BAB 12

562 116 11
                                    

Hujan kembali turun untuk menemani manusia di bumi yang kini mulai sibuk berhamburan keluar gedung

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Hujan kembali turun untuk menemani manusia di bumi yang kini mulai sibuk berhamburan keluar gedung. Jam pulang kantor, jam pulang sekolah bahkan jam tutup toko tampaknya memiliki peraturan yang sama hingga menyebabkan kemacetan yang cukup panjang. Tak hujan pun, kemacetan akan mengular sebelum jembatan besar di depan dan hujan akan menyebabkan keparahan melebihi biasanya.

Dingin. Itu lah yang dirasakan oleh setiap orang yang melangkahkan kaki karena angin berhembus seolah membawa musim dingin untuk kembali lagi, padahal musim dingin baru saja pergi beberapa hari lalu. Tak ada yang bisa memprakirakan langit akan memberikan apa, tetapi hujan dan dingin tampaknya akan terus menyatu dengan bumi sampai bulan depan.

Beberapa orang mulai meninggalkan tempat yang memaksanya untuk bekerja dan kembali ke rumah untuk menemukan kehangatan. Entah karena suasana, makanan yang hangat, minuman ataupun percakapan di dalam rumah dengan penerangan yang cukup. Namun, sosok pria dengan rambut berwarna hitam itu tampak masih sibuk bermain dengan kuas, cat dan juga canvas yang kini dipenuhi oleh warna.

Kuas nya bergerak dengan pasti, mempertajam warna pada sisi yang membutuhkan gelap lebih banyak. Lukisan itu terlihat sederhana, tetapi tampak nyata. Siapapun yang melihatnya akan tersadar jika lukisan itu adalah sebuah jalanan menuju kampung tengah kota yang berada di sebelah barat sekolah. Perkampungan yang memiliki begitu banyak anak tangga dan juga rumah penduduk yang padat, tetapi warna itu menunjukkan gelap bersama hujan yang menjadi teman.

Lukisannya hampir selesai ketika waktu menunjukkan pukul enam sore. sedikit lagi membuatnya tak peduli jika sekolah kini hampir sepi, hanya tersisa beberapa dari klub olahraga yang baru saja selesai berlatih untuk bertanding musim panas nanti. Iris berwarna cokelat nya begitu sibuk memilih warna dan menelisik apa yang kurang dari lukisannya hingga pergerakan tangan itu terhenti ketika ia akan melukis objek terakhir.

Pundaknya perlahan meluruh, fokusnya kembali runtuh untuk kesekian kalinya sejak ia mulai melukis. Suara hujan yang membentur atap dan juga jendela mulai memasuki indera pendengarannya. Iris cokelat itu melirik dan menatap hujan yang ternyata turun begitu deras dan malam telah menyapa. Rasanya, ia tak mampu mengalihkan perhatiannya begitu saja, menandakan jika hujan lebih penting dibandingkan ia menyelesaikan lukisannya.

Biasanya, manusia di bumi akan melupakan beberapa kejadian masa kecilnya karena ingatan itu entah bagaimana caranya memasuki ingatan jangka pendek. Lupa dan tak perlu lagi di ingat. Namun, tampaknya hal itu tidak berlaku bagi sosok bermarga Kim yang kini menjadikan hujan sebagai pembawa kenangan yang terus diingatnya, kenangan yang begitu sederhana dan seharusnya ia mampu melupakannya. Taehyung berpikir seperti itu walaupun pada akhirnya, pemikirannya salah dan yang terjadi padanya kini adalah bukti dari kebenaran ia tak mampu melupakan kenangan itu.

"Ku harap kita bisa bertemu lagi." gumam Taehyung sambil menatap hujan yang turun begitu deras. Kenangan itu kembali masuk dan terputar di dalam memorinya seolah tengah memutar film tanpa kategori yang jelas. Taehyung tengah mengingat ketika dirinya menangis tersedu di bawah hujan yang turun begitu deras, sangat deras dan petir tampak senang karena nya dan mencoba untuk menyapa.

Glimpse Of The PastDonde viven las historias. Descúbrelo ahora