22 - Sesi Curhat Bersama Ukhtis

44 9 0
                                    

Kesialan tampaknya belum bersedia pergi dari hidupku hari ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kesialan tampaknya belum bersedia pergi dari hidupku hari ini. Setelah tadi bertemu Takiga, sekarang aku harus mendapati kalau Faris dan Farhan sudah tidak ada lagi di Mcd. Baterai ponselku juga habis dan aku lupa membawa powerbank. Lengkap sudah!

Dalam keadaan sudah gelap dan mulai sepi, aku berjalan menyusuri jalan agar bisa sampai ke Supertree. Berbekal harapan dan doa, semoga mereka berdua tetap menjalankan rencana yang dibuat sebelumnya. Namun, begitu sampai di area yang dituju, aku malah terkagum-kagum dengan pemandangan yang sedang memenuhi pandangan. Padahal sebelumnya aku sudah pernah ke sini, tapi selalu di siang hari. Ini pertama kalinya aku melihat Supertree di malam hari.

Suasana di sekitarku ramai oleh orang-orang yang sibuk mengabadikan momen. Menara-menara tinggi yang menyerupai pohon itu, diterangi oleh banyak lampu berwarna-warni. Bukannya mencari keberadaan Faris dan Farhan, aku malah terbawa suasana. Sambil duduk di salah satu kursi, mataku tidak terlepas dari cahaya kerlap-kerlip.

Sepertinya aku akan sering ke sini. Meskipun banyak orang, tapi atmosfer yang terasa mampu membuatku lupa pada masalah yang sedang mampir di hidupku. Sambil sesekali memejamkan mata, aku menghirup napas dalam-dalam. Untungnya, saat malam hari suhu Singapura menjadi lebih sejuk. Angin juga bertiup semilir. Hah... tempat yang sempurna untuk bergalau ria. Mana gratis, pula!

"Teh Ira!"

"Eh, Farhan? Baru aja aku mau cari kalian." Panggilan Farhan memaksa lamunanku berakhir lebih cepat.

Faris juga ada di sini. Awalnya dia berdiri di belakang adik bungsunya. Namun tiba-tiba, kakinya melangkah cepat ke arahku sampai membuat aku terkesiap.

"Kamu ke mana tadi? Aku chat, telepon, nggak nyambung sama sekali. Kita berdua sampe keliling nyariin kamu, Ra! Kalo kamu hilang, gimana?" omel Faris sambil menatapku galak. Kacamata minus yang dia pakai sampai turun hingga ke tengah hidungnya, karena lama menunduk untuk melihatku.

Aku tersentak. Terkejut dengan sikap dan responsnya. Baru tadi sore dia bersikap dingin padaku, lalu tiba-tiba sekarang jadi sangat khawatir dengan keadaanku. Aku bingung. Sebenarnya perasaan dia bagaimana, sih?

"Maaf, Kak. Tadi aku ketemu Takiga, terus jadi ngobrol dulu. Pas balik ke Mcd, kalian udah nggak ada. Makanya Ira ke sini. Niatnya mau nyari, tapi malah keasyikan melihat pemandangan," jelasku takut-takut, tapi mencoba untuk tersenyum. Jujur saja, rasanya canggung sekali. Aku masih kepikiran sama pembicaraan kami tadi sore.

Bukannya menjawab pertanyaan, Faris malah berjalan menjauh. Membuat Farhan dan aku jadi saling bertatapan bingung. Farhan seakan bertanya, ada apa dengan aku dan Faris. Begitu juga denganku. Bertanya pada Farhan, ada apa dengan kakak lelakinya.

"Ya udah, yuk, Teh. Farhan mau naik ke Skywalk, nih. Teteh mau ikut, nggak?"

Ah, iya. Skywalk. Sebenarnya aku ingin ikut, sih. Tetapi, uangku minggu ini bakal langsung tidak bersisa. Padahal aku sudah berencana menabung buat hangout hari Minggu depan.

Her Life as a Secret AdmirerWhere stories live. Discover now