prolog i : arahan claudser

24.9K 1.9K 163
                                    


"Raha, apa Ribina sudah bicara?"



Laki-laki berumur 21 tahun itu berbalik dan beradu pandang terhadap sang ayah yang bertanya sekaligus memasang raut penuh kekhawatiran di wajah. Sudah sebulan tepatnya sejak sang kakak kembali ke rumah namun tidak pernah bicara sedikitpun.

"Belum." Arahan Claudser menjawab, laki-laki yang lebih sering dipanggil 'Raha atau Tuan Muda Raha' tergantung pada siapa yang memanggilnya.

Ayah mereka, Louis Claudser--jelas merasa ada yang aneh karena biasanya putri pertama mereka tidak akan pulang sepanjang musim panas dan lebih memilih tinggal di rumah tunangannya. Namun bulan lalu terjadi hal diluar nalar, yakni Ribina kembali.

"Kalau Ribina sudah mau bicara, tolong beritahu padaku." Ujar Louis berpesan pada Raha.

Raha mengangguk pelan. Menatap kepergian ayahnya lalu menatap lagi pintu kamar dengan ukiran berhiaskan permata mahal di hadapannya. Itu kamar Ribina. Rasanya aneh sekali saat gadis berstatus kakaknya itu tiba-tiba pulang dalam kondisi basah kuyup di tengah malam tanpa pengawal utusan keluarga Luther.

Tadinya Raha ingin mengabaikannya namun rasa penasaran membuatnya melangkah masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk. Lagipula salahkan Ribina yang tidak mengunci pintu, sesuatu yang dulunya tidak pernah dilakukan oleh gadis itu.

"Kak Ribi..." Raha berjalan mendekat saat menemukan Ribina terduduk di tepi ranjang dengan pandangan lurus ke arah balkon.

Panggilan Raha diabaikan.

"Kak Ribina?"

Merasa perempuan itu melamun, Raha mengulurkan tangannya menggapai bahu kanan Ribina dan tanpa sengaja sentuhannya membuat perempuan itu tersentak kaget hingga terperanjat dan menatap panik ke arahnya.

"Kak--" belum selesai Raha bicara, pergelangan tangannya ditarik dan tubuhnya dipeluk erat oleh Ribina yang langsung menangis sesenggukan.

"Aku... takut sekali." Lirih Ribina ditengah isak tangis.

Seumur-umur hidup bersama Ribina sebagai keluarga, Raha tidak pernah mendapat pelukan dari perempuan berstatus kakaknya itu. Perasaannya aneh, lebih aneh lagi karena jantungnya berdebar kencang.

"Apa yang terjadi?" Raha bertanya berusaha mengabaikan letupkan kencang dalam dadanya.

"Amadeo berselingkuh." Ucap Ribina memberitahu perihal pria yang menjadi tunangannya selama dua tahun terakhir ini.

Kemudian tangisan Ribina terhenti, ia baru sadar siapa seseorang yang dipeluknya dan langsung mendorong laki-laki itu hingga jatuh terduduk di lantai.

Raha mengulum senyum kecil. "Ada apa, Kak Ribi? Tuan Duke berselingkuh?" perkataan itu terdengar seolah mencibir habis-habisan.

Ribina membawa satu tangannya menutup mulut, ia baru sadar kalau Ribina yang asli sudah meninggal. Ribina yang sekarang itu palsu. Ada sebuah kejadian mengerikan yang terjadi di kediaman Duke Luther.

"Arahan Claudser..." gumam Ribina mengingat nama sosok tampan di hadapannya yang tinggi semampai mencapai 191 cm. "Salah satu orang yang mengusulkan supaya Ribina bertunangan dengan Amadeo agar dirinya menjadi kepala keluarga Claudser selanjutnya."

Salah satu tokoh utama sinting!

"Apakah kau baru saja menyebut namaku, kak?" Raha bertanya sambil menatap Ribina sambil menepuk-nepuk kemejanya yang kusut.

"Keluar!" pekik Ribina mengamuk. "Keluar dari kamarku!"

Raha tertawa, satu tangannya terulur mengusap puncak kepala Ribina lalu mendekat dan berbisik. "Pilihannya hanya dua, kak. Menikah denganku agar aku yang menjadi kepala keluarga selanjutnya atau menikah dengan orang lain dan pergi dari kediaman ini. Kau memilih yang kedua, kan?"

***





Arahan Claudser  / Raha21 tahun191 cm

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Arahan Claudser / Raha
21 tahun
191 cm

The Tales Of RibinaWhere stories live. Discover now