21. kaka.....

231 11 0
                                    

"Jangan terlalu menyalahkan takdir hingga kita beranggapan bahwa Allah tidak adil"




"Kamu! nggak usah ikut campur urusan saya!" ucap Arka lalu pergi masuk menemui rafaila yang sedang terbaring.

Tiba-tiba saja Bunyi nyaring dari mesin EKG membuat mata Arka terbelalak karena garis yang ada alat itu tak senormal tadi. Arka mendekat dengan wajah khawatir, tiba-tibat tubuh rafaila kejang-kejang. Dengan cepat Arka lari keluar ruangan untuk memanggil dokter.

"Hiks... ka lo kenapa?" ucap Astra yang sudah menangis. saat Arka berlari memanggil dokter Astra masuk ke dalam ruangan untuk melihat apa yang terjadi dengan kondisi rafaila.

Selang beberapa lama kemudian dokter dan suster sampai diruangan.

"Seperti nya detak jantung pasien melemah. Semuanya harap menunggu diluar agar kami lebih fokus menangani pasien" ucap salah satu suster.

Dengan berat hati mereka keluar meninggal kan rafaila yang tengah berjuang antara hidup dan mati.

"Kenapa ini? Kenapa kalian diluar semua? Astra kenapa kamu nangis?" pertanyaan beruntun itu keluar dari mulut Bintang. Bintang yang baru saja pulang mengajar langsung bergegas menuju rumah sakit

"Jantung rafaila melemah" jawab Arka

Astra terus menangis, dia tengah mengkhawatirkan kakanya, dia tidak mau sesuatu terjadi pada kakanya. Astra tidak ingin kehilangan seseorang yang berarti dalam hidupnya lagi.

Rendra yang duduk disebelahnya Astra. mencoba menenangkan astra "Udah jangan sedih lagi mending berdoa buat kakamu di dalam sana," ucap Rendra. hati Rendra hancur melihat Astra menangis.

"Bener kata Rendra de. lebih baik kita berdoa aja," ucap Bintang mengelus bahu Astra.

Arka hanya terdiam terinsuk di lantai. saat ini arka benar-benar hancur. setelah kepergian Gressa kini ia takut kehilangan seseorang yang berarti baginya.

Didalam ruangan Rafaila, dokter dan suster dengan cekatan memeriksa keadaan Rafaila.

"Detak jantung pasien semakin melemah, Dok" lapor salah satu suster.

Suara putus-putus dari mesin EKG itu menandakan bahwa nyawa Rafaila benar-benar sudah diujung tanduk.

"Sus, siapkan alat kejut jantung" ucap sang dokter.

Suster itu mengangguk dan segera menyiapkan mesin automated external defibrillator (AED). Alat ini berfungsi untuk memberikan kejutan listrik kepada pasien untuk mengembalikan detak jantung. Dokter memulai aksinya. Dia menggesekkan dua alat AED ditangan, lalu menempelkan nya didada Rafaila. Seketika tubuh Rafaila menggelinjang keatas pertanda jantung merespon. percobaan pertama, suara monitor EKG semakin terputus- putus, terlihat disana garis lurus nya mulai bergerak hampir sampai keujung.

Dokter kembali menggesek kan alat AED tersebut dan kembali menempelkan nyaa kedada Rafaila.

Tubuh Rafaila kembali menggelinjang keatas. Tetapi suara monitor EKG tidak terdengar. Tiba-tiba....

Suara nyaring dari mesin EKG terdengar memenuhi ruangan, garis yang menentukan hidup dan mati seorang Rafaila, kini telah lurus sepenuhnya, pertanda sudah tidak ada lagi kehidupan ditubuh wanita itu. semua gagal Usaha dokter dan para suster sia-sia.

ASTRA ADHARA( ON GOING ) Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu