- 16

647 128 12
                                    

Hari pertama perang dibuka dengan tiupan terompet dari menara pemantau. Gong besar yang dibuat dari material logam kuningan didentangkan sebanyak lima kali sebagai sinyal untuk mulai bersiaga. Orang-orang dari Gogobugi itu menembakkan batu panas dari ketapelnya.

Kami tidak bisa mencegahnya. Batunya merangsek dan menubruk dinding benteng. Merusaknya pelan-pelan. Armada meriam kami diderek oleh sepuluh pemuda tangguh. Kami menyiagakan pedati meriam beroda dan trunnion. Ujung sumbunya dibakar oleh korek, dan pihak Pulau Rintis, menyerang balik ketapelnya. Konstruksi ketapel pelontarnya Kaizo mayoritas dibangun dari sonokeling. Sonokeling amat lemah terhadap api.

Gogobugi menembakkan lima batu panas dari lima ketapel pelontar—mereka mengikis dinding benteng kami, kemudian kami juga meluncurkan peluru meriam berisi bahan peledak, menghancurkan ketapel-ketapelnya, membakarnya jadi abu. Ini impas. Suara terbakarnya kerangka kayu dan jatuhnya mesin sederhana ketapelnya mengisi pendengaranku; benda tolol itu terdiri dari susunan kayu dan mekanisme gigi gir saling bersinggungan dengan gigi-gigi gir lain. Pantaslah mudah hancur.

"Eemmm, Ratu." Gopal tampak ragu. "K-kalau boleh tahu, naga golem itu kemana, ya?"

Aku menoleh pada Gopal, lalu mengulum senyum sarkasme.

Satu anak panah melesat menghampiriku. Tanganku terangkat, menangkap anak panahnya. Meniup ujung larasnya supaya api di anak panah itu padam. Lalu aku meremukkannya, membelahnya jadi dua sambil tak berpaling sedikit pun dari wajahnya Gopal.

"Aku sendiri pun tidak tahu." Ungkapku.

Orang ini. Kenapa ia memilih bertanya mengenai naga golem tidak sedari kemarin atau minimal, ketika aku senggang? Ini genting. Dan Gopal bertanya mengenai keberadaan makhluk mistis hutan musim gugur. Semestinya ia mewawancarai aku ketika aku santai saja.

"Ratu." Seperti menyadari sesuatu, Gopal beranjak ke depan. Ia menengok ke bawah, memerhatikan bagaimana prajurit-prajurit beringas dengan kesadaran setengah di awang-awang membentangkan tangga dan mulai naik menuju bagian atas benteng. Aku memungut busur, dan meluncurkan panah—aku menembuskan anak panahnya ke kepala sang pemanjat. Korban pertamaku hari ini jatuh dari tangga, dan ia kontan meninggal.

Gerakanku dibaca oleh resimen panahan Pulau Rintis yang telah berjaga di tiap jengkal bagian atas benteng. Resimen pemanah menyalakan api-api di ujung panah mereka, lalu menghujani para pemanjat supaya mereka instan mati.

"Oh Gopal. Aku membenci perang. Kalau si Kaizo gengsian, ia akan memungut pajak lima kali lipat lebih tinggi dari buruh di kerajaannya, dan melanjutkan perang sampai setidaknya setahunan." Aku menggeleng-geleng lemah, sebab tak kuasa menerjemahkan apa maunya Kaizo setelah ia menandatangani pakta perdamaian dengan dua orang delegasinya.

Satu kakiku naik ke pasak benteng yang lebih tinggi. Aku menjejakkan kaki di sana supaya aku memperoleh posisi paling baik untuk membidik. Aku membantu para resimen panah; aku melumpuhkan satu dua orang sambil menghindari gelombang panah milik mereka dari tower dadakan hasil karya para desainer parit.

Benteng ini memiliki satu pintu ganda utama. Pintunya setinggi lima puluh kaki. Dibuat dari wiremesh padat berlapis pahatan alotrop. Pintunya dikunci oleh magma. Kami mengalirkan magma dalam saluran logam tungsten berbentuk ular naga. Kepala naganya menjembatani aliran magma di sisi kiri dan di sisi kanan. Pintunya mustahil dibuka oleh tenaga dorong macam apapun. Hanya ada satu cara untuk mendobraknya; yakni dengan mematikan aliran magmanya. Namun orang-orang Gogobugi di bawah sana membopong batang pohon beringin utuh-utuh. Mereka memukul-mukulkan batang pohonnya, berupaya mendobrak masuk dari pintu utama.

Aku menghela napas, merasa capek. Aku berlari ke bagian atas pintu gandanya. Aku membidik dengan tiga anak panah dalam satu tarikan busur, lalu menembak tiga jantung para pendobrak. Mereka akan merusaknya. Merusak pahatan naga emas pintunya dari luar. Aku tidak suka peninggalan para leluhurku, termasuk artefak mahahebat seperti benteng ini, digores oleh tangan-tangan kotor tentara Gogobugi.

Boboiboy x Reader | The Untold Tale of SnowhiteWhere stories live. Discover now