Bab 10: Pacar

34 6 0
                                    

Semua orang juga tau kalo mendekam dan melakukan hal favorit di kamar itu surga buat introvert.
—Introvert yang mengeram

Jangan lupa vote dan komen 💛

🌵📗🌵📗

"AWI!"

Baru saja Awi ingin merebahkan tubuhnya, suara sang mama terdengar dan mengurungkan niatnya.

"Apa?!"

"Itu ada yang datang! Bukain dulu! Mama lagi masak, nanti gosong."

"Haduu..."

Dengan berat hati, Awi keluar dari kamar. Ia menyeret-nyeret kakinya gontai dan malas keluar rumah. Ia dapat melihat sepasang kaki berdiri di balik pagar rumahnya yang tertutup.

Tanpa bertanya, ia membuka dengan wajah tak bersemangat. Ternyata yang bertamu adalah Dazey.

"Eh, pacar... Baru tadi ngobrol, udah ke sini aja. Kangen, ya?" Cerocosnya dengan wajah pura-pura ramah.

Dazey memutar bola matanya. Tak menjawab pertanyaan Awi, Dazey menyerahkan kotak makan yang semulanya milik mama Awi.

"Di dalamnya ada pastel. Buatan bunda."

Awi mengangkat alisnya. "Dalam rangka apa nih?"

"Kembaliin tempat makan."

"Duh, repot banget tante Fany. Padahal tinggal kembaliin tempatnya aja. Kosong juga mama gak akan julid."

"Etika bertetangga."

"Gue tau! Makasih."

Di saat Awi hendak kembali, Dazey berdiam diri dan membuat gadis itu berhenti. "Kenapa masih di sana? Gak mau pulang? Masih kangen sama gue? Udah kaya pacar beneran aja."

Laki-laki itu menghela napasnya berat. Meladeni Awi memang perlu kesabaran. Baru kali ini kesabarannya diuji.

"Bunda nanya, lo suka makan apa?"

"Bunda yang nanya atau lo?"

"Bunda." Dazey berusaha sabar.

"Ooo bunda..."

Membuang waktu. Bagi Dazey bicara dengan Awi memang membuang waktu. Lelaki itu melihat smartwatch-nya dan menghela napas panjang.

"Kalo gak mau jawab, datang aja ke rumah, jawab bunda. Bunda juga pengen ngobrol sama lo."

"Aduhh... Gue belum siap, baru tadi loh kita paca—LOH?! LO UDAH KASIH TAU TANTE FANY?"

Lelaki itu menggeleng.

"Terus kenapa dia manggil gue? Lo ngibulin gue, ya?"

"Bunda mau ngobrol," tekan Dazey.

"Terus gue kesana sebagai apa? Pacar, teman, atau tetangga?"

Tak tahan lagi, Dazey akhirnya memilih pergi dari sana. Gadis itu malah terkekeh kecil. Membuat Dazey terganggu tampak menyenangkan sekarang. "Bye, pacar. Jangan cepet-cepet kangen, yaa... Besok ketemu lagi, kok!"

Pilihan mengiyakan usul Awi untuk pacaran berkedok simbiosis mutualisme sepertinya bisa membuatnya menyesal.

~~~

Tidak ingin mengecewakan Fany, Awi akhirnya menemui wanita itu. Bukan hanya karena ingin menjawab pertanyaan yang kemarin ditanyakan lewat Dazey, tapi juga karena Dazey bilang Fany ingin bicara sebentar bersama Awi.

Setelah meletakkan tempat makan dan mencomot satu buah pastel di dalamnya, Awi mencuci tangan dan melangkah menuju rumah yang letaknya tepat di seberang rumahnya. Dia bahkan tak mengganti bajunya. Hanya mengenakan kaos longgar, celana basket dan slip on, bahkan rambutnya pun hanya dikuncir satu asal. Sama sekali tak mencerminkan seorang pacar yang datang mengunjungi rumah pasangannya.

Let's End It To The ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang