EXTRA PART 2

175 12 4
                                    

Happy Reading 💫

Jangan lupa vote!

⚠️⚠️
Dibaca pelan-pelan yaa🤩
.
.
.
.

.
.
.
.
.










Pagi ini, Vania sedang merasakan panas dingin di sekujur tubuhnya. Sejak tadi malam, tubuhnya menggigil hebat karena suhu tubuhnya yang sangat tinggi. Gus Ryan pun memilih untuk tidak pergi ke masjid sholat berjamaah subuh tadi karena Vania terus merengek meminta untuk ditemani. Tabiat Vania sekali apabila perempuan itu sedang sakit, maka sifat manjanya akan keluar dan tentunya akan menjadi rewel seharian penuh.

Seperti sekarang, Gus Ryan tengah memeluk istrinya dengan sesekali menepuk-nepuk pinggang Vania agar tertidur pulas. Ia terkekeh karena ini kali pertama baginya merawat Vania secara langsung. Tangannya terulur mengusap surai Vania, nampak elok dan lihat bagaimana rambut hitam mengkilau itu nampak sangat indah. Gus Ryan begitu menganggumi perempuan yang sudah menjadi istrinya sekarang. Dirinya tak henti-henti mengucapkan kalimat syukur kepada Allah karena telah mempertemukannya dengan perempuan berhati lembut seperti Vania.

"Gus.."

Gus Ryan yang tadinya tengah melamun menyadarkan diri karena mendengar suara lirih dari istrinya. Ia mengusap kepala Vania pelan, "Terbangun, sayang?." Vania menanggapi dengan anggukan sedikit meringis ketika ia memperbaiki posisi tidurnya.

"Kalau masih pusing tiduran saja." Lanjut Gus Ryan, terlintas rasa bersalah dalam dirinya karena sepertinya Vania demam sebab terlalu banyak beraktivitas. Belum lagi Vania harus bolak balik pesantren untuk memenuhi jadwal kelasnya. Vania menggeleng dan memilih bangkit dengan bantuan dari Gus Ryan. Lelaki itu mengambil gelas berisikan air yang terletak di nakas samping tempat tidurnya. Memberikan kepada Vania dan diteguk habis oleh perempuan itu.

Gus Ryan mengambil kembali gelas yang dipegang Vania, lalu ia dengan perlahan menyandarkan tubuh Vania di sandaran ranjang. Merasakan nyeri yang menjalar di hatinya melihat bagimana Vania terlihat sangat pucat dengan penurun panas yang menempel di dahinya.

"Mau sarapan, sayang?."

"Sarapan apa?. Aku nggak mau sarapan bubur, nggak enak." Ujar Vania merengek dengan bibir melengkung membuat Gus Ryan setengah mati menahan gemasnya.

"Umma tadi masak sup ayam, mau?."

Vania mengangguk, lalu Gus Ryan bangkit dari ranjang. Hendak melangkahkan kakinya untuk ke dapur, namun ia merasakan lengannya ditahan. Ia melihat ke arah Vania yang menatap sayu ke arahnya.

"Jangan lama." Gus Ryan terkekeh pelan dan mengangguk. Namun sebelum itu, ia menyempatkan diri untuk mengecup kening istrinya dan melangkah keluar kamar.

Gus Ryan tanpa berlama langsung menuju dapur. Ndalem terlihat sepi, sepertinya semua orang sudah beraktivitas. Ia mengambil piring yang terletak di sebelah meja makan. Lalu mengambil sesendok nasi karena mengingat porsi makan Vania yang sedikit. Setelahnya ia mengambil sop dengan wadah berbeda, menambahkan lebih banyak sayuran agar vitamin dalam tubuh Vania kembali pulih. Tak lupa juga ia mengambil air minum dan menata semuanya di atas napan.

"Lho, Ian. Belum berangkat ngajar?." Gus Ryan mengalihkan pandangannya ke arah Umma Halimah yang datang dengan menenteng plastic hitam di tangan kanannya.

"Ryan hari ini ndak ngajar, Umma. Tadi minta digantikan sama Agam, soalnya demam Vania masih belum turun, Umma."

"Astagfirullah, sudah dikasi obat?."

"Sudah, Umma." Gus Ryan beralih melirik kantong plastik yang dibawa oleh Umma Halimah. "Itu apa, Umma?," tanyanya.

"Oh, iki tadi Mila titipin ketoprak buat Vania. Katanya Vania yang minta."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mencintai Dalam Bayangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang