Extra Chapter 1

187 13 1
                                    

Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.







1 minggu kemudian....

“Mila, woy kampret!. Sini nggak lo, gue pentungin pala lo ya setan!.”

“Ahahaha, nggak boleh gitu dong Ning Vania. ”

“Mesum banget lo setan!!!.”

Ya, di pagi hari yang cerah ini sudah diawali dengan keduhan dua perempuan yang kini tengah kejar-kejaran di lapangan pesantren. Suara Vania menggelegar membuat siapa saja yang berlalu lalang memandang mereka sambil geleng kepala. Mila terus saja berlari, dengan Vania yang dibelakangnya sambil mengangkat sedikit gamis yang ia kenakan. Vania terlampau kesal dengan gadis kelahiran Depok itu.

Bagaimana tidak, semalam dirinya dan Gus Ryan membuka kado-kado yang diberikan oleh para tamu undangan saat acara pernikahan mereka seminggu yang lalu. Vania yang mengingat bahwa Mila juga memberikan kado untuknya pun langsung membuka kado tersebut, tentunya dilihat juga oleh Gus Ryan langsung. Betapa terkejutnya saat keduanya membuka kotak itu terlihat baju yang sangat-sangat Vania kenali. Kalian tau apa itu? Yap, baju lingerie berenda berwarna merah menyala. Lengkap dengan bando dan pernak pernik di sekitarnya. Ah mungkin pun itu tidak bisa disebut baju karena saking tipis dan menerawangnya.

Menyadari suaminya yang ikut berada disana pun membuat Vania salah tingkah. Tak jauh berbeda dengan Vania, Gus Ryan berdehem singkat dan memilih keluar kamar dan membiarkan Vania terdiam mematung di sana. Tak ayal, hal itu membuat keduanya sedikit canggung seharian penuh.

Makanya saat pagi tiba, Vania bergegas menuju asrama untuk mencari Mila. Dan berujung sekarang keduanya saling kejar. Mila berhenti sejenak, mengais nafas dalam karena kelelahan berlari. —Pun Vania turut berhenti, dadanya naik turun sedikit mengais udara sebelum berbicara.

“Sialan lo, gue kira lo polos-polos goblok tau-taunya udah pro.”

Mila yang mendengar itu terkikik congkak, ia memilih duduk di bangku dekat taman kecil depan kelas diikuti juga oleh Vania.

“Yo aku ngasi hadiah spesial, dijamin Gus Ryan seneng pisan,” ucap Mila sambil mengacungkan jempolnya.

Vania memutar bola matanya malas, “Kantin yuk, gue laper banget ini belum sarapan. ”

“Lho piye ki, harusnya kamu teh nyiapin sarapan buat suami. Wahh tidak mencerminkan istri yang berbakti sama suami koe. ”

Vania menggeplak kepala Mila membuat sang empu mengaduh, “Gue udah masak tadi subuh ya kampret. Apa kata lo tadi? Istri gak berbakti?, heh asal lo tau ya gue every day siapin keperluan suami gue bust ke kantor. Terus siapin dia teh, peluk dia kalo mau tidur. Kurang apa lagi coba?"

Mila mencibir kesal mendengar ucapan Vania. Sebelum ia tercengang dengan yang dikatakan perempuan itu.

“Asal lo tau, gue juga kadang cipokan tau sama Gus Ryan. Beuhhh mantep tenan weh.” Vania berucap dengan bangga sambil tersenyum cabul membuat Mila bergidik ngeri.

“IHHH MESUM!.”

“Lah kocak, terserah gue dong. Orang udah halal, ya bebas mau ngapain aja. ”

Mila berdecak kesal, “Udah ah, ayo ke kantin katanya tadi laper. ”

“Ayo.”

Keduanya bangkit lalu melangkah menuju ke kantin. Selama di perjalan, beberapa santri menunduk dan menyapa Vania. Bahkan ada yang terang-terangan menatap tak suka ke arah nya. Vania yang dari sananya tak pedulian pun tidak mengambil pusing. Dirinya bahkan dengan sengaja mengangkat tangannya memperlihatkan cincin pernikahannya yang tersemat di jari manisnya.

Mencintai Dalam Bayangan Where stories live. Discover now