24 - First Date

45 9 0
                                    

Dewi fortuna sepertinya sedang berpihak padaku hari ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dewi fortuna sepertinya sedang berpihak padaku hari ini. Setelah tadi pagi Faris setuju pergi berdua denganku besok, barusan Takiga memberikan kabar super menggembirakan. Apa besok sekalian saja aku katakan perasaanku sama Faris, ya? Selagi ada kesempatan emas. Siapa tahu, besok keberuntungan masih setia di tempat.

Hm, kira-kira di mana ya, lokasi yang pas untuk menyatakan cinta?

Mumpung masih ada waktu sekitar lima menit sebelum jam istirahat selesai, lebih baik aku telepon saja, deh. Dengan cepat, jari-jari lentikku ini menekan layar ponsel beberapa kali. Lalu, nada dering mulai terdengar hingga tiga kali, sebelum suara penasihat favoritku terdengar.

"Eh, Meh. Tumben lo nelfon siang-siang begini," sapa Ay Ay riang.

"Yoi, coy. Ada yang mendesak ini." Aku malah terkekeh sendiri.

"Suara lo, genit amat. Geli gue. Udah, buruan bilang. Bentar lagi gue kudu lanjut nenun, nih," tegur Ay. Terdengar serius.

"Begini, Ay. Kayaknya ... besok gue mau nyatain cinta ke Faris, deh," kataku berbisik, sambil menutup mulut dan melipir ke pojokan teras butik.

"Hah?! Seriusan, lo? Kenapa ujug-ujug? Udah yakin lo, Meh? Bukannya minggu lalu lo bilang, si Faris berubah cuek?" Ay membalas dengan intonasi yang langsung meninggi, saking terkejutnya.

Iya juga, ya? Kenapa aku tiba-tiba jadi nekat begini? Ah, anggap saja ini sudah waktunya. Mumpung keyakinan di hati ini tiba-tiba melonjak drastis. Bismillah aja, deh.

"Doi udah mendingan, kok. Selagi ada kesempatan gitu, Ay. Soalnya, besok gue sama Faris mau pergi berdua. Kita mau cari kado ulang tahun buat si Farhan. Selama ini kan, gue jarang banget dapet momen berduaan sama Faris. Makanya ... mau gue nyatain aja sekalian. Menurut lo gimana? Mantap nggak, ide gue?" tanyaku meminta pendapat.

"Hm ... ya udah, Meh. Kalo lo udah yakin, lanjutin aja. Jangan lupa baca bismillah sama latihan ngomong di depan cermin, ya!" dukung Ay Ay.

"Iyoi. Rencananya pulang kerja, gue mau latihan. Ini gue nelfon lo kelar maksi di butik. KP lo gimana? Aman?"

"Sejauh ini aman. Asyik, sih. Tiap weekend gue mantai, dong. Kulit gue makin gosong aja ini. BTW, lo udah tahu mau nyatain cinta di mana?"

"Nah, itu dia, Ay. Lo ada saran, nggak? Gue kepikiran antara di area patung Merlion, yang di tepi sungai. Kalau nggak, di kafe deket apartemen Faris, atau pas di MRT Station. Menurut lo mendingan di mana, Ay?"

Ay malah diam sembari berdeham panjang. Sambil menunggu, mataku tidak lepas memandang jam dinding yang terpasang di dalam butik, lewat kaca jendela.

"Hm ... menurut gue. Dalam menyatakan cinta itu, ada dua kemungkinannya, Meh. Antara diterima atau ditolak. Kalau diterima, lo pulang bareng Faris. Tapi kalo ditolak, pasti lo pengen pulang sendirian, kan? Nah, dari ketiga pilihan yang lo kasih, menurut gue mendingan yang di deket patung Merlion itu, sih. Jangan yang terlalu deket sama apartemen, jangan juga yang terlalu rame. Kalo lo nangis cirambay di MRT, apa kabar harga diri, cuy," jawab Ay sengaja memelankan kecepatan bicara supaya aku paham.

Her Life as a Secret AdmirerWhere stories live. Discover now