vi. fake romance

6.6K 690 30
                                    


Amadeo : jangan benci, nanti cinta mati🐱
apabila tidak mau berjodoh dengan sy silakan drop 🌟 sebelum membaca

💌( ͡°³ ͡°)🌷




"Kau yakin bisa melakukannya tanpa penata rias?" Amadeo bertanya dengan tampang datar walau saat ini cemas harga dirinya mungkin akan tercoreng kalau ada yang tahu Ribina terluka di wajah.

Sejenak Ribina berhenti menorehkan kuas di wajahnya dan mendongak pada Amadeo untuk menjawab. "Semakin sedikit yang tahu, semakin baik."

Malam ini adalah malam pesta. Semua orang sudah berada di aula Kekaisaran. Kaisar, Permaisuri, mereka akan datang sebentar lagi setelah para tamu berkumpul di aula. Semua sudah berkumpul kecuali Ribina dan Amadeo. Pria itu masih menunggu dan Ribina masih sibuk menutup luka di pipinya dengan riasan.

Setelah merasa cukup, Ribina berhenti memoles dan berdiri. Berbalik ke arah Amadeo sembari memperlihatkan luka di wajahnya yang sukses tersamarkan.

"Bagaimana bisa?" Amadeo mengulurkan tangan nyaris menyentuh pipi Ribina namun ditepis keras oleh perempuan.

"Jangan merusaknya, bodoh!" desisnya.

"Hei!" Amadeo menunjuk Ribina tepat di wajah. Rahangnya mengeras saat ini, pertanda bahwa dia sedang marah. "Jaga ucapanmu!"

Apa itu tadi? Ribina baru saja mengumpat padanya?

"Apa kau pernah menjaga ucapanmu padaku?" Ribina tertawa sarkas, ditepisnya jari tangan Amadeo dari depan wajahnya lalu ia berjalan melewati pria itu.

"Brengsek!" umpatnya sembari menyugar rambut lalu merapihkannya lagi sesaat sebelum menyusul Ribina dan menggandeng paksa lengan perempuan itu sambil tersenyum palsu saat berpapasan dengan beberapa pelayan.

"Kau harus tetap berada di sisiku, mengerti?" bisiknya menekankan seluruh kalimat.

"Mengapa harus?"

Amadeo menghela nafas. "Ribina, jangan membuat masalah disini. Kau tahu..." diusapnya rambut panjang Ribina selembut mungkin. "... aku tidak bisa memukulimu disini, namun jangan memanfaatkan kesabaranku."

"Kau baru saja memberitahukan kelemahanmu padaku?" Ribina terkekeh suram, suaranya kecil tapi bisa Amadeo dengar jelas dan menganggapnya sebagai salah satu bentuk ancaman.

"Ribi--" belum selesai Amadeo bicara, Ribina mempercepat langkahnya sehingga mau tak mau Amadeo bergegas menyusul perempuan itu supaya kesannya tak seperti kambing yang terseret.

Saat akan membalas Ribina dengan menarik rambut perempuan itu, Amadeo gagal sebab mereka sudah terlanjur mencapai aula tempat orang-orang berkumpul. Mereka berdua mendadak jadi pusat perhatian selama sesaat sebelum orang-orang mengalihkan pandangannya lagi pada sesuatu yang lebih menarik.

"Selamat datang Tuan Duke," satu dari mereka mendekat, seorang putri dari keluarga Viscount Ernesta--Mielle Ernesta--menyapa. "Nona Ribina, bagaimana kabarmu?"

"Kabarku baik." Ribina menjawab sembari tersenyum tipis.

Mielle mengangguk kecil dan mengalihkan pandang pada Amadeo. "Tuan Duke, bagaimana?"

"Sangat baik." Jawab Amadeo disertai senyum palsu. "Senang bisa melihat anda lagi setelah sekian lama, Lady."

Mielle tersenyum lembut dan mengakhiri percakapan. "Kalau begitu aku permisi terlebih dahulu. Ada beberapa kenalan yang belum kusapa."

Disaat Amadeo sibuk memandangi kepergian Mielle, tiba-tiba sebuah sirup ditumpahkan ke kemejanya. Dengan cepat Amadeo menoleh dan mendapati Ribina sebagai pelaku yang kini memegang gelas kosong.

The Tales Of RibinaWhere stories live. Discover now