Bab 15: Pernah Ketemu?

17 5 0
                                    

Dunia mungkin memang se-lebar daun kelor, mentok-mentok daun talas.
—Introvert yang suka godain tetangga

Jangan lupa vote dan komen 💛

🌵📗🌵📗

"Lo pacaran sama siapa, Zey?" Tanya Nara tiba-tiba ketika berjalan bersama Dazey menuju parkiran.

Bukannya menjawab, Dazey malah mengernyit. "Tau dari mana?"

"Dari cewek gue."

"Irisa?"

"Emang cewek gue siapa lagi?"

Dazey menghela napasnya pelan. Padahal rasanya kemarin ia hanya bicara dengan Heidy di kelas. Ia lupa bahwa dinding juga punya telinga, apalagi sampai sekarang masih banyak cewek yang diam-diam memperhatikannya.

Bukannya Dazey terlalu percaya diri, tapi cara mereka menaruh rasa pada Dazey kebanyakan mirip jadi Dazey mudah menebaknya. Dia sengaja menolak cewek-cewek itu dengan 'kasar' supaya tidak ada lagi yang menyukainya, tapi ternyata cara itu kurang ampuh juga.

"Zey! Kok diem? Bisa-bisanya ngacangin gue..." Protes Nara. Kalau kata para murid, se-dingin-dinginnya Nara, masih belum se-dingin sifat Dazey.

"Rahasia."

Nara mengangkat sebelah alisnya. "Tapi beneran pacaran?"

"Ya."

"Sama cewek, kan?"

Dia kembali mengernyit, kali ini lebih keras disertai tatapan tajam. "Gue masih normal!" Tekannya.

Nara mengangkat bahunya. "Penasaran aja, soalnya lo selalu nolak cewek yang naksir lo, siapa tau pacar lo bukan cewek."

Dazey tak merespon apa-apa. Dia merogoh saku jaketnya dan menggenggam kunci motor.

"Tapi kenapa lo mau pacaran? Katanya gak ada cinta-cintaan di SMA."

Tidak salah. Dari awal, Dazey memang berencana tidak memiliki hubungan seperti itu di SMA, tapi berpacaran dengan Awi ada di luar rencananya, dan tentu saja itu cukup mengganggu, kalau saja sang bunda tak menuntutnya punya pacar hanya karena tak mau dikatakan cowok homo.

"Rahasia."

"Ck, hidup lo kebanyakan rahasia." Nara menyerah bertanya pada Dazey.

"Lo kebanyakan kepo."

"Gue cuma heran aja. Seorang Dazey bikin heboh sekolah kali ini karena akhirnya pacaran setelah nolak banyak cewek."

"Kenapa harus heran?"

"Kenapa harus gak heran? Lo mungkin gak peduli sama apa yang terjadi di sekolah ini kecuali bencana alam, tapi sebagai murid spesial, apapun yang lo lakuin pasti selalu disorot."

Kadang Dazey tidak mengerti kenapa segala tindak-tanduk nya harus disorot bahkan se-sepele dia punya pacar. Dazey senang jika yang disorot adalah prestasi yang ia raih bukan perihal kehidupan pribadinya. Tapi dia bukan dewa yang bisa mengatur apapun yang dilakukan manusia-manusia di sekolah ini, maka dari itu dia yang kesal kadang tak menggubris berita-berita tak penting mengenai hal pribadinya.

~~~

"Oi, pacar!"

Panggilan Awi mengejutkan Dazey yang baru keluar rumah untuk jogging sore. Bagaimana tidak? Gadis itu menopang dagunya di atas tembok sambil tersenyum menyebalkan. Dia bahkan berjinjit karena tinggi tembok jauh sedikit lebih tinggi dari tubuhnya.

"Apa?" Dazey urung memakai headset-nya. Matanya yang cukup tajam membuat Awi hampir jatuh dari tembok. Sangat intens.

Awi berusaha menahan kontak mata dengan sorot tajam coklat milik Dazey. "Mau nanya dikit, boleh kan?" Tanyanya.

Let's End It To The ZWhere stories live. Discover now