09 Matahari & Bulan

15 11 0
                                    

"Mira-chan?" Titania terbangun di malam hari dan mendapati jika Miranda yang harusnya sedang terluka dan beristirahat sudah tidak ada. Selimut yang harusnya digunakan untuk gadis samurai itu juga telah berpindah kepada Titania.

Gadis berambut pirang itu-pun mencari sahabatnya itu. Dia tidak berteriak karena tahu jika semua orang membutuhkan istirahat di masa perang yang melelahkan tersebut.

Titania tidak menemukannya di dalam Benteng Ular Putih. Jadi dia mulai mencarinya di luar bangunan.

Suhu udara malam hari di Wulfgard cukuplah dingin. Dan tentu saja tidak akan cocok untuk seseorang yang masih dalam perawatan. Titania berharap dia segera menemukan sahabatnya itu.

Lalu dia mendengar sesuatu dari arah hutan yang berada di dekat benteng. Suara mirip benda tajam yang membelah udara. Titania-pun dengan segera pergi ke arah suara itu.

Dan dia menemukannya. Sang gadis berambut hijau yang sedang berlatih dengan tubuh yang masih diperban.

"Mira-chan? Apa yang kau lakukan? Harusnya kau istirahat!"

"Aku tidak bisa," jawab Miranda yang tidak berhenti mengayunkan katana-nya. "Aku harus mengalahkan ksatria itu."

"Kau tidak perlu melawannya lagi," ucap Titania. "Kita bisa membuat rencana lain untuk menghadapi Helgard. Tapi kau harus pulih dulu."

Ucapan Titania itu akhirnya menghentikan Miranda dari mengayunkan katana-nya kembali.

Titania mendekat dan memeriksa bahu Miranda. Dia mendapati jika luka gadis itu kembali terbuka.

"Lihat apa yang kau lakukan. Lukamu terbuka lagi. Duduklah dulu."

Miranda duduk, lalu Titania mencoba melakukan sesuatu dengan luka gadis itu. Titania lalu meletakkan kedua tangannya ke bagian tubuh Miranda yang terluka.

Healing Flower.

Tangan Titania mengeluarkan cahaya keemasan. Lalu dari tangannya muncul tanaman yang kemudian melilit luka Miranda. Saat Titania mengangkat tangannya, tanaman yang menutupi luka Miranda mulai melakukan penyembuhan sendiri dengan perlahan. Itu adalah tehnik yang sebenarnya Titania pelajari sebelum dia bisa menggunakan cahaya emas untuk bertarung. Tehnik pertamanya sebagai Ksatria Bunga. Tehnik untuk menyelamatkan.

"Sekarang jangan banyak bergerak lagi. Ayo kembali."

Tapi Miranda masih nampak tidak ingin pergi dari tempat itu. Dia tetap duduk dan menatap bulan yang saat itu sedang tertutupi oleh awan gelap.

"Kaichou, maaf. Aku sudah gagal membantumu. Aku masih lemah."

Miranda terdengar sedih mengatakan itu, jadi Titania memutuskan untuk tetap tinggal dan duduk di sebelahnya.

"Kau tidaklah lemah," balas Titania. "Dan kau juga tidak gagal. Akulah yang membuatmu gagal."

"Kau tidak melakukan apa-apa, Kaichou."

"Ya. Dan itulah kegagalanku. Hingga hari ini, aku baru sadar betapa seriusnya dirimu tentang menjadi pedangku. Kau kuat, dan aku selalu mempercayai itu. Tapi hal itu juga yang membuatku tidak pernah meragukanmu,"

"Hingga aku ingat jika kau sekuat ini karena semua latihan pedangmu dengan kakekmu. Kau menjadi kuat karena waktumu lebih sering kau habiskan untuk mengasah kemampuanmu. Dan aku lupa akan hal itu hingga hari ini,"

"Kau bukanlah sang Pemburu Dewa atau si Pembantai. Kau hanyalah gadis yang menjadi kuat karena kerja keras. Aku harusnya berdiri di sampingmu, bukan hanya mengandalkanmu,"

"Karena sekuat apapun dirimu. Kau masihlah sahabatku. Jadi, maafkan aku karena lupa akan hal itu, Mira-chan."

"Jangan minta maaf, Kaichou. Kau tidak salah apapun. Akulah yang salah. Akulah yang terlalu percaya diri akan kemampuanku. Akulah yang berpikir jika aku bisa menebas siapapun yang menghalangi jalanmu."

Titania - Legenda Putri Matahari (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang