i. sweetness breakfast

13.5K 1.2K 71
                                    

Pagi itu Ribina sarapan bersama dua entitas yang melabeli diri mereka sebagai keluarga Ribina. Raha---adiknya, dan Louis--sang ayah---nampak tersenyum sedari tadi sebab merasa sudah waktunya ia berhenti cemas. Ribina mau bicara lagi meski kadang gadis itu suka melamun tiba-tiba dan belum siap menceritakan kejadian yang membuatnya mendadak memutuskan pulang ke rumah.

"Raha, bagaimana perkembangan pajak bulan ini? Orang-orang yang menunggak sudah membayar?"

Pertanyaan itu membuat si bungsu, Raha berhenti mengunyah sesaat lalu menjawab setelah menelan makanannya. "Beberapa kekuarga lagi tinggal membayar seperempatnya."

"Bagus, ada kemajuan semenjak kau kutempatkan pada bidang perpajakan wilayah ini. Ingat, Keluarga Claudser tidak boleh mengecewakan Kekaisaran." Ucap Louis memberi nasehat pada akhir lalu lanjut memakan makanannya.

Ribina menahan tawa, wajahnya ia palingkan ke arah kiri. "Putramu itu tidak bisa mengatasinya. Dia merampok rumah orang yang menunggak pajak secara paksa dan mengatakan bahwa barang-barang yang diambil akan dijual lalu hasil penjualannya dipakai membayar pajak."

"Kelihatannya pikiran Kak Ribina tengah berada di tempat lain." Celetuk Raha menyadari ekspresi cekikikan tanpa suara itu.

Seketika leher Ribina terasa kaku, dia agak sulit memutar kembali kepalanya supaya menghadap lurus ke depan dan tersenyum singkat.

"Aku tidak memikirkan apapun." Jawabnya merespon kalimat Raha.

"Raha, jangan ganggu kakakmu." Louis menegur, tahu betapa cemasnya dia menunggu Ribina berhenti mengurung diri di kamar. "Biarkan kakakmu makan dengan tenang."

"Aku sama sekali tidak mengganggunya kok," sahut Raha membela dirinya sendiri dan menatap Ribina penuh cemooh. "Kalau kuganggu piringnya sudah kulempar dengan kotoran sapi."

"Raha." Teguran kedua diberikan oleh Louis sambil melotot. "Makan dengan tenang."

"Bukannya ayah duluan yang memulai pembicaraan di tengah sarapan?" sambar Raha melempar sindiran.

Louis menghela nafas, selera makannya hilang. Dia berdiri setelah meletakkan garpu dan pisau dengan kasar di meja lalu melengos begitu saja.

Samar-samar terdengar kalimat, "kau sama persis dengan jalang itu!" dari Louis sebelum benar-benar meninggalkan ruang makan.

Raha itu putra palsu. Saat ibu kandung Ribina sekaligus istri Louis yang keras kepala, pemabuk, dan pemarah dalam kondisi hamil tua anak kedua--diam-diam perempuan itu pergi di tengah malam untuk minum di sebuah bar. Cuaca seharian itu mendung sehingga tanah becek bekas hujan kemarin tidak kering sama sekali tetapi, wanita sinting itu nekat pergi tanpa sepengetahuan siapapun. Sekarang sudah jelaskan mengapa sifat Ribina sebelas dua belas dengan setan?

Dalam perjalanan menuju bar di pasar kota wilayah tersebut, perempuan itu terpeleset dengan kencang hingga bayinya meninggal akibat benturan kuat akibat posisi perut mendarat duluan.

Seorang warga yang lewat menyelamatkan ibu Ribina, membawanya ke tabib khusus perempuan melahirkan terdekat.

Mengetahui bayinya mati, sang ibu yang tak mau diceraikan oleh suaminya merampas bayi wanita lain setelah mencekik wanita tersebut sampai mati.

Tabib tahunya wanita itu mati karena pendarahan hebat padahal ibu Ribina berperan besar sebagai pelaku utama yang mengirim wanita itu ke surga sebelum waktunya.

Ta-daaa! jadilah Raha!

Arahan Claudser.

Kalau menurut di novel asli, kisah Raha seperti itu. Di ungkap pada bagian akhir atau bagian tambahan 'special chapter : Arahan Claudser' tentu dengan momen manis bersama sang tokoh utama Odeliah Maeva.

The Tales Of RibinaWhere stories live. Discover now