vii. need a little rest

6.1K 663 77
                                    

Amadeo : meski kalian membenciku, tetaplah beri 🌟 agar kita segera bertemu.

🌷( ͡°〓 ͡°)💗







"Aku ingin kau sedikit beristirahat dari Amadeo." Ucap Raha tiba-tiba sesaat sebelum melepaskan Ribina darinya sebab musik telah berganti dan Ribina dikembalikan lagi pada Amadeo yang sudah menunggu.

Amadeo meraih pergelangan Ribina dan bertanya. "Siapa yang mengizinkanmu berdansa?"

"Dia adikku." Jawab Ribina seadanya sembari berusaha bebaskan pergelangan tangannya dari cengkraman Amadeo yang tidak terlalu kencang.

"Kau ingin menjadi pusat perhatian, begitu?" tebak Amadeo menuduh.

Ribina berdecak pelan, tatap tajamnya beradu dengan milik Amadeo yang tak kalah tajam. "Mengapa kau sangat kekanakan begini? Kau seorang Duke, perhatikan sikapmu."

"Dan kau pasangan--"

"Aku tak merasa begitu." Sela Ribina memakai kesempatan sebaik mungkin selagi berada di tempat umum.

Amadeo menghela nafas dua kali, mencoba mengatur amarahnya lalu berbicara selembut mungkin. Lembut yang dibuat-buat. "Ribina, tunanganku tersayang. Semua orang memperhatikan kita, tolong jangan membuat kesabaranku habis dengan cepat."

"Kau mau pukul aku?" tantang Ribina mendongakkan dagu. "Pukul. Pukul aku, Tuan Duke!" pintanya dengan suara yang hanya bisa di dengar oleh mereka berdua saja.

Hal itu membuat Amadeo mengerang frustrasi tanpa suara dan berkali-kali menghela nafas sesaat sebelum tersenyum palsu lagi. "Sayang, I'll never do that. Kau tahu itu, kan?"

"Berhenti mengatakan omong kosong, Tuan Duke." Ucap Ribina muak.

Amadeo berdecak, tidak terbiasa dengan panggilan Ribina terhadapnya sekarang lagipula sejak kapan perempuan itu mulai memanggilnya dengan embel-embel 'Tuan Duke' ketimbang langsung dengan nama, biasanya juga 'Amadeo tersayang, Amadeo cintaku, Amadeo belahan jiwaku' kemana semua itu?

"Aku ingin bertanya satu hal padamu, jawab jujur." Ujarnya pada perempuan itu saat mata mereka saling pandang dalam satu garis lurus.

"Sure." Ribina mengangguk pelan, ia menunggu Amadeo yang nampak berpikir keras untuk merangkai sebuah kalimat pertanyaan. "Sesulit itu?"

"Sejak kapan kau berhenti memanggilku dengan nama?"

"Sejak aku sadar kau... tidak lebih dari tukang selingkuh." Jawab Ribina mengecam melalui sorot mata, ia juga tersenyum miring disana. "Baru sadar?"

Amadeo mendekatkan wajahnya pada Ribina, bukan untuk mencium perempuan itu melainkan memulai perdebatan dengan berucap. "Berapa kali harus kujelaskan padamu bahwa itu hal wajar? Pria memiliki lebih dari istri atau bahkan memiliki banyak kekasih diluar pernikahannya sangatlah wajar. Karena kami para pria, kami dihormati. Tak seperti kalian, beberapa kalian hanya untuk diajak ke pesta-pesta bangsawan, beberapa lainnya hanya untuk ditiduri berkali-kali."

Tawa Ribina hampir terbebas apabila ia tidak dengan cepat mengibaskan tangan ke wajahnya sembari menyahut. "Kalian para pria sangat munafik. Jangan berselingkuh jika tak siap diselingkuhi balik, semudah itu."

Mendengar penuturan Ribina, Amadeo merasa kepalanya cenat-cenut mau pecah lantaran tak habis pikir dengan cara kepala Ribina menggunakan otaknya. Menyamakan pria dan wanita? Yang benar saja!

"Ribina, kecilkan suaramu. Kalau ada bangsawan lain yang mendengar--"

"MEMANGNYA KENAPA!?" anggaplah Ribina kekanakan namun kesempatannya mengancam dan mengendalikan Amadeo hanya ada untuk malam ini saja.

The Tales Of RibinaWhere stories live. Discover now