BAB 28

517 111 11
                                    

Hujan tampaknya tak turun hari ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hujan tampaknya tak turun hari ini. Di akhir hari, sinar senja memperlihatkan keindahannya. Nila bercampur orange hingga banyak orang yang mengabadikannya lewat kamera. Sangat jarang musim peralihan memiliki langit seperti musim panas. Mungkin, karena musim panas akan segera tiba, langit tengah mencoba macam- macam warna. Jalanan pun tampak ramai, live music terdengar di beberapa cafe dan sekolah masih dipenuhi oleh beberapa murid yang mendapatkan pelajaran tambahan ataupun para atlet yang tengah berlatih.

Hari ini tak ada yang berpatroli, mungkin karena akhir pekan. Mereka memberikan waktu pada setiap murid untuk mengembangkan kemampuannya, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 sore. Lapangan pun menjadi pemandangan bagi sosok pemuda yang kini berada di lantai dua, daun yang bergerak dan angin yang mengusap helaian rambutnya. Di sana, terlihat para pemain sepak bola tengah menggiring bola dengan semangat. Sebelumnya, ia tidak pernah melihat pemandangan seperti ini.

Jam pulang sekolah adalah jam terbaik untuk kabur dan tak ada waktu untuknya masuk ke ruang seni untuk sekedar melukis karena Jooyul akan menemukan nya dan mengajaknya bermain. Itu bukan hal yang tidak menyenangkan, tetapi Jungkook terus mengingat. Perlahan, helaan napasnya terlihat. Ia menatap langit yang masih memperlihatkan nila dan sebentar lagi akan menenggelamkan mentari. Sangat indah.

Hanya saja, pemikirannya kali ini sedikit membuatnya takut. Langit mampu memperlihatkan keindahan, tetapi ia membawa gelap setelahnya. Pandangannya tak mampu teralihkan, sendu kembali terlihat dan rasa khawatir yang mungkin berlebihan kembali di rasa. Jika Jungkook terlalu menikmati yang terjadi padanya hari ini, ia tidak akan sanggup melewati hari seperti yang dialami 12 tahun hidupnya.

Menolak kebahagiaan demi terbiasa dengan luka. Itulah yang biasa Jungkook lakukan. Ketika ia tertawa, ia akan berhenti saat itu jika. Ketika ia melihat keindahan, ia akan menutup mata seolah tak melihat. Itu lebih baik dibandingkan ia tak mampu membiasakan diri dengan luka yang terus hadir dalam hidupnya. Namun, mungkinkah ia salah paham terhadap dunia? Ibu nya mengatakan keburukan demi mencari seseorang yang bertahan dengan keburukan itu. Jungkook salah paham membuatnya menunduk dan mengabaikan langit yang mulai kehilangan nila.

Namun, Jungkook tak ingin kehilangan kenangan hari ini dan Jungkook tak ingin kehilangan sosok yang membawa bahagia untuknya hari ini. Semesta boleh mengambil apapun dari hidupnya, tetapi Jungkook berharap semesta tidak mengambil Kim Taehyung. Rasanya, Jungkook mulai serakah, membuat pandangannya semakin merunduk dan mencengkram erat pada bingkai jendela. Jungkook tidak ingin menjadi serakah.

Tanpa Jungkook sadari, seseorang tengah menatapnya dalam diam di balik punggung, Beberapa kali mendengar helaan napas dan tampaknya pemikiran itu membuatnya menyerah. Pemuda itu terlalu banyak berpikir jika tengah sendiri membuat ia melangkahkan kaki mendekat dan menemukan jemari yang mungkin saja kesakitan karena bingkai jendela. Perlahan, lengan nya terulur, menggenggam jemari yang terasa dingin hingga pemiliknya tersentak, menatap ke arahnya sedikit gelisah.

"Taehyung," Suara itu terdengar tenang setelah mengalami gelisah membuat Taehyung mengangguk seolah menandakan dirinya telah datang. Ia meninggalkan Jungkook untuk menghadap ke ruang guru, Jang Mirae meminta tolong agar ruang seni di buka untuk besok karena akan ada beberapa orang yang berkumpul. Taehyung pun tersenyum, bersandar pada bingkai jendela tanpa mengalihkan perhatiannya. Langit yang gelap, akan semakin menarik, tetapi Jungkook lebih menarik.

Glimpse Of The PastWhere stories live. Discover now