Chapter 2

331 19 1
                                    

"Dosa adalah penyakit, taubat adalah obatnya, dan berpantang dari itu adalah obat yang paling mujarab." - Ali bin Abi Thalib

Happy Reading 🌻

Saat hati sudah mantap untuk memperoleh suatu tujuan, maka mundur bukanlah solusi yang tepat. Sudah saatnya vania melangkah dan berlari jauh dari lingkungan jahannam yang membuatnya lupa pada sang Ilahi Rabbi.

Baru iya sadari, bahwa jauh dari Allah itu sangat melelahkan. "Ya Allah, jika bertemu dengan pria berhidung belang itu membuatku jauh darimu, maka panggil saja aku sebagai tamu dalam surgamu"

Tiga jam kini telah berlalu, lantas vania membuka pelan jendela pirang yang menambah nilai plus keindahan kamar tidurnya dan di rasakannya mentari menyapa pagi hari dengan hangatnya senyuman yang mendamaikan hati. kehangatan sang surya dalam situasi sulit yang menyelimuti diri vania, hingga angin pagi yang menyapu tubuh ini sontak membuat vania teringat dengan apa yang telah ia rencanakan.

"Sepertinya ini waktu yang tepat untuk pergi dari sini. vania yakin selama ia mengandalkan Allah dalam sujudnya, semuanya akan baik-baik saja. Bismillah," batinnya dengan niat yang sudah mantap.

Tanpa ragu, Vania melangkah ke arah pintu keluar dengan langkah pelan tanpa alas kaki. Terlihat dua orang pria tinggi yang memiliki tubuh kukuh itu sedang asik mendengarkan lagu.

"Akan kucari suatu benda untuk kubanting ke arah dua pria konyol itu," ide bagus yang akan ia tampilkan untuk mengalihkan kefokus dua pria raksasa itu.

Lantas didapatnya batu kecil pada pot bunga yang ada di samping kirinya. Tak segan, Vania menampilkan aksinya yang mampu membuat dua pria berlari ke arah timur. Tanpa berpikir panjang, wanita manis itu berlari dan membebaskan diri dari pekerjaan kotor yang ia jalani kurang lebih tujuh bulan lamanya.

Suasana jalan yang sepi membuat hati yang semula remuk redam menjadi damai seketika. Diresapinya kicauan burung yang menyapa riang gembira, burung-burung bernyanyi dengan lantunan yang amat merdu, menari riang gembira seakan ingin menghibur wanita malam yang merindukan kasih sayang sang Ilahi Rabbi.

"(Fabiayyi ala irobbikuma takadziban) maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan," ucap vania dengan disempurnakan kalimat syukur yang menghiasi bibirnya kala itu.

Tiga belas jam lamanya, vania yang malang menelusuri jalan raya di kota Bandung dan Mentari pun kini akan pamit pulang. ia terlarut dalam heningnya malam hari, sunyi terasa, tak ada siapapun, hanya ada Vania dan nasib malangnya. Kolong jembatan menjadi saksi bisu perjalanan hidupnya saat ini, saat dirinya meninggalkan jejak-jejak hitam ketika wanita tua itu meminta timbal balik dengan menjadikan Vania wanita santapan lelaki hidung belang.

Sementara di tempat lain, dentuman musik menggema di seluruh penjuru ruangan. Lampu diskotik mendominasi salah satu tempat yang biasa dijadikan sebagai tempat hiburan. Wanita yang menjadi Nyonya atau biasa dipanggil Mommy Cintya itu mengedarkan pandangannya mencari sosok yang sejak pagi tidak terlihat batang hidungnya.

Tangannya bergerak memanggil salah satu bodyguard yang sedang berjaga di sana.

"Kamu cari Vania ke apartemennya, dari pagi anak itu tidak kelihatan. Ingat, jangan sampai dia kabur," ujarnya pada si bodyguard.

Pria bertubuh kokoh itu mengangguk, lalu mengarahkan beberapa temannya untuk menuju ke apartemen Vania. Cintya menghela nafas panjang, dirinya terlalu takut jika sampai Vania berhasil kabur. Cintya sebenarnya sudah tahu bahwa Vania sudah mencoba berbagai macam cara agar bisa kabur dari tempatnya. Itulah mengapa dirinya terkadang memberikan penjagaan ketat pada anak itu.

Sesampainya mereka di sana, salah satu dari mereka membuka pintu apartemen milik Vania. Untung saja Cintya sempat memberi tahu sandi apartemen itu. Pintu hitam itu terbuka, dengan langkah cekatan mereka memeriksa satu persatu ruangan. Namun tidak ada tanda-tanda Vania di sana. Bodyguard itu pun memerintahkan salah Satu temannya untuk menelpon Nyonya mereka untuk memberitahu bahwa Vania sudah kabur dari sana.

Mencintai Dalam Bayangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang