xix. a measurement

3K 297 28
                                    

"Nona, maaf lancang. Tetapi, apakah anda melakukan diet ketat?" Penjahit pria bernama Riley itu bertanya sambil menaikan kacamatanya yang turun.

"Apa?" Beo Ribina langsung melihat ke arah Amadeo yang berdiri tepat di belakang Riley, memperhatikan penjahit itu mengukur lingkar pinggangnya.

"Anda terlalu kurus bahkan untuk ukuran paling kecil, sepertinya saya perlu menyesuaikan ulang ukuran gaun-gaun yang saya bawa." Ucap Riley. "Namun, tidak masalah. Selagi anda menyukainya, saya bersedia kerja lembur bagai kuda demi kesempurnaan gaun pernikahan anda."

Namun alih-alih Ribina yang merespon, justru Amadeo yang menyambar. "Bisakah kau tutup saja mulutmu itu?"

Riley berdehem canggung. "Maafkan saya, mulut ini memang suka sekali bicara terus-menerus. Jadi, saya akan langsung mulai tunjukan model terbaik gaun pernikahan untuk anda."

Memperhatikan Riley yang tengah membongkar tas besar miliknya, Ribina tak sadar saat Amadeo berpindah ke belakangnya. Barulah setelah Amadeo meletakkan satu tangannya di bahu Ribina, perempuan itu tersentak kaget dan refleks menoleh.

"Kau mendengarnya, kan? Penjahit kita sampai mencemaskan kondisimu. Kau seharusnya berhenti memikirkan hal yang tidak-tidak mulai sekarang, fokuslah pada dirimu sendiri dan pada hal-hal yang menyenangkan." Ujarnya pada Ribina seolah tidak pernah menjadi alasan perempuan itu sempat frustasi sampai melompat dari balkon sebelumnya.

"Aku tahu kau masih terus terngiang insiden hari itu." Bisik Amadeo mendekati telinga Ribina sembari membelai sisi rambut panjang perempuan itu. "Namun jika terus membahas atau mengingat masalalu, itu tidak akan pernah ada habisnya. Lihatlah ke masa sekarang, aku sudah meminta maaf dan berusaha memperbaiki segalanya."

"Bisakah aku melihat lebih dekat model yang itu?" Memilih mengabaikan Amadeo, Ribina melangkah mendekati Tyler dan meraih gaun pengantin yang berhasil menarik perhatiannya.

"Tentu saja. Oh, anda memilih model terbaru yang saya jahit." Jelas Tyler sumringah.

"Namun, aku kurang suka yang mengekspos lengan terlalu berlebihan. Bisakah tutupi atau tambahkan sesuatu semacam lengan balon pendek? Kurasa itu akan terlihat bagus untukku."

Melihat ke arah Amadeo, Tyler menunggu pria itu mengangguk barulah ia menanggapi permintaan Ribina. "Bisa Nona, sangat bisa. Beri saya waktu dua hari dan gaun ini akan langsung siap dipakai oleh anda di hari pernikahan. Saya dengar pernikahannya Minggu depan, kan?"

"Ya, Minggu depan." Amadeo yang menyahut lalu dihampirinya Ribina dan dirangkul bahunya dari belakang. "Sudah cukup untuk hari ini, kau bisa kembali ke kamarku atau haruskah kuantar?"

"Aku pergi sendiri." Jawab Ribina seraya menyingkirkan tangan Amadeo dari bahunya pelan. "Aku tidak mengerti kenapa kau sangat menginginkannya sekarang."

"Karena aku ingin." Sahut Amadeo. Itu cukup masuk akal, tetapi tidak fleksibel karena bukan jawaban yang ingin Ribina dengar.

"Aku akan memperbaiki segalanya, percayalah sedikit saja untuk sekali ini Ribina." Amadeo menambahkan, meski tatapannya sangat serius Ribina tidak bisa berhenti berburuk sangka dengan pria itu mengingat dulunya dia sangat benci terhadap Ribina.

Apa mungkin karena tubuh Ribina tak lagi dihuni oleh Ribina yang asli?

"Tunggulah sebentar." Cegah Amadeo saat Ribina akan pergi kembali ke kamarnya lalu nampak pria itu melambaikan tangan pada seorang pelayan lalu berkata. "Panggilkan Odeliah ke sini."

"Baik, Tuan Duke."

"Persis seperti dugaanku." Ribina langsung menyambar dengan ekspresi kesal di wajah, merasa dirinya menang karena pada akhirnya Amadeo kembali ke sifat semula.

The Tales Of RibinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang