Bab 25. Rengkuh

202 14 0
                                    

Bab 25. Rangkuh

Sudah seminggu berlalu setelah kejadian Arasha kabur dari sekolah. Sekarang Indana dapat melihat Arasha yang sudah mulai berinteraksi dengan lebih banyak teman. Indana sudah memanggil anak-anak yang merundung Arasha dan memberikan sanksi sesuai kesalahan mereka. Indana membuat mereka sadar bahwa apa yang mereka lakukan itu bisa mengakibatkan hal yang fatal. Selain meminta maaf mereka juga diskors dan menulis surat pernyataan untuk tidak melakukannya lagi.

Apa yang sebelumnya Arasha takutkan juga tidak terjadi. Gadis itu juga membuktikan kata-katanya untuk menghadapi mereka sendiri sebelum Indana memanggil mereka. Berdasarkan penuturan Arasha pada Indana, gadis itu tidak menghindar saat gerombolan teman yang merundungnya mulai beraksi. Arasha tidak merasa takut menghadapi mereka lagi dan berani mengatakan apa yang selama ini dipendamnya. Nyatanya mereka hanya sebal melihat Arasha yang terkesan sombong dan pilih-pilih teman. Mereka tidak tahu bahwa Arasha mengalami sedikit kesulitan dalam bersosialisasi dengan orang lain.

Indana sedang membereskan berkas konsultasi siswa saat sebuah notifikasi pesan masuk terdengar.

Ternyata sebuah pesan Whatsapp masuk dari Elang.
"Indana, boleh saya jemput hari ini?"

Butuh beberapa menit bagi Indana untuk menjawab pesan tersebut. Sejenak ia hanya memandangi layar ponsel sembari merenung.

Belakangan memang Indana kerap diantar pulang oleh Elang. Terutama saat-saat Indana mendampingi Arasha. Pasalnya Arasha selalu mengajaknya berbincang selepas sekolah. Sesekali juga mereka bertiga pergi bersama ke toko buku atau ke panti asuhan Kasih Ibu.

Bagi Indana hal itu membuatnya merasa ada teman, apalagi Sasti sedang sibuk mengurus katering dan juga rencana pernikahannya.

"Saya mau minta tolong, temani mencari kado." Menyusul pesan kedua dari Elang.

Indana mengerutkan dahinya mencoba menerka kado untuk siapa.

"Baiklah, jemput saya di jam yang sama seperti biasa." Indana membalas pesan tersebut.

Akhirnya Indana setuju untuk pergi bersama Elang.

***

Kini Elang dan Indana hanya berdua saja setelah Arasha di antar ke tempat les. Biasanya Indana akan langsung pulang, tapi kali ini ia dan Elang akan mencari kado untuk Arasha.

"Dua hari lagi saya ulang tahun, lho Bu. Rencananya mau mengadakan syukuran kecil-kecilan. Hanya keluarga dan teman dekat saja. Bu Indana saya undang secara langsung, nih. Harus datang, ya Bu?" todong Arasha kemarin lalu.

Tentu saja Indana merasa senang diundang oleh Arasha, artinya Arasha menganggap dirinya berharga. Bagi Indana kedekatannya dengan Arasha sudah lebih dari seorang guru dan siswanya. Indana seperti memiliki seorang adik yang mana dirinya selalu dibutuhkan, selalu menjadi tempat berbagi cerita baik suka maupun duka.

Apa yang terlihat dari luar, mungkin Arasha yang seolah membutuhkannya, nyatanya Indana juga membutuhkan Arasha. Indana butuh menjadi berarti dan sesekali dirindukan saat tak bertemu. Karena Arasha jugalah akhirnya Indana dan Elang menjadi lebih dekat.

"Na!" Suara panggilan Elang terdengar merdu di telinga Indana.

"Ya, Dok?" Indana mengalihkan pandangannya dari jalan.

"Aku boleh minta sesuatu, Nggak?" tanya Elang dengan mimik wajah yang serius.

Tiba-tiba Indana merasa jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya.

"Boleh, selama saya mampu"

Elang mengalihkan pandangannya dari jalan dan tersenyum pada Indana.

"Cuma mau minta, tolong jangan panggil saya 'Dok' lagi, ya! Bisa, kan?"

PATAHWhere stories live. Discover now