xviii. lovely guy who likes me

2.9K 381 56
                                    

Sebelum kembali pada kegilaan, coba absen satu satu yang masi setia disini😔 yang gak absen jodohnya Amadeo🗿🌷


♡´・ᴗ・'♡




"Ribinaaaaa~" suara lembut itu menyapa telinga Ribina begitu ia turun dari kereta kuda tepat di teras depan kediaman Luther.

Menoleh ke sumber suara, Ribina mendapati Kian berdiri sambil tersenyum manis ke arahnya serta melambaikan tangan.

"Kau baru kembali?" Senyum lelaki itu terlihat sangat manis sampai kedua matanya ternggelam membentuk bulan sabit. "Apa saja yang kau lakukan disana? Serukah?"

Ribina sampai bingung harus menjawab yang mana lebih dulu. "Uhm, ya... aku baru saja kembali."

Kian nampak melihat ke arah belakang dan mendapati tidak ada Amadeo di sekitar Ribina. "Tidak bersama kakakku atau... Dia meninggalkanmu seperti biasa?" Tebaknya.

"Itu--"

"Tidak perlu dijawab, aku sudah sangat tahu kok." Potong Kian masih dengan senyum manis menggodanya lalu ia menepi dan mempersilakan Ribina masuk ke dalam rumah padahal tanpa dibegitukan Ribina memang tetap akan masuk.

Kian masih ada di belakangnya dalam jarak yang sangat dekat, Ribina tahu itu karena tak lama kemudian Kian berbisik. "Apa akhir-akhir ini kakakku mengajakmu berdamai? Percayalah, itu tipuan lain dari dirinya. Dia tak ingin kau mengakhiri pertunangan karena hanya kau yang bisa menutupi hubungannya dengan pelayan itu."

"Aku paham." Kepala Ribina mengangguk pelan. "Terimakasih sudah mengingatkan mengenai hal itu."

"Aku bukan sekedar mengingatkan lho," Jari telunjuk Kian mendarat lembut di bahu Ribina dengan gerakan mengetuk sebanyak tiga kali. "Aku sangat mengenal orang seperti apa kakakku. Dia... mustahil tiba-tiba berubah jadi menyayangimu kalau bukan ada niat busuk lainnya."

Ribina meringis tanpa suara ketika Kian memperingatkannya secara berulang seolah-olah dirinya sangat suci dibandingkan kakaknya. Secara tidak langsung, Kian menyanjung dirinya sendiri padahal sebenarnya mereka berdua sama saja. Sama-sama gila.

"Tolong lebih hati-hati." Tambahnya berbisik. "Apa kakakku akan segera kembali? Aku berharap dia datang lebih lama."

"Boleh aku ke kamarku?"

"Oh..." Kian sadar itu teguran agar ia berhenti menguntit Ribina di belakang perempuan itu. "Tentu, tentu saja boleh."

Berusaha menyembunyikan senyum pahit dibalik senyum manis, Kian berhenti melangkah dan membiarkan Ribina terus berjalan lurus sampai akhirnya perempuan itu berbelok menuju tangga sebab letak kamarnya ada di lantai atas.

Menyadari sudah tidak ada Kian ataupun orang lain disekitarnya, Ribina membawa kakinya berbelok ke lorong lain di lantai dua rumah keluarga Luther. Ia mengendap-endap masuk ke ruang kerja pribadi milik Amadeo dan membokar laci-laci yang ada disana.

Dibukanya satu demi satu gulungan kertas, dibacanya dengan cepat lalu saat nama Odeliah tercantum di surat yang merupakan kontrak kerja seumur hidup tanpa pikir panjang Ribina mengambilnya. Memasukan gulungan kertas itu ke balik gaun dan hendak beranjak pergi namun disaat yang sama seseorang mendekati pintu dan mendorongnya terbuka ke dalam dari arah luar.

Ribina refleks menempatkan tubuh kurusnya di belakang pintu dan menahan ujung jari kakinya yang terjepit agar tak ketahuan oleh seseorang yang baru saja masuk.

Itu Odeliah. Perempuan itu nampak membongkar laci yang sudah lebih dulu Ribina bongkar. Wajahnya bingung dan sedikit cemas ketika tak mendapati data dirinya sendiri dimanapun, niatnya ingin digunakan untuk mengancam Amadeo yang mulai mencampakkannya.

The Tales Of RibinaWhere stories live. Discover now