1 - Bucin tapi Pengecut

404 34 0
                                    

Bandung 2011

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

Bandung 2011

Pintu ruang kelas sudah setengah tertutup ketika aku tiba di lantai empat Gedung GKU Barat. Tanpa berusaha merapikan kerudung atau kemeja motif floral yang pastinya berantakan setelah berlari dari parkiran mobil, kubuka pintu kelas sepelan mungkin. Berjaga-jaga jika ternyata dosennya sudah datang.

Benar dugaanku. Pak Andri—dosen mata kuliah Konsep Pengembangan Ilmu Pengetahuan atau yang biasanya disingkat jadi KPIP—, sudah duduk di kursinya. Beliau hanya melihat sekilas. Tidak mempermasalahkan keterlambatanku pagi ini.

Kaki melangkah secepat mungkin tanpa menimbulkan banyak suara. Menaiki beberapa undakan tangga menuju ke arah kursi kosong yang sudah disiapkan oleh Ay Ay. Salah satu dari tiga teman dekatku di kampus. Namanya Ayu, tapi panggilannya Ay Ay. Maksudnya supaya lebih singkat dan akrab. Mantap.

"Ay, bapaknya udah ngomong apa aja? Eh, absensi mane?" tanyaku sembari meletakkan tas di kolong kursi.

"Udah gue absenin tadi," jawab Ay Ay tanpa mengalihkan kepala dari papan tulis.

Merasa bingung karena kedua sahabatku yang lain belum datang, aku kembali bertanya. "Ay, Nadia sama Nuri enggak kuliah?"

Akhirnya sahabatku itu menoleh dengan wajah super malas. "Pada belum dateng semua, Meh. Palingan telat," jelasnya pendek. "Buruan nulis materi, minggu depan ada kuis."

"Waduh!"

Begitu mendengar kata 'kuis', aku langsung bergerak cepat membuka binder, mengambil pulpen dan ikut fokus mencatat materi. Di semester kedua ini aku bertekad untuk jadi lebih rajin. Jangan sampai dapat nilai C lagi, seperti semester kemarin. Orang tuaku memang tidak marah-marah, tapi tetap saja aku tidak enak.

Kelas dibubarkan tepat pada jam delapan lewat tiga puluh menit. Perutku sudah bergejolak sejak tadi, gara-gara tidak sempat sarapan. Tanpa buang waktu, aku dan Ay Ay segera menuruni banyak anak tangga hingga tiba di Kantin Borju. Tempatnya berada di Gedung Labtek V, tidak jauh dari kelas yang baru saja selesai.

Sampai sekarang aku masih belum paham kenapa namanya Borju. Mungkin karena harga makanan dan minuman di sana yang sedikit lebih mahal jika dibandingkan dengan harga di kantin lain. Padahal, sebenarnya tidak semahal yang dibayangkan, kok.

Saat kami sampai, area kantin sudah hampir penuh. Banyak mahasiswa yang sedang sarapan atau sekadar minum sambil menyalakan laptop. Ay Ay pamit ke kamar mandi, sementara aku memesan makanan lebih dulu sebelum duduk.

Semenjak menyukai Faris, aku jadi rajin memeriksa semua akun media sosial. Sebab, hanya dari sana aku bisa mengikuti kegiatannya selain yang kelihatan di kampus. Mataku langsung membola begitu melihat ada update foto terbaru dari akun Faris. Walaupun hanya foto punggung saja, itu sudah berhasil membuat senyum lebar terukir di wajahku. Ya, memang sesuka itu aku sama dia.

"Morning ...." Aku berbisik ke layar ponsel.

"Mata lo, cuy!"

"Astagfirullah!" Tahu-tahu, sahabatku yang tadi bolos kuliah sudah duduk di sebelah. Buru-buru kukunci layar ponsel, dan meletakkannya sembarang di atas meja.

Her Life as a Secret AdmirerWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu