v. as you wish

7.1K 685 30
                                    


Amadeo : awas jangan terlalu benci, nanti cinta dan sebenci apapun kalian ke saya jangan lupa give a star 🌟

💗( ͡°³ ͡°)🌷





Berhari-hari Ribina diam di kamar dan memulihkan diri, tidak berkontak dengan siapapun bahkan mengunci pintu dari dalam sehingga Amadeo tak dapat menerobos masuk ke dalam. Lagipula Amadeo memang tidak datang juga, mungkin sibuk bersenang-senang dengan jalang kesayangannya Odeliah.

"Aku sudah membaik." Ribina bicara pada dirinya sendiri di cermin, saat ini dirinya tengah duduk di depan meja rias. "Lukaku... membekas." Gumamnya sembari mengusap  daerah yang lebih gelap berupa goresan panjang di bagian dahi hampir ke tengah.

Katakanlah bahwa sekarang dirinya sudah menjadi jelek, menjadi tidak sempurna. Ia sampai yakin Amadeo tak akan mau melihat wajahnya lagi. Pria itu selalu suka pada perempuan yang putih mulus dan bersih seperti Odeliah.

Maka dari itu perlahan Ribina membuka laci dan mengambil sebuah gunting dari baliknya. Tanpa pikir panjang, ia goresan bagian tajam dari gunting itu ke sepanjang pipi kanannya. Sengaja mencetak luka disana tanpa menciptakan ekspresi kesakitan di wajahnya.

"Mari lihat bagaimana kau akan tahan dengan hubungan kita, Amadeo." Ribina tersenyum miring sembari mengusap kencang pipinya yang berdarah-darah.

Bukan tanpa alasan Ribina melukai wajahnya sendiri. Lusa adalah acara penting di Kekaisaran. Akan ada pesta bagi para bangsawan yang diadakan enam bulan sekali untuk mempererat kekeluargaan diantara mereka. Amadeo sudah pasti diundang sebab statusnya merupakan Duke wilayah Scohouten dan diwajibkan membawa pasangan bagi yang sudah memiliki. Artinya, Ribina terpaksa diajak karena Odeliah terlalu bodoh untuk bergaul di kalangan atas.

Dan beberapa saat lagi pintu kamarnya akan diketuk. Jemputan yang dikirim oleh kekaisaran sudah tiba. Siap membawa Amadeo dan dirinya menuju ke pusat pemerintahan benua Landow ini.

Tok tok tok!

"Nona Ribina, anda diminta bersiap dan turun oleh Tuan Duke. Kereta kuda utusan kekaisaran sudah menunggu di luar. Tuan Duke meminta anda bergegas."

Ketukan di pintu dan pemberitahuan pelayan persis seperti yang dibacanya dalam buku. Bedanya, Ribina sangat jelek sekarang. Wajahnya penuh luka. Ribina meraih kain dan mengusap pipinya, mencoba menyingkirkan jejak darah berlebihan disana sesaat sebelum bangkit berdiri meninggalkan meja rias.

Tangannya terulur menarik kedua gagang pintu dan membuka benda persegi panjang itu ke arah dalam. Pelayan yang tadi memberitahunya langsung menundukkan kepala dan meremas kedua tangannya di depan paha.

"Aku sudah siap. Apa Amadeo ada di bawah?"

"I--iya, Tuan Duke sudah di bawah."

"Dengan siapa?"

Pertanyaan Ribina membuat pelayan wanita itu kikuk, tetapi tetap memilih untuk menjawabnya. "Odeliah."

Benae. Hubungan Amadeo dan Odeliah bukan rahasia umum lagi di rumah ini. Mereka secara terang-terangan menunjukkan kemesraan di hadapan para pekerja dan sejujurnya mereka lebih memuliakan Odeliah secara diam-diam karena menganggap sikap perempuan itu setulus dan sebersih Malaikat. Padahal Malaikat tidak akan pernah mau menjalin hubungan dengan manusia jika macam Amadeo. Malaikat jenis apa kira-kira Odeliah itu?

"Tuan Duke, Nona Ribina akan marah jika melihat kita seperti ini. Saya mohon..."

"Biarkan saja."

"Tuan Duke, saya tidak mau Nona Ribina sedih..."

"Biarkan saja. Kau lebih memilih dirinya dibanding aku, hm?"

Bukan samar-samar lagi, Ribina bisa dengar dengan jelas percakapan antara Amadeo dan Odeliah. Perempuan itu berusaha menghindar namun Amadeo terus saja memaksakan dirinya. Ya, Odeliah mulai diliputi rasa bersalah sejak Ribina mencoba menghabisi diri dengan melompat dari balkon. Padahal aslinya, dia menikmati-menikmati saja.

The Tales Of RibinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang