putranya dengan tatapan sendu, ia sedikit bingung harus bagaimana ia bicara karena sudah cukup lama tak bertegur sapa. "Jungkook," panggil Ayahnya hingga Jungkook pun mengangkat pandangannya sekilas. "Apa kau mengganti nomormu?"

Pertanyaan itu membuat Jungkook mengangguk dan mencoba untuk menatap Ayahnya. "Ibu mengganti nomorku." ucap Jungkook dengan suara yang terdengar lirih. Ayahnya menatap dengan mata yang sedikit memerah, mungkin air mata mulai menumpuk di sana. Jungkook menghela napas pelan dan kembali menatap ke arah Ayahnya. "Apa yang ingin Ayah bicarakan?" tanya Jungkook dengan napas yang terasa semakin sesak dan dadanya kini terasa sakit.

"Ayah, ingin minta maaf." ucapnya tanpa mengalihkan pandangan dari Jungkook yang kini menatap kosong. Putranya memiliki tatapan penuh luka membuat Ayah Jeon meneteskan air matanya. Bahkan, Jungkook enggan untuk bicara. Dulu, Jungkook selalu mencarinya dan bercerita mengenai banyak hal. Dirinya memang merupakan luka terbesar, tetapi Ayah Jeon tetap ingin berbincang dengan putranya yang kini mulai dewasa. "Maafkan Ayah."

Jungkook yang mendengar hal itu hanya menatap kosong, Jungkook tak tahu harus bicara seperti apa hingga air matanya turut menetes membasahi pipi. Ia tak pernah mendengar hal itu sebelumnya, tetapi rasanya begitu sakit dan Jungkook tak mampu menjelaskan. "Maaf Ayah meninggalkanmu terlalu lama." ucap Ayah Jeon yang membuat Jungkook kembali menunduk, ia menggenggam kedua tangannya begitu erat dan mencoba untuk menghapus air matanya. Jungkook merindukan Ayahnya.

"Waktu dirimu datang saat hujan salju waktu itu," ucapnya sambil menghapus air mata di pipi dan beberapa kali menghela napas, "Ayah kembali datang dan kau sudah tidak ada." ucap Ayah Jeon hingga Jungkook pun menatap tak percaya. Ia berdiri dibawah hujan salju lebih dari 15 menit waktu itu. Jungkook pikir Ayahnya tak pernah datang dan Jungkook kecewa di hari itu. "Ayah menghubungi Ibumu, bertanya kau sudah pulang atau belum, tetapi dia mengatakan hal yang Ayah duga," sambung Ayah Jeon yang masih mengingat mengenai kejadian itu.

Glimpse Of The PastWhere stories live. Discover now