#29 mamah itu.... (Tian)

6 2 4
                                    

"mamah?"

Gue kaget pas sadar siapa yang ada di depan gue. Perempuan paruh baya itu mengenakan setelan rumahan, baju kaos dan celana panjang yang udah agak berantakan. Pipinya merah merona akibat tomat yang menyembur wajahnya.

"Ka-kamu salah orang". Ucap orang itu. Orang itu bangkit dan mencoba berjalan sebaik mungkin.

Gak mungkin gue salah orang. Meskipun kita udah lama pisah gue kenal banget bentukan mamah kayak gimana. Gue kenal banget cincin biru yang mamah pake di jari manisnya. Fyi, cincin itu gue beli dengan uang gue sendiri waktu mamah mau pisah sama papah.

Fyi, kabar mamah akan datang ke Jakarta dalam waktu dekat pas gue nikah itu gue dapetin dari bi Yani. Tapi setelah itu gue gak dapet kabar lagi jadi atau enggaknya.

"Mamah". Panggil gue sekali lagi. Orang itu terus berjalan sebisa mungkin menghindari gue. Gak lama, orang itu berhenti.

"Kamu salah orang, saya bukan mamah kamu". Teriak mamah.

"Aku gak mungkin salah orang, mah. Kamu mamahku. Cincin biru yang mamah pakai, aku kenal dengan cincin itu". Ucap gue dengan nafas tersengal-sengal. Kemudian perempuan itu menoleh. Matanya berkaca-kaca. Bibirnya tersenyum tipis. Perempuan itu tidak bisa mengelak lagi. Dia adalah mamahku. Gue berjalan menghampiri perempuan itu. Lalu mengambil tangan kanannya dan menaruhnya di pipi gue.

"Mah, ini Tian mah". Ucap gue.

Perempuan itu memeluk gue dengan erat. Ia juga mengusap-usap rambut gue dengan lembut. Gue diam-diam nangis di pelukan mamah. Rasa rindu gue sama mamah sudah tidak bisa terbendung lagi. Bayangin aja gue udah lama banget gak merasakan pelukan hangat seorang ibu. Terakhir mamah peluk gue adalah pas gue masih SD di hari persidangan hak asuh anak. Dan sialnya gue malah diasuh sama papah yang tukang selingkuh.

Mamah itu sosok yang paling berarti buat gue dan adik-adik gue. Andai aja Juna sama Jevan ada disini mereka juga pasti bakalan senang ketemu mamah lagi setelah sekian lama.

"Anak mamah sudah besar, kamu apa kabar?" Tanya mamah.

"Aku baik mah. Mamah baik-baik aja kan tinggal di Amerika?" Tanya gue. Mamah mengangguk pelan. Bibirnya tersenyum lebar sampai giginya nampak.

Fyi, setelah hari persidangan hak asuh anak mamah pergi merantau ke Amerika. Disanalah mamah tinggal bersama keluarganya yang baru.

"Mah, mamah sekarang tinggal dimana?" Tanya gue.

"Mamah tinggal disana". Ucap mamah sembari menunjuk ke sebuah gang kecil. Di gang kecil itu terdapat berbagai macam aktivitas tidak baik. Ada yang mabuk, ada yang merokok, dan bahkan ada yang pake ganja disana.

"Rumah mamah yang pagarnya warna biru itu". Ucap mamah menunjuk salah satu rumah dengan pintu pagar berwarna biru. Mamah suka sekali dengan sesuatu yang berwarna biru.

Mata gue terpaku pada kantong keresek yang mamah bawa yang isinya sudah tinggal beberapa butir tomat dan bawang putih. Gue melihat pada sebuah kafe yang ada di sebelah gang itu. Gue berpikir untuk mengajak mamah ke kafe itu. Udah lama banget gue gak makan bareng mamah lagi semenjak pisah.

"Mah, kita ke kafe itu yuk". Ajak gue.

"Gak usah, mamah kan udah belanja, mamah bisa makan di rumah". Ucap mamah.

"Sama tomat dan bawang putih?" Tanya gue. Mamah diam tak berkutik. Gue menarik tangan mamah menuju kafe itu. Agak gak sopan sih, tapi gue mana tega ngeliat mamah cuman makan tomat sama bawang putih doang. Sedangkan bahan makanan yang lainnya udah hancur pas ditabrak tadi.

Kami memasuki kafe yang agak mirip dengan bar. Ada waiters, ada bartender, tapi disini gak ada alkohol. By the way gue pernah dapet info kalau kafe ini memang unik dan makanannya enak dan ramah di kantong pelajar. Makanya disini banyak kakak kakak mahasiswa yang mengerjakan tugas sambil nyantai disini. Atau ada juga anak-anak berseragam SMA yang datang kesini hanya sekedar untuk nongkrong sama teman-teman mereka. Disini ada panggung live musik nya juga.

Gue dan mamah mengambil posisi duduk di paling pojok dekat pintu keluar. Gue memanggil salah seorang pelayan yang ada disana. Kemudian pelayan itu datang menghampiri meja kami lengkap dengan setelan seragam serta buku menu yang dipegangnya.

"Steak sapi sama jus sirsak dua". Ucap gue. Gue inget banget mamah suka banget sama steak sapi dan jus sirsak. Mumpung disini ada gue langsung pesenin aja tanpa nanya mamah mau pesan apa.

"Kamu masih ingat sama kesukaan mamah". Tanya mamah setelah pelayan itu kembali ke meja nya. Gue mengangguk pelan.

Kemudian mata gue terpaku pada dua gadis yang tengah duduk di kursi dekat panggung live musik. Disana ada Ica dan Dey dengan setelan pakaian yang cukup aneh menurut gue. Mereka berdua menjadi atensi semua laki-laki yang duduk di sebelah mereka.

Dey tadi memang izin untuk pergi menemani Ica main.

"Kamu kenal sama mereka?" Tanya mamah.

"Yang itu istriku, mah". Jawab gue sembari menunjuk Dey.

"Istrimu cantik". Ucap mamah. Gue tersenyum tipis.

Gak lama kemudian pesanan gue pun datang. Mamah memakan steak sapi itu dengan lahap. Selesai makan gue mengantar mamah ke rumahnya yang ada di gang kecil sebelah kafe.

"Kapan-kapan ajak istrimu ketemu dengan mamah". Ucap mamah. Gue tersenyum tipis. Kemudian mamah masuk ke dalam rumahnya dan gue pun memutuskan untuk pulang ke rumah.

Saat tengah berjalan menyusuri gang gue mendapati dua sejoli yang saling menatap satu sama lain.

"Dey?"














we got married حيث تعيش القصص. اكتشف الآن