12 Pertempuran Camlann

18 10 0
                                    

Kastil Camelot telah terlihat, dengan sepuluh ribu prajurit Helgard yang siap untuk menghadang pasukan musuh yang datang untuk mengakhiri kekuasaan Voltigern.

Pasukan yang akan menghadapi para prajurit dengan zirah hitam itu berjumlah lima ribu, terdiri dari gabungan pasukan Whitegard, dan juga Wulfgard.

"Padahal ini siang, tapi kastil itu terlihat gelap," ucap Titania.

"Aku dengar jika sebelumnya Kastil Camelot itu cerah dan berkilau saat terkena sinar matahari," jelas Fransisca. "Jadi mungkin kau bisa anggap bahwa keadaan kastil itu saat ini mengekspresikan pemimpinnya."

"Ini adalah pertempuran terakhir," ucap Titania.

"Apa kau tidak apa, Kaichou?" tanya Miranda.

"Tidak apa, Mira-chan. Aku sudah siap."

"Itu bagus." Seorang ksatria berzirah hitam mendekat. Dia adalah Midnight, komandan pasukan Whitegard. "Kami tidak mengharapkan kau melakukan kesalahan disini."

"Sir Midnight! Kau datang juga!?"

"Tentu saja! Aku adalah pemimpin pasukan Whitegard, mana mungkin aku tidak datang ke pertempuran sebesar ini."

"Kau tidak adapun tidak akan mengubah apa-apa," ucap Miranda.

"Sialan kau," Midnight hanya bisa menggerutu karena tahu Miranda lebih kuat darinya.

"Titania!" sebut Midnight kemudian. "Aku masih tidak percaya denganmu semenjak kau tiba-tiba muncul di Whitegard dan memutuskan untuk membantu kami. Tapi aku tidak buta dengan apa yang sudah kau lakukan untuk kerajaanku. Dan aku berterimakasih untukmu."

"K-Kau tidak perlu berterimakasih-"

"Aku belum selesai bicara!" potong Midnight.

"Coba lihat ke belakangmu."

Titania melihat ke belakang dan mendapati ribuan prajurit berjajar dengan rapi. Dia lupa jika saat ini dia berada di barisan paling depan. Dia dipercaya untuk memimpin mereka.

Lalu Titania melihat teman-teman yang cukup dia kenal selama tinggal di Whitegard.

Ada Gavern, instruktur ksatria yang melatih Titania dasar bertarung.
Ada 4 gadis- Zaelicia, Roselia, Faye, dan Unilla yang menjadi temannya selama di unit Unicorn.
Lalu ada Lizat yang dulu meremehkannya, tapi berakhir diselamatkan oleh Titania sebanyak dua kali.

Ada juga dari unit Pegasus. Glaze sang kapten unit, lalu bawahan setianya, Gulgall, Faylil, Drache, dan Fancy.

Mereka balas menatap Titania dan memberinya tanda semangat.

"Semuanya menaruh harapannya padamu," lanjut Midnight. "Seperti yang kubilang tadi, aku masih belum percaya padamu sepenuhnya. Tapi aku memohon padamu, tolong wujudkan harapan mereka."

Titania menghela nafas. Dia baru saja menerima beban harapan yang cukup berat. Tapi itu juga memberinya alasan untuk bersungguh-sungguh dan mengeluarkan seluruh kemampuannya dalam pertempuran ini.

"Aku akan berusaha sebaik mungkin!"

"Kalau begitu, tunggu apa lagi? Serang!" Thor memberi isyarat untuk maju dengan memanggil petir.

Melihat tanda itu, pasukan Wulfgard-pun maju lebih dulu. Pasukan yang totalnya 2000 itu nampak sama sekali tidak takut, dan menyerbu layaknya kelompok serigala yang lapar.

"Dasar bocah," ucap Miranda.

"Oi! Kenapa kau yang memberikan sinyal untuk menyerbu!? Harusnya aku yang melakukannya! Aku pemimpinnya disini!" Midnight nampak kesal karena kehormatan untuk memberi perintah menyerang diambil duluan oleh Thor.

Titania - Legenda Putri Matahari (END)Where stories live. Discover now