prolog ii : amadeo luther

14.5K 1.4K 140
                                    

Tok tok!




Dua kali pintu ruang kerjanya di ketuk, pria berparas tampan rupawan itu mengalihkan pandangannya dari sebuah buku ke arah pintu lalu mempersilakan siapapun yang ada dibaliknya untuk masuk ke dalam.

"Tuan Duke, ada surat." Itu Baron Liam atau sebut saja sebagai kepala pelayan keluarga Duke Luther yang beranggotakan dua orang saja.

Amadeo Luther si sulung sekaligus Duke wilayah Schouten yang terkenal tampan, tampan, tampan, dan tampan.

Sebut namanya sekali maka para gadis yang mendengar akan langsung pingsan dalam satu waktu bersamaan. Agak berlebihan memang, tetapi itulah yang dinamakan pesona tokoh utama pria.

"Surat?" alis tajam Amadeo tertaut, "aku tak ingat ada undangan pesta Kerajaan minggu ini."

Baron Liam tersenyum tipis, menunduk sambil mengulurk amplop cokelat lengkap dengan stempel milik keluarga Claudser yang ada di bagian depan.

"Dikirim dari keluarga tunangan anda, Ribina Claudser." Ucap Liam memberitahu lalu dia berjalan mundur dan menutup pintu dengan hati-hati saat menjnggalkan Amadeo sendiri di dalam ruangannya.

Amadeo menghela nafas kasar, membuka amplop surat tersebut dengan tergesa lalu merotasikan matanya malas. "Apa lagi sekarang?"

"Selalu saja tak bosan-bosannya membuat drama." Desisnya jengkel dengan berbagai situasi berlebihan yang sengaja diciptakan oleh tunangan sintingnya itu.

Belum cukup bulan lalu jatuh ke kolam yang ada di kediaman Duke Luther dari lantai tiga karena berlarian panik seperti orang kerasukan padahal yang Ribina lihat hanya Amadeo yang hampir berciuman dengan pelayan pribadinya, yang merawat dirinya dan rumah ini sejak sepuluh tahun terakhir.

Apa masalahnya?

Ribina terlalu berlebihan.

Amadeo membencinya.

Tetapi, mau tidak mau ia membaca isi surat yang dikirim dari kediaman keluarga gadis itu setelah sebulan Ribina tidak pernah datang ke sini. Jujur saja timbul rasa penasaran yang selalu Amadeo sangkal mengenai dirinya yang terkadang secara tidak sadar mempertanyakan mengapa Ribina tidak kunjung kembali padahal biasanya gadis itu selalu mengacaukan satu hari dalam hidupnya tanpa henti.

❁ ⸙͎۪۫ ⊰Kepada Amadeo Luther, ini Ribina Claudser yang menulis.

Kalimat pertama masih aman. Amadeo lanjut membaca kalimat kedua yang tertulis dibawahnya.

❁ ⸙͎۪۫ ⊰Bersama dengan surat ini, aku menyatakan bahwa pertunangan kita berakhir.

Kening Amadeo berkerut, satu alisnya terangkat. Dia tidak salah baca, kan? Diulangnya kalimat itu sekali lagi dan secara jelas tertulis Ribina membatalkan pertunangan mereka.

⸙͎۪۫ ⊰Dibagian bawah surat ini terdapat stempel Kerajaan yang telah meresmikan pembatalan pertunangan kita. Selamat tinggal, Amadeo.

❁ ⸙͎۪۫ ⊰Tertanda, Ribina Claudser.



"Apa!?" kedua mata Amadeo benar-benar terbuka lebar sekarang. "Apa gadis ini sudah gila!?"

"Brengs*k!" umpatan kasar meluncur dari mulut Amadeo. "Dasar perempuan murahan! Entah pria mana yang sedang digodanya saat ini! Sialan!"

Tak kuasa menahan amarah, Amadeo merobek surat tersebut menjadi bagian-bagian kecil lalu melemparnya ke udara seolah tulisan yang ada di dalamnya hanya omong kosong yang tak akan pernah terealisasi.

"Berpisah?" Amadeo mulai membanting semua barang yang ada di meja, menciptakan bising keras sampai terdengar keluar ruangan hingga Odeliah yang sedang bersih-bersih di sekitar situ mengetuk pintu dan masuk.

"Sampai mati pun tidak akan kusetujui perpisahan ini!" bentak Amadeo dengan nada tinggi seolah sedang memarahi Ribina disana.

PRANGGG!!!

"Tuan Duke..." suara pelan dan takut Odeliah memanggil, menghentikan aksi Amadeo yang akan membanting vas bunga kosong. "Anda baik-baik saja?"

"Odeliah..." seketika amarah Amadeo sirna, dia berjalan menghampiri Odeliah dan memeluknya erat. "Untunglah kau datang tepat waktu sebelum kuhancurkan semua yang ada disini menjadi bubur."

Odeliah tersentak, dia tidak terbiasa dengan pelukan Amadeo namun tidak membencinya juga. Namun terkadang saat tangan Amadeo merambat disekitar punggungnya, Odeliah merasa geli dan merinding.

"Odeliah, peluk aku." Bisik Amadeo tepat di telinga perempuan itu sambil meniup-niupnya nakal.

"Peluk aku dengan erat, Odeliah." Pinta lelaki itu sekali lagi.

***

Amadeo Luther195 cm, 26 tahun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Amadeo Luther
195 cm, 26 tahun


Announcement : sayancu ~ The Tales Of Ribina ini up seminggu sekali pas weekend sajaa~ kalau ada yang mau baca gratis duluan bisa di karyakarsa aku @kindlykei pencet bagian 'Seri' nanti nongol kayak gini deh :


The Tales Of RibinaWhere stories live. Discover now