Bab 16: Perkara Matematika

28 5 0
                                    

Pacaran belum tentu saling mengenal.
—Introvert kepoan

Jangan lupa vote dan komen 💛

🌵📗🌵📗

"Wi, soal matematika yang bab 3 itu udah belum sih? Gue nyari-nyari gak ketemu masa," keluh Aretta.

Awi berdecih. "Gak ketemu-ketemu atau emang gak bisa ngerjain?"

"Gak ketemu, Awi," balas Aretta merengut. "Gue tanya Raina sama Prita juga gak nemu-nemu," tambahnya.

Raina dan Prita yang dikatakan Aretta adalah salah dua murid di kelas bahasa yang kemampuan matematikanya paling mendingan dibanding yang lain.

"Emang lo nemu?" Tanya Sefa pada Awi.

Awi menggeleng sambil tercengir dan membuatnya mendapat sorakan dari teman-temannya itu.

"Ya udah sih! Tinggal nunggu yang lain dapet atau nanya ke kelas sebelah aja. Lagian kan deadline-nya lagi jauuh!"

Aretta dan Sefa melengos. Sementara Aimy, Tiyu, dan Irisa tidak usah diharapkan. Mereka tidak lebih baik di matematika dibanding Awi, Aretta, dan Sefa. Kadang bisa, kadang tidak.

Satu hal terlintas di pikiran Awi mengenai soal matematika ini. Bukannya sekarang dia pacaran dengan Dazey? Si jenius hitung-hitungan yang super angkuh itu. Semoga saja laki-laki itu mau membantu. Awi tidak mencontek, tapi minta bantuan.

Sebuah privilege lain dari berpacaran dengan siswa paling pintar di SMA Bharata, kapan lagi? Awi terkekeh dalam hati.

"Oi! Serem banget senyum-senyum sendiri," gumam Aimy melihat Awi tersenyum geli di sebelahnya.

Menurut Aimy, kalau orang suka senyum-senyum sendiri meski sedang tak ada yang melucu, hanya ada dua arti, antara memang kemasukkan atau sedang kasmaran.

Setahunya Awi bukan tipe orang yang mudah kerasukan, jadi pilihan kedua masih memiliki kemungkinan, berhubung ia juga tahu kalau Awi sekarang punya pacar, tapi melihat Awi senyum-senyum karena kasmaran ... Itu tidak biasa dan menggelikan. Mengingat hobi Awi tiap harinya di sekolah kalau bukan fan-girling atau rekam video cowok-cowok untuk memenuhi kebutuhan shippernya—yang kini sudah tak lagi—pasti berjulid ria tentang seseorang.

"Kasmaran sama siapa, Wi?" Bisiknya.

Awi mengernyit. "Dari mana lo bisa kepikiran gue kasmaran?"

"Ya orang kalo senyum-senyum sendiri pas gak ada apa-apa kan kalau bukan kemasukkan berarti jatuh cinta."

"Bisa aja gue kemasukkan beneran."

"Gak mungkin. Daripada ngerasukin lo, setan kayanya takut sama lo." Aimy menggoda Awi.

"Oh jadi maksud lo gue bahkan lebih serem dari setan, gitu?"

"Alhamdulillah, nyadar."

"An—jir!" Awi sedikit tercekat mengingat Aimy tidak pernah berucap kasar atau diteriaki kasar oleh orang lain. Aimy ini dikenal sebagai cewek pendiam yang lembut dan agak lemot.

~~~

Ketika istirahat Awi cepat-cepat mengetik pesan untuk Dazey. Berpacaran lebih dari seminggu, Awi sedikit mengerti kebiasaan Dazey soal komunikasi. Laki-laki itu selalu mematikan data internet setiap belajar baik di sekolah atau di rumah. Di sekolah, jangan menghubungi dia saat jam pelajaran dan jam pembinaannya yaitu menjelang pulang. Jadi waktu yang bisa digunakan hanya lah jam istirahat.

Awas saja kalau sampai laki-laki ini tidak mau membantunya, maka Awi akan membalasnya.

Dazong

Zey, bantuin gue dong

Let's End It To The Zحيث تعيش القصص. اكتشف الآن