Bab 3: Truth is Bitter

33 9 0
                                    

Serapat-rapatnya pintu kamar dikunci akhirnya ketahuan juga.
—Introvert yang dikira belok padahal masih lurus.

Jangan lupa vote dan komen 💛

🌵📗🌵📗

"Kalian saling kenal?" Tanya Mazaya karena ia tadi merasakan bagaimana putrinya sedikit bergeser.

"Enggak!"

"Iya."

Dua jawaban berbeda dari Awi dan Dazey membuat Mazaya dan Fany terkesiap. Keduanya saling menatap, begitu juga kedua anak mereka. Awi menatap Dazey dengan matanya yang melotot dan Dazey menatap Awi dengan matanya yang dingin dan tak acuh.

"Maksudnya gimana nih? Kenal tapi nggak atau gimana?" Tanya Mazaya tersenyum canggung.

"Maksudnya... Aku tahu dia tapi nggak yang kenal akrab banget... Lagian siapa yang nggak tahu dia di sekolah?" Awi membalas dengan suara hampir tergagap berharap laki-laki dingin yang berdiri kurang dari dua meter di depannya itu ikut mengklarifikasi.

"Oohhh berarti Zayye ini terkenal banget ya di sekolah?" Mazaya tampak antusias dan membuat Awi memberi side-eye walaupun tak menampik fakta bahwa Dazey memang terkenal seantero sekolah.

"Nggak, biasa aja," jawab Dazey dan berhasil membuat Awi geram. Berani-beraninya dia merespon mamanya dengan dingin bahkan tanpa secuil senyuman pun? Baiklah, dia memang dingin, tapi dia perlu belajar untuk lebih luwes dalam suatu obrolan. Keterampilan basa-basi itu perlu, hey, manusia batu!

Mazaya sepertinya menyadari sifat Dazey yang dingin jadi dia tidak mempermasalahkannya sama sekali dan merespon dengan tawa kecil.

"Eh, tadi kamu bilang kamu kenal sama Awi? Gimana tuh?" Giliran Fany bertanya.

Awi bergumam dalam hati semoga kali ini Dazey tak banyak bicara mengenai dirinya, terutama soal hal jelek.

"Awi itu murid kelas bahasa dan kelas bahasa per-angkatan cuma ada satu, itu pun cuma diisi dua puluh lima orang, jadi dia salah satu murid yang TERKENAL introvert dengan julukan cewek tomboy dari kelas bahasa yang hobi gosip dan merekam cowok-cowok—"

"Eiiihehehehehe! Mama, Tante, aku boleh ngobrol sebentar sama Dazey? Sekalian menjalin relasi," potong Awi panik setelah berhasil membungkam mulut Dazey dengan tangannya.

Awi kemudian menarik tangan Dazey ke halaman rumah dengan ekspresi super jengkel. Dia menepiskan tangan lelaki itu begitu merasa posisinya sudah jauh dari para ibu-ibu di dalam rumah.

"Ada masalah apa lo sama gue hah?" Cerca Awi seketika dengan berkacak pinggang.

Dazey yang setia dengan posisinya tangan di saku mengangkat bahu. "Gak ada," jawabnya santai.

"Terus ngapain lo pake acara bongkar-bongkar aib gue? Biasanya juga lo ngomong paling banyak lima kata, kenapa sekarang panjang banget cerita lo?" Awi masih sangat geram dan nyalang.

Tanpa merubah ekspresi wajahnya, Dazey memiringkan kepala dan perlahan maju hingga Awi harus ikut mundur hingga akhirnya posisi wajah mereka hanya berjarak satu jengkal.

"Emangnya yang tadi aib?" Tanpa merasa salah, Dazey bertanya dengan gampangnya.

Awi langsung mendorong tubuh Dazey dengan keras. "Ya menurut gue nggak, tapi menurut mama gue iya!" Jawabnya emosi.

"Yang mana?"

Awi mengernyit. "Apanya?"

"Yang mana yang menurut mama lo aib?"

"Ya semua yang lo sebutin tadi!"

Dazey mendongak ke atas seolah mencoba mengingat. "Cewek tomboy? Hobi gosip? Hobi rekam-rekam cowok—"

Let's End It To The ZWhere stories live. Discover now