00 Prologue

127 39 16
                                    

"Kaichou!"

"Titania Kaichou!"

"Uh.." Gadis berambut pirang itu akhirnya membuka mata. Dia mendapati sang gadis berambut hijau dengan sebelah mata ditutupi perban telah berada di depannya.

"Mira-chan?" Gadis pirang menyebut nama yang sering dia sebut untuk sang sahabat. "Apa kau baik-baik saja? Apa yang lain baik-baik saja?"

"Ya. Aku baik-baik saja," jawab gadis hijau. "Tapi aku tidak tahu dengan yang lainnya. Nampaknya kita semua terpisah di tempat yang berbeda."

"Eh?" Gadis pirang langsung bangkit setelah mendengar itu. "Apa maksud-"

Hingga dia kemudian baru menyadari bahwa sekelompok orang berpakaian seperti ksatria telah mengelilingi mereka dengan mengacungkan masing-masing senjata mereka.

Kedua gadis itu kemudian disuruh berdiri dan dipaksa berjalan oleh para ksatria menuju markas mereka, Kastil Putih, dimana mereka akan dipertemukan dengan pemimpin wilayah itu.

Kedua gadis telah berhadapan dengan sang pemimpin, seorang kakek tua dengan kedua matanya yang putih, juga dikenal sebagai Penyihir Bijak, Merlin si Putih.

Di samping Merlin nampak seorang pria dengan zirah hitam dan wajah yang selalu cemberut.

"Oh. Maaf atas ketidak nyamanan yang kalian rasakan," ucap Merlin saat kedua gadis sudah dihadapkan di depannya. "Jika saja aku tahu bahwa yang jatuh dari langit itu hanyalah dua gadis muda, maka aku hanya akan mengirimkan lebih sedikit orang tanpa menggunakan perlengkapan perang."

"Raja! Jangan tertipu dengan wujud mereka!" Ksatria Hitam menyanggah. "Aku tidak pernah dengar tentang orang yang tiba-tiba muncul dan jatuh dari langit! Bisa jadi mereka adalah mata-mata yang dikirim kerajaan lain!"

"Sir Midnight, anakku. Musuh ataupun bukan, kau tidak seharusnya keras terhadap anak-anak. Mereka juga belum menerangkan bagaimana dari sudut pandang mereka."

"Dimengerti, Raja!" Midnight kembali ke posisinya. Raut wajahnya yang tidak berubah mengindikasikan jika dia tidak mengerti dengan apa yang baru saja diucapkan Merlin.

"Jadi. Siapakah kalian ini, wahai dua gadis yang datang dari langit?" Merlin bertanya.

Gadis pirang mencoba menjelaskannya. Awalnya dia memberitahu nama kota asal mereka, tapi nama itu asing bagi penduduk dunia itu. Hingga sang gadis menjelaskan dengan lebih detail kehidupan di dunianya saat itu. Hal yang cukup membuat semua orang yang mendengar semua itu bingung entah harus mempercayainya atau menganggapnya hanya bualan.

Dan akhirnya gadis itu memberitahu bagaimana saat dia berada di dalam kelasnya bersama murid-murid lain, lingkaran cahaya besar tiba-tiba muncul di bawah kaki mereka. Cahaya itu semakin terang hingga membuatnya tidak sadarkan diri, lalu kemudian dia terbangun dan mendapati dirinya di tempat yang jauh berbeda.

Gadis hijau mengkonfirmasi keterangan gadis pirang, terkecuali dia bangun lebih cepat saat mendengar kuda-kuda yang datang ke arah mereka.

"Dunia tanpa perang? Dunia dimana semua pemimpin bisa hidup berdampingan tanpa memperebutkan wilayah? Dunia dimana seorang pria tidak perlu lagi mengangkat senjata? Hah! Jika ingin berbohong, lakukanlah lebih baik!" Midnight sangat tidak mempercayai cerita sang gadis.

"Tapi aku tidak berbohong!" balas gadis pirang.

"Cukup!" teriak Midnight. "Cepat lemparkan mereka ke dungeon agar kita bisa mengintrogasi dan mengetahui alasan mereka muncul di wilayah Whitegard."

"Mereka tidak berbohong," ucap Merlin sebelum para ksatria membawa pergi kedua gadis. Walaupun Midnight adalah Komandan Ksatria, otoritasnya masih dibawah sang Raja itu sendiri.

"Raja! Apa anda percaya dengan bualan mereka!?" Midnight melawan.

"Sir Midnight. Dan semua orang yang berada di sini. Aku ingin bertanya pada kalian. Apa alasan kalian masih mau mempercayai pria buta ini duduk di singgasana?"

"Kebijaksanaan anda," jawab salah satu ksatria.

"Mata Mistik anda," jawab Midnight. "Mata yang membuat anda mampu melihat semua hal yang ada di Whitegard, termasuk dua orang asing yang tiba-tiba muncul."

"Kalau begitu bagaimana jika kukatakan bahwa Mata Mistik ini tidak melihat kebohongan dari cerita mereka. Malahan aku tidak pernah melihat jiwa seterang matahari seperti dari salah satu gadis itu. Aku mempercayai mereka, Sir Midnight."

"Raja! Mungkin saja mereka menggunakan semacam trik untuk mengelabui mata anda!" Midnight masih bersikeras untuk memasukkan mereka ke dungeon.

"Maka mata ini telah gagal melakukan tugasnya untuk negri ini," jawab Merlin yang kemudian berdiri dengan agak kesusahan. "Mungkin sudah saatnya aku beristirahat. Akhirnya."

"Ck." Midnight memberi isyarat kepada para ksatria yang sempat berhenti untuk membawa kedua gadis itu ke dungeon, agar kembali ke tempat mereka semula.

"Maafkan saya. Kumohon duduklah kembali dan jangan ucapkan itu lagi." Midnight akhirnya nampak lebih tenang. Dia memang egois, tapi dia juga tahu batas kemampuannya. Jika sang ayah angkat turun dari tahta dan dia menggantikannya, maka Whitegard akan lebih cepat ditaklukkan kerajaan lain.

Merlin kembali duduk di atas tahta. "Aku kembali minta maaf atas kelakuan anakku. Dan aku harap kalian memaafkannya. Terkadang dia memang kejam, tapi semua itu demi kerajaan ini. Terlebih di masa perang seperti ini."

"O-Oh. Tidak apa-apa!" balas gadis pirang. "Aku paham jika kalian juga sudah memiliki masalah tertentu. Kami yang harusnya minta maaf karena membuat kalian bingung. Ya kan Mira-chan?"

"Itu benar, Kaichou." Walau nyatanya gadis hijau menyimpan kebencian kepada Midnight yang dianggapnya bersikap berlebihan kepada sahabatnya itu.

"Kalian anak yang baik. Sekarang, bagaimana jika kalian memperkenalkan diri kalian. Seperti yang sempat kalian dengar, aku memang memiliki Mata Mistik yang membuatku bisa melihat semua hal yang ada di wilayah Whitegard. Aku sebenarnya sudah buta, tapi Mata Mistik ini memberiku penglihatan secara vertikal, atau lebih tepat seperti melihat dari atas kepala kalian. Jadi aku tidak dapat melihat wajah maupun pakaian seseorang dengan jelas."

"O-Oh maaf sudah mendengarnya." Gadis pirang merasa kasihan dengan Merlin. Tapi Midnight terlihat tersinggung mendengar itu.

"Hahaha," Merlin tertawa. "Saat aku pertama memberitahu orang. Mereka akan menganggap Mata Mistik ini lebih berharga daripada kebutaanku. Tapi kau malah sebaliknya. Kau memang individu yang unik. Jadi cepatlah beritahu nama kalian."

"B-Baik! Namaku adalah Titania Afilha Sol. Dan ini sahabatku, Tsukino Miranda."

"Titania dan Miranda. Baiklah, aku sudah bisa mengingatnya. Sekarang, apa yang ingin kalian lakukan?"

"Aku ingin tahu apakah teman-temanku yang lain juga ada di sini?" tanya Titania.

"Ah benar. Kau sudah bilang jika lingkaran cahaya yang mengirim kalian berdua ke wilayah Whitegard. Tapi sayang, aku hanya melihat dua dari kalian yang jatuh ke sini. Aku tidak tahu bagaimana dengan kerajaan lain karena mataku tidak bisa melihat yang berada di luar wilayahnya."

Titania nampak terlihat sedih, dan Miranda mencoba menyemangati-nya dengan memegang pundaknya.

"Tapi jika kalian membantuku memperluas jangkauan mataku. Mungkin aku bisa menemukan teman-teman kalian di luar wilayah Whitegard."

"Eh!? Benarkah itu!?" Titania seketika bersemangat mendengarnya.

"Tunggu, Raja! Jangan-jangan kau ingin mereka menjadi itu?" Midnight nampak menduga apa yang direncakan oleh sang ayah dan berharap dia tidak serius soal itu.

"Jadilah ksatria Whitegard dan bantu kami memenangkan peperangan ini."

"Oh siap!" sahut Titania tanpa pikir panjang. Hingga dia kemudian sadar dengan maksud dari Merlin.

"Eh? Apa tadi? Jadi ksatria? Berperang!?"

Perang kan kumenangkan! Pertualangan Titania sang Ketua Kelas untuk menemukan kembali teman-temannya telah dimulai!

-------

00 Prologue

29-02-2024
14-03-2024 (Revisi 1)

1108 kata

Titania - Legenda Putri Matahari (END)Where stories live. Discover now