06 Pertarungan Uji Coba

13 9 0
                                    

"Raja. Apa maksudnya ini?" Midnight sang Ksatria Hitam nampak menunjukkan ketidaksetujuan-nya kepada Raja Merlin.

"Bagaimana anda membiarkan orang-orang Wulfgard itu memerintah kembali di wilayah yang sudah kita kuasai?"

"Anakku. Kita bertempur bukan untuk menguasai," Merlin menjawab. "Tapi untuk menghentikan perang. Selain itu, Thor sudah setuju agar Wulfgard bergabung dengan Whitegard. Jadi jika kau belum puas, aku bisa memberitahumu apa yang sedang mereka lakukan saat ini."

"Ck. Ini pasti usulan si Ksatria Bunga itu, ya kan? Anda melakukan ini karena dia berkata jika Thor itu adalah salah satu temannya yang hilang, dan kini bisa diajak bekerja sama."

"Bagaimanapun perasaanmu kepada Titania. Tidak bisa dipungkiri jika kemenangan kita terhadap Wulfgard berkat dia dan Miranda. Dan sekarang, kita bisa memfokuskan pasukan untuk menghadapi Helgard."

"Dan anda telah mengirim mereka berdua ke unit Pegasus. Apa anda berpikir jika mereka juga akan memberikan kita kemenangan terhadap Helgard?"

"Aku hanya bisa memprediksi. Bukan melihat masa depan. Dan aku memiliki firasat jika Titania memiliki sesuatu yang kita kira sudah hilang."

Di tempat lain. Titania dan Miranda akhirnya tiba di salah satu wilayah Whitegard bernama Aurora, yang menjadi markas utama para prajurit elit Whitegard, Pegasus.

Kedua gadis itu disambut oleh Glaze, pria paruh baya berambut biru yang merupakan pemimpin dari unit Pegasus, sekaligus ayah dari Lizat.

"Kami sudah menunggu kalian, para Pemburu Serigala," ucap Glaze. Nampaknya mereka sudah mendengar pencapaian kedua gadis itu di Wulfgard.

"Eh? Pemburu Serigala?" Titania nampak bingung dengan julukan itu, sedangkan Miranda tidak terlalu menanggapinya.

"Ya. Aku yakin semua orang sudah tahu tentang dua gadis yang menundukkan para serigala itu. Aku harap kalian juga akan membantu kami menaklukkan Helgard, hahaha."

"Boss. Bagaimana jika kita mencoba kemampuan mereka?" usul seorang pria kurus bernama Gulgall.

"Tunggu dulu. Mereka baru sampai! Biarkan mereka istirahat dulu." Wanita muda dan cukup kecil bernama Faylil nampak tidak setuju dengan usulan Gulgall.

"Faylil. Ini adalah unit Pegasus. Bukan tempatnya orang lemah. Jika mereka dikirim kesini, berarti Raja mengakui kemampuan mereka." Drache, pria dengan tubuh besar berkata.

"Itu benar. Aku juga yakin semua prajurit di sini ingin melihat langsung kemampuan dua gadis yang baru sebulan menjadi ksatria, tapi telah membuat prestasi yang sulit dipercaya." Kali ini Fancy, pria tinggi dan cukup berotot yang berkata.

Melihat bagaimana prajurit lain nampak setuju dengan usulan itu, Faylil-pun menyerah dan kembali ke belakang.

"Hm.. Bagaimana menurut kalian?" tanya Glaze. "Jujur saja. Aku juga ingin melihat kemampuan yang nampaknya dianggap spesial oleh Tuan Merlin itu."

"Aku tidak masalah," jawab Miranda. "Tapi bagaimana denganmu, Kaichou?"

"Eh? Ini agak tiba-tiba, tapi jika ini bisa membangun kepercayaan di antara kita. Aku akan ikut."

"Kalau begitu sudah diputuskan!" ucap Glaze, dan para prajurit nampak langsung bersemangat. "Faylil. Kau yang jadi wasit-nya."

"B-Baik!"

"Jadi. Apa ada lawan khusus yang kau inginkan, atau kami yang pilihkan?" tanya Glaze.

Miranda lalu menunjuk ke arah Glaze. "Aku ingin melawanmu. Aku yakin mengalahkan pemimpin kalian akan membuat kalian tidak banyak bacot lagi."

Titania - Legenda Putri Matahari (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang