- 02

1.1K 164 63
                                    

Kastel itu, sebentuk kastel berlanggam barok, terletak di hilir wilayah kerajaan—dibangun di pucuk gunung oleh pemersatu emirat-emirat kecil terdahulu. Bubungan atap berkubah kerucut dengan bendera kebangsaan kami disertai panji-panji keluarga impersarionya digantung di tiang berkail. Bangunannya dibuat dari kerangka kuadran dengan tiga menara lingkar berdinding batu dan satu menara poligonal terpisah. Tangga dan koridornya mengarah ke arkade, halaman, kapel dan ruang resepsi yang dihiasi lukisan cat minyak di temboknya. Dulu, kastel batu itu begitu bernyawa. Raja sebelumnya—ayahku—selalu menjadikannya tempat penyelenggaraan pameran temporer, pawai kostum, atau ayah sesekali memanggil para maestro untuk bermusik di gazebo untuk memeriahkan jamuan andrawina; atau, kami lebih senang menyebutnya Campagne des Banquets. Selama periode kepemimpinan raja sebelumnya, aku selalu mengungsi ke kastel lain sebab Grand Palace rutin mengadakan Campagne des Banquets yang mengundang arodisemen-arodisemen di penjuru negri.

Bukannya tidak menyukai keramaian; aku hanya muak bertemu musuh ayah, teman ayah, dan musuh ayah yang berpura-pura menjadi teman ayah di jamuan. Mewajahi politik membutuhkan banyak energi dan manifestasi sandiwara lainnya. Lebih baik aku menyingkir, dan membiarkan si Yaya menangani segalanya.

Aku dapat menyaksikan kontur bangunannya dari bawah sini. Ya. Aku ada di kaki gunung. Gara-gara Supra menyuruhku pergi ke hutan musim gugur di belakang kastel dan menjemput kristal-kristalnya. Aku janji, akulah satu-satunya ratu yang mau-maunya diperintah-perintah begini oleh rongsokan cermin karatan itu. Aku jamin.

Hutan musim gugur berada di perbatasan wilayah. Ufuk selatannya menempel dengan pantai menuju samudera dimana Hades merantai monster-monster di kedalaman dasar palung.

Tiada satu pun dari kami yang mengeksploitasi sumber daya hayati hutan musim gugur; hutan itu beraroma mistik. Penyair ulung selalu memperingatkan orang untuk tidak memijakkan kaki disana sebab selalu tidak ada jalan pulang bagi para pengelana. Bahkan seorang pemusik asal ibu kota menciptakan prosa puisi dalam menghormati hutan ini; bait-baitnya mendeskripsikan marabahaya yang di kandung pada tiap ceruk-ceruk rahasia di hutan musim gugur.

Aku bukan seseorang dengan hasrat tinggi. Aku tak seberambisi pemimpin-pemimpin lain di teluk. Aku tidak seperti para pemain monopoli pasar pada serikat raja-raja interkontinen. Aku hanya melanjutkan hidup, memikul beban yang terlanjur aku dapatkan dari ... kematian ayahku.

Jika bukan karena beban tolol menjadi ratu, aku tidak akan jauh-jauh pergi ke hutan setan ini dan bertemu dengan pemuda-pemuda pendosa di dalamnya. Lebih baik aku menghangatkan diri di balik selimut kasmir dan kelambu sembari menikmati lampion-lampion Winter Feast bersumbu terbakar dari jendela kastel—pemandangannya akan mirip seperti menyaksikan ribuan kunang-kunang bersemburat cahaya oranye dilatarbelakangi oleh peristiwa badai meteor Leonid dibawah junjungan konstelasi bintang Taurus.

Aku meninggalkan kasur hangatku, lagi-pagi lantaran urusan kenegaraan yang dibuat oleh cermin tua brengsek itu.

Aku melewati lubang bekas galian tambang diantara pohon-pohon ek berbuah. Aku tak yakin seberapa jauh aku akan memperkerjakan kaki-kaki kelelahanku ini. Namun aku tahu, ini tengah malam—dentang bel dari jam raksasa di perpustakaan kota masih terdengar, menandakan pergantian hari telah terjadi.

Napasku mengepulkan uap dingin. Lubang hidung dan mulutku menghasilkan gas karena area hutan ini telah terjamah proses-proses alkimia menuju musim dingin. Bahkan aku cukup yakin, jika aku pergi ke pantai di sisi dermaga kami, aku dapat menonton bongkahan es dari negri es abadi melintas di perairan sekitar lima lima mil dari zona pantai.

Dingin. Aku memeluk diri sendiri. Kakiku tercebur ke rawa-rawa. Aku merasa aku menginjak ular—atau ikan gobi bertubuh belut, entahlah—dan kerikil-kerikil sedimen sialan di dasar rawa. Setelah tanahnya melandai, aku kembali mendaratkan kaki di tanah humus. Aku mengeringkan betis dan kakiku dengan menggosoknya pada selembar daun teratai di oase berarir sewarna ketuban.

Boboiboy x Reader | The Untold Tale of SnowhiteOnde histórias criam vida. Descubra agora