#18 sorry (Dey)

6 3 4
                                    

Semalam gue nangis sampe ketiduran. Gue gak sengaja kebangun tengah malam karena mimpi buruk. Gue mimpi kakek meninggal. Di mimpi itu semua orang menangis saat pemakaman kakek. Semoga itu hanya mimpi buruk dan tidak terjadi sesuatu yang buruk pada kakek. Gue jadi kangen sama kakek.

Niatnya gue mau beres-beres rumah. Waktu gue keluar kamar gue mendapati kak Tian yang tidur dengan posisi duduk dan menyandar ke tembok. Dia nungguin gue keluar sampe ketiduran? Gue kembali masuk ke kamar untuk mengambil sebuah bantal dan selimut. Kemudian keluar lagi dan memakaikannya pada kak Tian. Tenaga gue gak cukup besar kalau harus bopong kak Tian ke kamarnya. Jadi ya gue biarin dia tidur di depan kamar gue dengan posisi begitu.

Setelah itu gue lanjut pergi ke dapur. Rumah yang berantakan serta cucian yang menumpuk membuat gue tergerak untuk membereskan semuanya. Mulai dari memungut sampah bekas cemilannya Jevan dan Juna, menyapu dan mengepel seluruh isi rumah, serta mencuci piring yang sudah menumpuk di wastafel. Semua itu gue kerjain sampe bersih.

Setelah itu gue duduk di sofa sebentar sambil nonton drama Korea. Gue nonton drakor maraton dua drama sekaligus. Sampe gue ketiduran di sofa sampe pagi.

Jam enam pagi gue bangun. Ketika bangun gue mendapati diri gue yang udah berpindah ke kamar. Lengkap dengan bantal dan selimut yang gue pakaikan ke kak Tian semalam. Kemudian gue keluar dari kamar dan mendapati kak Tian yang lagi masak lengkap dengan memakai apron.

"Udah bangun?" Ucap kak Tian.

"Makan dulu nih!" Lanjut kak Tian sembari menaruh dua piring nasi goreng di atas meja dekat sofa. Kebetulan karena rumah kita terlalu kecil jadi kita memutuskan untuk gak beli meja makan. Jadi kalau kita mau makan ya di sofa.

Kemudian gue duduk di sofa itu dan kak Tian duduk di sebelah gue. Waktu gue makan nasi goreng buatan kak Tian rasanya enak banget. Kak Tian memang bisa masak sih. Selama ini yang masak di dapur lebih banyak kak Tian daripada gue. Biasanya kalo kak Tian yang masak gue yang cuci piring dan begitu pula sebaliknya. Kalau kita pesen makanan dari luar ya cuciannya kita biarin numpuk sampe pagi. Dan kita juga gak ada yang permasalahin hal itu.

Suasana canggung melanda ruangan 4x6 itu. Hanya ada suara tv yang terdengar ke seluruh ruangan. Tidak ada satu pun yang berbicara diantara kami.

"Dey". Panggil kak Tian.

"Iya?"

"Kemarin... Lo denger ya apa yang gue ucapin?" Tanya kak Tian.

"Rumah kita ini kan kecil. Gak kayak rumah orang lain, jadi sekalipun kalian ngomongnya bisik-bisik pun gue tetap bisa dengar". Jawab gue. Kak Tian menaruh piring nya di atas meja.

"Sorry ya Dey". Ucap kak Tian.

"Buat apa kak?" Tanya gue.

"Soal ucapan gue kemarin.... Gue gak ada maksud begitu kok". Ucap kak Tian.

"Iya kak".

"Aku juga udah lupain kok". Bukan melupakan sih sebetulnya. Tapi gue cuman gak mau perpanjang masalah ini.

"Sorry ya". Ucap kak Tian lirih.

"Iya kak".

Setelah itu tidak ada lagi percakapan di antara kami berdua. Kalau dibilang sakit hati memang gue masih sakit hati dengan ucapan kak Tian kemarin. Ya gimana gak sakit hati coba gue udah nikah dan menjadi istrinya yang sah. Bahkan kadang gue ada perasaan gedek sama suami sendiri. Saking gedenya gue pengen banget tebas kepalanya.

Fokus gue beralih pada handphone untuk edit foto katalog ala ala untuk di posting ke aplikasi toko online. Kak Tian juga udah beranjak ke kamarnya. Katanya sih mau ngelanjutin rekapan hasil latihan soal yang dia kasih ke anak-anak muridnya kemarin. Tv yang dari tadi gue nyalain pun sekarang dianggurin.

Cling.

Notif orderan pertama gue baru aja muncul. Seseorang dibalik username bininyataeyong itu memesan dua buah tas yang gue jual dengan harga 30 ribu untuk satu tas. Maklum gue jual murah soalnya kan itu barang bekas. Setelah itu gue juga mulai banjir orderan lain. Ada yang order sepatu yang gue jual dengan harga 60 ribu, ada yang order baju yang gue jual dengan harga 20 ribu untuk satu setel. Dan bahkan ada juga yang beli iketan rambut seharga lima ribu.

Gue gak expect bakal kebanjiran orderan. Di satu sisi gue seneng tapi di satu sisi gue sedikit kerepotan karena gak ada yang bantuin. Gak lama kemudian kak Tian keluar dari kamarnya.

"Perlu bantuan?" Tanya kak Tian.

Pake nanya. Gak liat apa bininya kerepotan begini ngurusin orderan?

"Iya". Jawab gue singkat.

Kak Tian bantuin gue packing orderan. Jadi setidaknya bisa selesai lebih cepat. Semua orderan baru benar-benar selesai setelah dua jam kemudian. Gue balik ke kamar rebahan sebentar sambil buka roomchat yang udah lama gak gue buka. Semenjak nikah gue emang udah jarang banget buka roomchat. Banyak notif yang belum gue buka dari beberapa hari yang lalu.

 Banyak notif yang belum gue buka dari beberapa hari yang lalu

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.







we got married Donde viven las historias. Descúbrelo ahora