Chapter 29

135 12 3
                                    

Happy Reading 🥰
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Mambruk rela menderita demi melindungi cenderawasih sang kekasih hatinya, bagaimana dengan hati yang dimiliki vania, apakah rela kehilangan cintanya demi melindungi hati yang lain?"

"Saat vania hadir, seisi penjuru hati dan pikiranku hanya disesaki dengan perasaan cemburu, iri dan dengki. Perasaan membuncah dan harapan biadap untuk membuat sosok bernama vania cindy amertha jatuh kejurang kesengsaraan, aku berjanji kau tidak akan pernah Bahagia vania, jika Zahra masih bernafas maka kehidupan Vania hanya diselimuti kesengsaraan, kau harus membayar pengorbananku dimana aku rela menjual tubuhku demi untuk mendapatkan suatu yang sudah kau renggut." batin Zahra yang kini memandangi dekorasi pernikahan Vania dan Gus Ryan ketika dirinya bener-benar berada dipuncak kehancuran karena ini adalah hari dimana laki-laki yang selama ini dikaguminya mengucapkan iklar pernikahan atas nama perempuan yang dibencinya.

"Ayah, akan menggenggam tangan laki laki yang akan   menjadi imam kamu, mengucap iklar pernikahan atas nama Allah, anak perempuan itu tanggung jawab ayahnya, pesan ayah cuma satu nduk, carilah seseorang yang dengannya surga menjadi lebih dekat" ucapan Ayahnya dimasa lalu terngiang lagi seakan kata-kata itu terucap kembali dan dilantunkan langsung oleh mendiang sang Ayah, butiran air mata yang kini tak bisa diembannya menetes membasahi gaun pengantin yang kini dikenakannya.

"Eh...jangan nangis Ning, nanti make upnya rusak lho. Owalah...Vania teh nggak boleh sedih, ini kan hari bahagianya. Aku tau kok Vania ndak mau pisah sama aku karena mulai besok Vania akan tinggal di ndalem, tapi ga pake nangis segala kalek, kan kita masih bisa ketemu. " Mila berucap demikian, dengan senyum menyebalkannya.

"Dih ge'er banget buset."

Mila tersenyum abai, dirinya tengah asik memandangi betapa cabtiknya sahabtnya ini. Bagaimana tidak, Vania benar-benar seperti cindrella, kebaya mewah berwarna putih dengan mutiara asli sebagai hiasannya. Kepalanya dilapisi oleh  hijab berwarna putih senada dengan renda yang sederhana namun elegan dengan satu helai brukat menjuntai kelantai tentunya dengan pernik berlian sebagai pemanisnya.

Semua itu tampak sempurna dengan make up minimalis dengan semburat warna merah tipis dipipi vania dipadukan eyeshadow yang senada membuat perempuan bernama Vania itu terlihat  cantik layaknya blasteran Arab.

"Permisi." Nampak seorang perempuan yang sepertinya seorang santri masuk ke dalam ruang rias.

"Acara akad nikah akan segera dimulai, mempelai perempuan beserta keluarga dipersilakan naik ke dalam mobil menuju tempat acara."

Bi tyas menganggukkan kepala, dengan segera mila memasangkan niqab diwajah vania, tidak lama dari itu, semuanya berjalan keluar dan menuju masjid terbesar di kota Bandung.

"Masyaallah ,Ning Vania cantik sekali" ujar ustadz agam terkagum demikian. Sampai pria itu mendapatkan cubitan keras dari sang istri yang berdiri di sebelahnya.

Lima mobil mewah berbaris rapi dihalaman pesantren, satu mobil hitam mengkilap yang cantik dengan di kelilingi anak bunga yang bermacam rupa dan warnanya ya sebut saja mobil pengantin. Bi Tyas dan Mila dipersilakan memasuki mobil tersebut sedangkan tamu dan keluarga memasuki mobil yang lai.

Mencintai Dalam Bayangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang