- 21

651 142 48
                                    

Mataku terbuka.

"Lavender blue, dilly-dilly, lavender green," Aku mendengar dengungan suaranya Solar di sekitar sini. Ia menyanyi lirih sekali. Aku yakin, dia berada tak jauh dariku. Bahkan sangat dekat. Oh. Astaga. Aku terbaring di ranjang peraduanku berbantalkan pangkuan seseorang. Ketika mataku mencari, kutemukan keranjang anyaman dari rotan berisi tangkai-tangkai bunga liar di atas sprei. Jika aku boleh curiga, pelaku yang menghimpun tanaman itu tentu saja memetik majoritinya dari Wild Blooms Grand Palace—atau yeah, maksudku, taman mawar. Aroma Squill Siberia masuk ke penciumanku. Dan lalu aku sadar, rambutku disisir oleh jari jemari sosok bertangan besar.

"If you were queen, dilly-dilly," Solar melanjutkan nyanyian kecilnya. Kicauan burung kenari ikut terdengar. Mereka hinggap dan mencicit di kisi-kisi jendela kamar. Lalu, ada banyak spesies lain berdatangan. Bulbul berbulu kuning cerah yang lebih terlihat seperti anak bebek bersayap tangguh dan sekawanan kolibri kecil seakan ikut bernyayi sedangkan tangan Solar masih membelai lembut rambutku yang kebetulan terurai. "You'd need a king."

Ada pemandangan lain yang tampak menarik perhatianku. Aku memang menanam bunga lili sesuai anjuran Gopal; Gopal bilang, lili saat mekar bisa menguarkan wewangian sekuat gladiol bercampur aroma sedap malam—dan hal semacam itu bisa menekan stresku. Bunganya kuncup, bahkan bakal kujaratnya masih mentah; warnanya hijau, dan berserat banyak. Namun seketika, pertumbuhannya terstimulasi oleh terangnya mentari yang menembus kaca patri. Dan lalu, lily of the valley di sana mekar merekah, berkilau seperti kaca bermandikan sinar mentari.

"Who told me so, dilly-dilly. Who told me so ... dilly-dilly." Solar memelankan suaranya. "I told myself, dilly-dilly. I told me so."

Sejauh ini, ia belum berhenti mengelus rambutku. Namun kini ia menyetop kegiatannya sejenak. Tangan Solar meraih satu bunga gardenia liar di keranjangnya, dan ia menyelipkan bunga itu di dekat telingaku.

"If your dilly-dilly heart, feels a dilly-dilly way. And if you'll answer yes," Solar membetulkan sesuatu lainnya yang ia simpan dan rangkai di rambutku. "In a pretty little garden. On a dilly-dilly day,"

Setelah selesai, Solar mengelus rambutku lagi, "You'll be wed in a dilly-dilly dress of ... lavender blue, dilly-dilly ..."

Baik. Kuputuskan untuk bangun. Aku pengang. Aku seperti orang mabuk airag. Kepalaku pusing. Solar tersentak sebab aku bangkit dari pangkuannya mendadak sekali. Aku memerhatikan kondisi ranjangku. Solar menumpuk bantal-bantal kapuk di sekitar area tidurku. Dan ia menutup tubuhku dengan tiga lapis selimut wol. Juga, ketika aku menghadap pada cermin Supra, aku menemukan rambutku kini penuh dengan bunga-bunga liar—termasuk Squill Siberia pemberian Thorn.

Mengejutkannya, selain menyusun rangkaian bunga di kepalaku, Solar juga mengepang rambutku.

"B-beginikah caramu memperlakukan Sang Tenung Jahat?!" Aku memprotes.

Solar mengangkat bahu tanpa menunjukkan sedikit pun rasa bersalah, "Persetan kutukan dan ramalan. Aku muak dan hanya ingin mendandani kamu."

Aku mengarahkan wajahku pada cermin lagi. Rambutku dibuatnya penuh puntung bunga. Squill Siberia mengisi sebagian besar helai-helainya.

"Kamu sangat menyukai Squill Siberia?" Tanyaku, keheranan. "Mengapa? Bukankah itu bunga liar?"

"Taman mawar." Supra muncul di cermin karatannya, menggantikan bayanganku. Aku terlonjak kaget dan nyaris jatuh andai aku tak pandai memediasikan diri sendiri. "Dulunya taman itu isinya hanya mawar dan selalu dirawat baik-baik."

Boboiboy x Reader | The Untold Tale of SnowhiteWhere stories live. Discover now