#27 first meet (Tian)

6 1 2
                                    

"bang?" Juna langsung meninggalkan pees nya begitu gue datang dengan membawa sebuah papper bag berisi cemilan. Sehabis pulang mengajar di bimbel gue sengaja buat mampir ke rumah karena kangen sama dua adik kesayangan gue.

"Jevan mana?" Tanya gue yang mencari-cari keberadaan Jevan di rumah itu.

"Biasa bang, lagi pacaran dia mah". Jawab Juna sembari tetap fokus bermain pees.

Gak lama kemudian, Bi Yani datang dengan membawa sebuah kantong keresek besar berisi beberapa jenis sayuran.

"Loh, den Tian? Kok baru kemari? Bibi baru aja balik dari kampung". Ucap bi Yani.

Bi Yani adalah asisten rumah tangga yang kerja sama keluarga gue sejak gue masih kecil.

"Den, maaf, bibi boleh tanya sesuatu?" Tanya bi Yani.

"Kenapa bi?"

"Semenjak den Tian nikah, bibi sering liat bapak sering bawa perempuan yang beda-beda ke rumah". Jawab bi Yani

"Bukan apa-apa, den, cuman ya bibi mah aneh aja, terus akhir-akhir ini den Juna sama den Jevan sering dimarahi bapak". Lanjut bi Yani.

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya papah bawa cewek yang beda ke rumah. Pikiran tentang papah yang berselingkuh menguasai otak gue. Hal itu gue bikin gue marah tapi gue tetap tenang.

"

"Saya juga gak tau, bi". Jawab gue.

"Bang, gue sama Jevan pindah ke rumah Lo aja boleh gak?" Tanya Juna dengan mata berbinar.

"Ngapain?"

"Gak betah gue disini, bang, dimarahin mulu sama papah". Ucap Juna.

"Gak ada kamar kosong buat Lo!" Ucap gue.

"Eh, disitu kan ada dua kamar bang, Lo tidur satu kamar sama kak Dey di kamarnya kak Dey terus gue sama Jevan tidur di kamar Lo". Ucap Juna.

Gue terdiam sejenak. Gue teringat hal semalam dimana Dey minta gue buat temani dia tidur.

"Ngapain kamu disini?" Tanya papah saat melihat gue ada di rumah.

"Jenguk Jevan sama Juna". Jawab gue.

"Siapa cewek itu?" Tanya gue saat melihat seorang perempuan dengan pakaian seksi yang berdiri di samping papah.

"Selingkuhan papah yang baru, bang". Jawab Juna dengan lantang. Gue menatap wajah perempuan murahan itu.

Jangan aneh. Papah memang hobi selingkuh dari sejak gue masih kecil. Udah banyak cewek yang sering papah bawa ke rumah secara terang-terangan. Dan semua cewek yang papah bawa ke rumah rata-rata semuanya adalah cewek-cewek murahan yang entah dimana papah temukan. Bahkan kabar yang gue dengar dari Jevan sekarang papah dan ibu tiri gue sudah resmi menjadi mantan istrinya sekaligus mantan sekertaris nya karena papah ketahuan selingkuh dengan seorang anak SMA seumuran gue. Dan untungnya mereka sekarang sudah putus karena anak itu hanya mengincar harta papah.

"Besok ada rapat penting yang tentang saham-saham yang harus kita bahas. Papa minta kalian buat ikut!" Perintah papah tidak bisa dibantah. Mata papah menyorot tajam menandakan bahwa tangan papah yang ringan itu siap untuk memukul gue kapan saja kalau gue melakukan kesalahan walaupun hanya kesalahan sepele.

Gue dan Juna hanya bergumam singkat sebagai respon. Kemudian gue bangkit dari duduk. Rasanya enggan sekali melihat wajah tanpa dosa papah yang lagi-lagi membawa perempuan lain ke rumah ini. Perempuan itu terus menempel pada papah seolah-olah tidak menganggap gue ada disini.

"Tian!" Panggil papah sebelum gue benar-benar pergi.

"Jangan membuat kesalahan yang buat papah malu besok!" Ucap papah. Tekan papah mengingatkan.

Gue gak menghiraukan perkataan papah. Gue pergi dari rumah itu dan pulang ke rumah secepat mungkin.

Di pertengahan jalan gue mendapati gerombolan laki-laki berjaket kulit hitam berlambang huruf "G" besar di dada kirinya itu tengah meramaikan jalanan arah menuju rumah. Kehadiran mereka justru menambah kemacetan jalan. Salah seorang diantara mereka terlihat memainkan gas motornya hingga suara motor itu terdengar menderu deru di sepanjang kemacetan. Banyak pengendara lain yang menegur mereka namun mereka berpura-pura tidak mendengar. Setelah lampu merah itu berubah warna menjadi hijau, motor besar mereka melesat pergi dari sana dengan kecepatan tinggi. Gerombolan orang itu sekarang menjadi pusat perhatian semua orang karena mereka membawa motor dengan ugal-ugalan.

Salah seorang wanita paruh baya menjadi korban tabrak lari yang mana pelakunya adalah gerombolan geng motor itu. Sayuran yang ia tenteng di dalam sebuah kantong keresek pun berhamburan di jalanan. Gue yang melihat hal itu di depan mata pun dengan inisiatif memberhentikan motor dan membantu wanita itu. Orang-orang yang melihat hal itu pun melakukan hal yang sama dengan apa yang gue lakukan sekarang. Banyak juga pengendara lain yang mengucapkan sumpah serapah pada gerombolan orang itu

"Bu, ibu saya antar ke rumah sakit ya". Ucap gue setelah membawa perempuan paruh baya itu ke pinggir jalan.

"Tidak usah, saya tidak apa-apa". Ucap perempuan itu.

"Saya bisa pulang ke rumah sendi...." Ucap perempuan itu terpotong.

"Mamah?"

we got married Where stories live. Discover now