BAB 10

494 108 9
                                    


Hujan berhenti, meninggalkan genangan air di beberapa tempat dan juga jalanan yang basah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hujan berhenti, meninggalkan genangan air di beberapa tempat dan juga jalanan yang basah. Daun berlomba- lomba untuk menurunkan air yang memberatkan tubuhnya, menetes satu per satu hingga menghasilkan genangan baru. Terlihat begitu jelas, beberapa bunga berguguran padahal belum waktunya untuk gugur, biasanya bunga- bunga itu bertahan hingga musim panas tiba.

Aroma tanah dan daun basah cukup menyengat, terbawa oleh angin yang kini berhembus cukup kencang. Tampaknya angin memiliki pekerjaan baru, membawa gumpalan awan untuk kembali menurunkan hujan di tempat lain, tetapi awan masih tetap menutupi langit dan mungkin awan berencana mengelabui manusia bahwa hujan masih akan turun di waktu yang lain, entah senja, entah malam.

Namun, cuaca yang tidak bersahabat itu tidak menyulutkan semangat siswa sekolah menengah untuk berhamburan keluar kelas dan mencari makan. Perut nya tampak sudah berbunyi bahkan ketika jam pelajaran pertama dimulai. Berencana belajar serius, tetapi dibatalkan hanya karena suara perut yang tengah sibuk mencari- cari apakah ada makanan yang masuk ke dalam perut atau tidak.

Sebagian orang memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas meja, memejamkan mata dan menjemput alam mimpi walaupun jam istirahat pertama hanya satu jam lama nya. Setidaknya, rasa kantuknya teratasi. Beberapa orang yang lain memilih untuk pergi ke ruangan yang tampak nya cukup ramai oleh anak- anak organisasi yang tampak sibuk untuk menyiapkan pesta musim panas dan apa saja yang akan dilakukan sebelum sekolah menyatakan liburan musim panas.

Ada pula yang kini tengah berkumpul di lapangan, lapangan yang cukup luas dengan dua gawang yang saling bersebrangan. Rumput sintetis itu basah dan mengenai sepatu setiap orang yang melintas di sana. Seharusnya, lapangan ada tempat yang sepi untuk musim yang masih terasa dingin seperti hari ini, tetapi ada yang menarik perhatian ketika beberapa siswa datang berkelompok seolah memanggil siswa lainnya untuk datang. Jika ada Jooyul di lapangan itu, pasti akan ada sesuatu yang sangat menarik.

Jooyul melangkahkan kakinya sambil sesekali tertawa, merangkul pundak Jungkook yang kini hanya terdiam dengan raut wajah yang tak mampu diartikan. Tatapan kosong nya itu menjadi tanda jika ia tidak peduli apa yang akan Jooyul lakukan padanya hari ini, setidaknya ia telah berusaha untuk masuk ke kelas dan belajar dengan baik, walaupun Jeon Jungkook tidak tahu bagaimana akhir dari hidupnya hari ini.

"Kau tahu, Jungkook?" tanya Jooyul yang memberikan jeda pada ucapannya, memilih berhenti terlebih dahulu dan membawa Jungkook agar menatapnya. Jooyul tertawa renyah, pemuda di hadapannya tampak seperti boneka tanpa ada raut wajah ketakutan sama sekali. Dan, itu membuat Jooyul kesal hingga Jooyul menarik kerah Jungkook, mencengkramnya begitu kuat, tetapi raut wajah itu sama sekali tidak berubah. "Jika saja kau tidak membawa kabur anak baru itu," ucap Jooyul penuh dengan penekanan, menarik kerah itu hingga Jungkook habis kehilangan napas. Jungkook menepuk lengan Jooyul cukup kuat, tetapi pria itu tetap mencengkram lehernya seolah tak ada ampun untuknya hari ini.

"Jika saja kau menuruti perintahku," sambung Jooyul yang mencoba untuk menahan amarahnya, banyak orang yang melihat dan mungkin akan banyak orang yang menjadi saksi mata jikalau guru mengetahui apa yang dilakukannya kali ini. "Kau pasti tidak akan mengalami hal ini." ucap Jooyul yang menyeringai kecil. Namun, Jungkook hanya terdiam, menatapnya dengan tatapan tanpa arti dan tanpa minat. Benar, Jungkook sama sekali tak berminat untuk melawan. Karena, Jungkook yakin jika dirinya akan kalah.

Glimpse Of The PastWhere stories live. Discover now