9 - Sore Bersama Faris

50 11 0
                                    

Aku sudah duduk manis di selasar Gedung CC Timur yang tidak begitu ramai sore ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku sudah duduk manis di selasar Gedung CC Timur yang tidak begitu ramai sore ini. Saat jam istirahat tadi, Faris meneleponku. Dia memberi tahu kalau tutornya di kampus. Sebenarnya aku sempat berharap di kafe atau resto gitu, tapi ini kan judulnya tutor. Jadi aku harus menerima kalau Faris mau ketemu di kampus saja. Sambil menunggu dia datang, aku mengerjakan tugas Gambar Konstruk yang belum selesai, mumpung masih fresh materinya.

Tidak terasa ternyata sekarang sudah pukul empat sore lewat sedikit, tapi Faris belum juga kelihatan. Aku mulai gelisah. Kepalaku celingak-celinguk melihat ke segala arah, sambil berdoa semoga sosok Faris segera datang.

"Mehira! Sorry gue telat, tadi ketemu dosennya kelamaan," ujar Faris yang muncul tiba-tiba dari arah belakangku.

Aku menyambut dengan senyum lebar. Pandanganku tidak juga beralih darinya sampai kami bertatapan satu sama lain. Aku langsung mengalihkan pandangan sebentar, berharap Faris tidak tahu kalau aku sempat menatapnya dengan tatapan penuh cinta.

"Nggak apa kok, Kak. Aku juga baru sampe." Padahal sudah hampir setengah jam aku duduk sendirian di sini.

Faris duduk di depanku. Dia menaruh tas, lalu mengeluarkan beberapa tube cat air dari dalamnya. Aku juga membereskan kertas tugas Gambar Konstruk yang tadi sedang kukerjakan. Kemudian mengambil wadah cat air yang aku bawa dari rumah.

"Langsung aja ya, Ra? Takut kesorean," kata Faris lagi.

"Oke, Kak."

Tangan Faris mulai mengoles cat air ke kertas yang dia bawa. Awalnya dia mewarnai bidang besar, dengan warna primer sebagai latar belakang. Setelah itu baru memberi detail-detail objek dengan kuas yang lebih kecil. Aku memperhatikan dengan serius. Berusaha menghapalkan langkah demi langkah dari teknik mewarnai yang Faris ajarkan.

Setelah selesai melihat contoh, aku mencoba meniru cara Faris mewarnai dengan cat air. Dan, hasilnya masih berantakan. Sulit sekali ternyata. Faris sampai memicingkan mata saat melihat hasil gambaranku.

"Masih kacau ya, Kak?" tanyaku sembari ikut memandangi kertas yang sekarang ada di genggamannya. Faris malah tersenyum, lalu geleng-geleng kepala.

"Ra ... Ra... Lo harus rajin latihan, nih. Coba ambil kertas lagi, Ra. Gambar sekali lagi, ya?" pintanya.

Aku hanya bisa mengangguk pasrah dan menyobek satu lembar kertas lagi dari sketchbook yang kubawa. Setelahnya baru mulai fokus mewarnai memakai kuas. Dengan sabar Faris menungguku yang sedang berusaha keras berdamai dengan kuas dan cat air. Sembari terus dikoreksi, ketika ada yang salah atau kurang. And finally, selesai juga gambaran keduaku.

Hasilnya better, sih. Faris pun mengakui, kalau kemampuanku sudah mendingan. Meningkat sedikit dari hasil gambaran yang pertama. Walaupun masih jauh jika dibandingkan dengan hasil gambaran Faris. Sebelum mengakhiri sesi tutor, dia memberiku tugas untuk terus berlatih, dan akan diperiksa hari Selasa minggu depan.

Her Life as a Secret AdmirerWhere stories live. Discover now