#21 pesan kakek (Dey)

8 3 14
                                    

Hidup itu bagaikan sebuah pesawat kertas yang terbang membawa sejumlah harapan. Banyak Lika liku kehidupan yang akan kita lalui. Jangan pernah membandingkan cara terbang antara pesawat kertas dan pesawat besi yang ada di langit. Tapi bandingkan lah bagaimana dan apa yang dilalui oleh pesawat itu karena itulah satu hal yang penting.

Hari ini gue berencana buat nengok kakek ke rumah sakit sendiri. Kak Tian gak bisa ikut karena ada janji makan malam dengan bos nya hari ini setelah selesai ngajar di tempat bimbel. Tapi sebelum itu gue sempetin buat mampir ke salah satu toko kue langganan kakek. Disana ada berbagai macam gue yang dijual mulai dari kue basah sampe kue kering dan aneka ragam keripik pun ada. Dulu sebelum nikah, gue sama kakek sering banget mampir ke toko kue ini.

Gue beli beberapa macam kue kesukaan kakek. Mulai dari kue lapis legit, bolu pisang, dan keripik tempe kesukaan mamah. Kebetulan akhir-akhir ini orderan barang modifikasi yang gue jual di online shop lagi banjir jadi gue bisa menyisihkan sedikit uang untuk membeli semua makanan ini. Setelah mendapatkan semua itu tidak lupa untuk bayar di kasir.

Sempat gue liat satu pemandangan seorang anak kecil yang merengek minta dibelikan coklat kinder joy yang terpajang di depan gue oleh orang tuanya. Hal itu menjadi atensi semua orang yang mengantri di kasir.

Setelah itu baru lah gue lanjut pergi ke rumah sakit dengan membawa sejumlah makanan untuk kakek dan mamah. Saat sampai di ruangan kakek disitu sudah ada mamah yang tengah membantu kakek memakai pakaian. Mereka menyambut gue dengan senyuman begitu gue masuk ke ruangan dengan bau obat itu.

"Loh, kamu kesini lagi?" Tanya mamah. Gue mengangguk pelan.

"Tian kok gak ikut?" Tanya mamah lagi.

"Lagi ada acara sama bos nya, mah". Jawab gue. Mamah hanya mengangguk paham.

"Itu kamu bawa apa? Kok banyak banget? Kamu dapet uang dari mana? Suami kamu kan belum gajian". Ucap mamah.

"Iya mah, ini aku bawa beberapa makanan buat mamah sama kakek, kebetulan akhir-akhir ini aku lagi banyak orderan, jadi aku bisa nabung sedikit sedikit buat beli ini". Ucap gue sembari menyimpan kantong keresek berisi kue itu di atas nakas.

"Terima kasih, ya, cucu kakek memang anak yang baik". Ucap kakek dalam bahasa isyarat. Kebetulan dulu almarhumah nenek adalah seorang tunarungu. Kata kakek pendengaran nenek bermasalah ketika nenek mengalami kecelakaan waktu masih kecil. Jadi kalau mengobrol dengan nenek kita biasa pakai bahasa isyarat dan sampai sekarang kakek masih ingat dengan bahasa isyarat walaupun nenek sudah lama meninggal dunia. Dan sekarang bahasa isyarat itu dipakai lagi setelah kakek terkena stroke dan baru bisa merespon suara dengan gerakan tubuh. Kami tidak masalah kalau misal setelah ini kami harus mulai beradaptasi lagi dengan bahasa isyarat yang penting kakek bisa sehat kembali dan pulang ke rumah.

Sekarang kondisi kakek terlihat semakin membaik. Tubuh kakek terlihat semakin bugar dibandingkan sebelumnya.

"Nenek dan papah kamu disana pasti bangga punya kamu". Ucap kakek.

"Sini! Kakek mau ngobrol sama kamu!" Ucap kakek sembari memegang tangan gue.

"Linda, bisa tolong keluar dulu! Papah mau bicara berdua dengan Dey!" Ucap kakek. Kemudian mamah meninggalkan kami berdua di ruangan itu.

Kakek mencoba untuk duduk. Gue dengan inisiatif mendekatkan diri gue  ke kasur kakek. Kemudian tangan keriput kakek merah tangan mungil gue dan menyimpan nya di perut kakek.

"Hidup itu bagaikan sebuah pesawat kertas yang terbang membawa sejumlah harapan. Banyak Lika liku kehidupan yang akan kita lalui. Jangan pernah membandingkan cara terbang antara pesawat kertas dan pesawat besi yang ada di langit. Tapi bandingkan lah bagaimana dan apa yang dilalui oleh pesawat itu karena itulah satu hal yang penting". Ucap kakek yang gue gak mengerti sama sekali apa maksud kakek di balik kalimat itu. Yang jelas kalimat itu mengingatkan gue pada sebuah judul lagu yang dipopulerkan oleh JKT48. Tapi gue lupa judulnya apa.

we got married Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang