Bab 12: Pernahkah Hidupmu Berwarna?

19 5 0
                                    

Apalah arti masa muda kalau gak pernah eksplor terutama eksplor hati.
—Introvert yang gamon

Jangan lupa vote dan komen 💛

🌵📗🌵📗

"Lo pernah gak sih merasa hidup lo sama sekali gak berwarna?"

Bersamaan dengan itu, es teh manis dan air mineral pesanan mereka datang lebih dulu. Mata Dazey menyorot es teh milik Awi.

"Lain kali kalo makan malam, minumnya usahain air putih," ungkapnya. Sejujurnya untuk menghindar menjawab pertanyaan Awi.

Awi yang baru sekali menyeruput minumannya mengernyit. "Kenapa?"

"Gak baik. Nutrisi makanannya gak nyerap ke tubuh."

Baik, Dazey menunjukkan kepintarannya di depan Awi. Tidak, Awi tidak kesal, tapi dia heran. "Kok peduli banget?" tanyanya.

"Salah?"

"Ya nggak salah, tapi asing banget denger lo peduli sama orang lain."

"Jadi menurut lo, selama ini gue gak punya empati?"

"Loh kan emang iya! Kalo lo punya empati, harusnya lo bisa nolak cewek-cewek yang suka sama lo dengan cara yang baik dan gak nyakitin."

"Emang nyakitin? Cuma nolak secara masuk akal karena mereka gak setara sama gue."

"Wihh sombongnya... Masuk akal sih boleh aja tapi pikirin juga perasaan mereka. Mereka manusia. Gak semua bisa terima cara lo nolak."

"Perasaan mereka kan bukan tanggung jawab gue. Kalo sakit hati, gue harus apa? Masa harus diterima?"

Itu benar. Perasaan seseorang bukan tanggung jawab orang lain tapi si pemilik hati itu sendiri. Hanya saja kadang Awi merasa kasihan melihat para cewek-cewek itu menangis karena ditolak oleh Dazey. Ah, Dazey ini memang paling pintar untuk adu argumen.

"Jadi tipe lo itu yang sebelas dua belas sama lo? Pinter, banyak prestasi, pendiem, gak banyak omong, to the point, dan ambis?"

"Hm."

"Terus kenapa setuju pacaran sama gue?"

"Gue gak mau ada cewek yang baper sama gue."

"Oh jadi menurut perspektif lo, lo setuju pacaran sama gue karena yakin kalo gue gak akan baper sama lo?"

"Hm."

Baik Dazey dan Awi, mereka sama-sama memiliki keyakinan besar kalau di antara mereka, tidak akan ada yang terbawa perasaan dengan pacaran kontrak ini.

Seketika Awi teringat, Dazey lagi-lagi tak menjawab pertanyaannya dan malah mengalihkan topik.

"Lo belum jawab pertanyaan gue."

"Yang mana?"

"Pernah gak lo merasa kalo hidup lo gak ada warnanya?"

Dazey lumayan terdiam. "Kenapa nanya itu?"

"Yaa... Kepo aja, gue amati dan dengar, kayanya hidup lo gak jauh-jauh dari belajar. Stick to plan banget."

"Itu namanya berprinsip. Hidup teratur."

"Hidup teratur oke lah, tapi lo manusia, Dazey, bukan robot. Hidup itu gak cuma tentang rencana, tapi juga menikmati dengan rasa. Lo terlalu saklek untuk dunia yang fleksibel."

"Ya udah."

"Apa sih ya udah ya udah mulu?! Jawab pertanyaan gue, jangan asbun!"

"Asbun?"

Let's End It To The ZWhere stories live. Discover now