prolog iii : kian luther

12.8K 1.4K 64
                                    

Berbanding terbalik dengan sang kakak yang secara terang-terangan menjalin hubungan dengan Odeliah dan Ribina Claudser sekaligus, Kian Luther benci berkontak fisik dengan lawan jenis. Dia memiliki trauma tersendiri yang tidak pernah dijelaskan detailnya dalam novel Love Deeply.

Namun kejadian sebulan yang lalu tak kunjung luput dari dalam benak Kian.

Sesekali di balkon kamarnya Kian tiba-tiba melamun dan menatap tangan kanannya sendiri, merasakan sensasi lembut ketika memeluk seorang gadis untuk pertama kali.

Kejadian itu mendadak sekali. Kian ada di balkon saat tiba-tiba Ribina, tunangan dari sang kakak jatuh ke bawah. Kian tidak tahu apa yang terjadi tepatnya namun ia refleks memeluk pinggang perempuan itu selama tiga detik sebelum akhirnya dia lepaskan sehingga tubuh Ribina jatuh tercebur ke kolam yang ada di bawah. 

"Aneh..." gumam Kian.

"Aku mencoba berhenti memikirkannya tapi tidak bisa." Semakin hari kepalanya semakin aneh terutama bagian memori otak yang terus saja mengulang momen sekilas yang tercipta antara dirinya dan Ribina.

Ribina... gadis itu tinggal di kediaman ini namun seperti yang sudah dijelaskan, Kian benci terhadap lawan jenis jadi dia tidak pernah sekalipun berhadapan langsung dengan Ribina.

Dia hanya mendengar dari apa yang disampaikan oleh asisten pribadinya, Roger, bahwa Ribina sangat cantik sekali. Kecantikan Ribina seperti rembulan yang bersinar tanpa bintang. Sendiri namun memukau. Dikatakan juga kecantikan gadis itu seperti badai api di tengah gurun pasir.

Roger agak berlebihan, Kian menganggapnya begitu.

Dia tidak pernah penasaran dengan rupa Ribina.

Sebagian besar waktunya selama 23 tahun pun dihabiskan mengurung diri di kamar, jarang sekali Kian keluar dari sangkarnya sendiri.

Kian punya trauma.

Tapi untuk pertama kalinya saat bersentuhan dengan Ribina---yang notabennya untuk pertama kali Kian kontak langsung dengan perempuan---dia sama sekali tidak merasakan kecemasan berlebihan dan rasa sesak di dada.

Ketika melihat wajah Ribina, Kian terdiam.

Dunia di sekitarnya seolah berhenti berputar. Terlalu dramatis memang. Tetapi, itulah yang Kian rasakan hingga saat ini.

Kian tidak bisa berhenti memikirkan Ribina.

Ini menyimpang dari novelnya karena seharusnya yang Kian sentuh secara tak sengaja pertama kali adalah Odeliah bukan Ribina.

"Tuan Muda..." Roger menyapa, di ganganny terdapat satu nampan berisikan sup dan segelas susu. "Sarapan Anda mau langsung saya taruh di meja?"

Kian menoleh. Garis rahangnya tegas, tidak setegas Amadeo sang kakak namun tidak kalah tampan. Kedua bola matanya berwana hitam legam hingga pupilnya nyaris tidak terlihat. Bibir Kian tipis, runcing, dan seksi. Tidak seseksi Amadeo.

Kian punya aura kesepian yang mendalam beda dengan Amadeo yang cenderung aura pria hidung belang.

"Letakan saja di meja." Jawab Kian dengan suara pelan sedikit serak.

Roger menghela nafas, ekspresi wajahnya terlihat khawatir. "Maaf jika saya lancang, Tuan. Akhir-akhir ini saya melihat anda merenung di balkon seperti melamun... apa ada sesuatu yang mengganggu pikiran anda?"

Kian menggeleng, dia tak mau terlalu jujur pada Roger. "Ribina, gadis itu... tunangan kakakku... bagaimana keadaannya?"

"Ah... Nona Ribina sudah pergi dari kediaman ini sebulan yang lalu, Tuan." Roger menjawab, jawaban yang membuat alis Kian mengerut.

"Apa?"

"Ya, Nona Ribina pergi begitu sadar sebelum tabib sempat memeriksa apakah ada luka dalam setelah beliau jatuh dari ketinggian dan tercebur kolam." Jelas Roger.

Entah kenapa Kian menjadi resah.

"Kapan dia kembali?"

Roger menggeleng. "Sepertinya dia tidak akan kembali lagi ke sini."

"Mengapa begitu?" tanya Kian penasaran.

"Malam itu Nona Ribina memergoki Tuan Duke bermesraan dengan Odeliah."

"Odeliah si pelayan itu?" raut wajah Kian terlihat tak suka secara terang-terangan.

"Ya, Tuan." Ujar Roger membenarkan.

"Sebenarnya Nona Ribina lompat dari balkon untuk mengakhiri hidup namun syukurlah selamat." Timpal Roger lagi.

Kian mengangguk. "Dia selamat lalu kenapa tak kembali? Bukankah dia sangat tergila-gila pada kakakku?"

Meski tidak aktif sebagai anggota keluarga, Kian selalu tahu situasi yang terjadi dirumahnya termasuk sifat dan sikap Ribina yang cenderung kurang ajar serta tidak tahu diri. Gadis itu dikatakan terlalu ugal-ugalan dalam mencintai Amadeo bahkan banyak gosip mengatakan kalau Ribina 'menghilangkan' semua gadis bangsawan yang sempat memiliki rumor dekat dengan Amadeo.

Jadi, seharusnya Ribina tidak langsung menyerah begitu saja saat tahu Amadeo dekat dengan Odeliah tepat di depan matanya. Terlebih status gadis itu hanya pelayan Kediaman Luther yang bisa di tendang kapan saja.

"Saya rasa kali ini beliau berhenti, ada surat pembatalan pertunangan yang di dapat oleh Tuan Duke pagi ini." Balas Roger memberitahu.

Hening. Kian terdiam, perasaanya menjadi semakin gelisah setelah tahu Ribina sudah memutus pertunangan sepihak dari Amadeo. Artinya Ribina tidak akan pernah datang lagi ke Kediaman Luther dan ekspresi apa itu? Apakah Kian merasa kecewa?

"Kau tahu dimana Kediaman keluarga Claudser berada, Roger?"

"Umhh..." Roger tak langsung menjawab, dia mengingat sejenak. "Jauh sekali dari sini Tuan, ada dibalik Pegunungan Avesis."

Kian meringis. "Baiklah, kau boleh pergi."

Setelah membungkuk hormat, Roger keluar dari kamar Kian. Meninggalkan pria setinggi 190 cm itu kembali termenung sendiri sambil menatap tangan kanannya yang lagi-lagi sempat meremas pinggang lembut Ribina.

"Aku... tidak bisa berhenti memikirkannya, aku sama sekali tidak bisa..." gumamnya merasa tak nyaman sendiri. "Aku harus apa?"

***

Kian Luther190 cm, 23 tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kian Luther
190 cm, 23 tahun

The Tales Of RibinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang