Chapter 22

159 6 4
                                    

"Kenapa kamu melakukan ini semua kepada Vania?."

Mila menatap tajam ke arah Zahra. Keduanya tengah berada di kebun belakang, Mila sengaja membawa Zahra ke sana. Ia harus membicarakan terkait masalah yang menimpa Vania selama ini. Mila rasa sudah cukup penghinaan dan cacian yang diterima temannya itu.

"Maksud kamu apa?."

Mila terkekeh sarkastik, "Kamu kan yang membakar dapur ndalem, bukan Vania?."

Zahra membelalak, bagaimana Mila bisa tahu?. "Jangan asal nuduh ya kamu!."

"Huh?, aku tau semuanya Zahra. Mulai dari kamu mengambil buku harian Vania, kejadian saat acara pesantren, bahkan sampai kamu membakar dapur pun aku tahu."

Zahra kembali dikejutkan. "Kamu jang---"

"Saya nggak habis pikir sama kamu Zahra. Apa yang membuat kamu berubah menjadi iblis seperti ini?." tanya Mila.

Zahra menyeringai, "Aku melakukan semua ini karena wanita itu sudah merenggut pusat kebahagiaan ku Mila. Kamu bahkan sudah tau pasti terkait hal itu. Sejak kedatangannya ke pesantren, semua perhatian Umma Halimah bahkan Gus Ryan terpusat padanya. Ditambah perhatian satu pesantren yang membuat ku merasa muak." Zahra berhenti sejenak, ia menatap Mila dengan serius.

"Kamu tahu bukan, aku sangat tidak suka berbagi?. Tapi anak itu membuatku semakin merasa sakit hati saat tau ternyata Gus Ryan menaruh hati kepada Vania." Zahra terkekeh sarkas, bukan kekehan lelucon yang orang tampilkan seperti biasanya. "Bahkan aku melihat bagaimana perjuangannya mendekati Vania, bagaimana dia rela melakukan segalanya hanya untuk Vania!."

Mila sedari tadi hanya terdiam, dirinya akan memberikan Zahra waktu untuk bicara sebelum dirinya. Ia melihat Zahra menunduk, sepertinya ia menangis. Dilihat dari bahunya yang sedikit bergetar.

"Bahkan hiks.. Umma Halimah pun lebih sering menyuruh Vania memasak makanan kesukaan Gus Ryan Mila.." Lirih Zahra. "Dan hiks.. Saat aku mendengar mereka akan menikah, disini rasanya sakit sekali. KENAPA HARUS DIA YANG MENDAPATKAN CINTA GUS RYAN, SEDANGKAN SAYA YANG SELAMA INI BERJUANG TIDAK MENDAPATKANNYA! APAKAH ITU ADIL HAH?!."

"Zahra cinta itu adalah fitrah. Fitrah Allah kepada setiap hambanya, kita tidak bisa menghalangi siapapun merasakan itu. Termasuk rasa cinta Gus Ryan kepada Vania, itu sudah mutlak atas kehendak Allah. Dengan melakukan kejahatan seperti ini, apakah itu membuahkan hasil seperti Gus Ryan yang memberikan cintanya kepada mu?" Zahra terdiam, dirinya tidak bisa menjawab perkataan Mila.

"Zahra, ikhlaskan semuanya. Dengan kamu seperti ini, akan membuatmu semakin sakit hati. Aku tahu kamu lebih dulu mencintai Gus Ryan, namun hati Gus Ryan sama sekali tidak terikat dengan mu Zahra. Itu sudah fitrah Allah, bahwa kamu memang tidak ditakdirkan bersamanya. Jadi aku mohon hentikan semua ini Zahra. "

" TIDAK!." Mila memejamkan matanya saat suara keras Zahra menolak untuk berhenti melakukan aksinya.

"Aku tidak akan berhenti sebelum Vania benar-benar dikeluarkan dari pesantren ini." Zahra menatap tajam ke arah Mila, "Jangan pernah ikut campur Mila, karena kamu sama bodohnya dengan Vania."

Zahra pun pergi Meninggalkan Mila disana. Mila menggelengkan kepala seraya dalam hati mengucapkan istighfar, dirinya tidak habis pikir dengan pola pikir Zahra. Mila harus extra hati-hati, ia akan terus memantau semua pekerjaan Zahra.


***

Pagi-pagi Vania sudah disibukkan dengan bahan masakan di dapur ndalem. Hari ini memang tugasnya untuk piket disana. Tangannya dengan lihai memotong beberapa sayuran yang akan ia masak. Rencananya setelah dari ndalem, Vania ingin pergi ke pasar sebentar untuk membeli keperluan dapur yang sudah habis.

Mencintai Dalam Bayangan Where stories live. Discover now