15 Gadis Bernama Titania

14 10 0
                                    

Gadis itu bermimpi. Dia sedang duduk di samping ayahnya, sama-sama menggunakan pakaian hitam, dan menghadap ke sebuah peti mati dengan foto wanita muda berambut pirang.

"Ayah," panggil gadis yang saat itu masih kecil. "Kenapa mama lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri?"

"Itu namanya prinsip," jawab sang ayah. "Mama meyakini jika membantu orang itu sangat penting, dan dia berpegang teguh akan itu."

"Jika dia tidak berusaha membantu semua orang, maka mama tidak akan sakit dan tidak akan meninggalkan kita." Gadis kecil itu berkata.

"Jangan bilang begitu," balas sang ayah. "Membantu orang itu adalah hal yang mulia. Mama adalah pahlawan bagi orang lain."

Mimpi itu kemudian beralih di dalam kamar sang gadis. Ayahnya sudah pergi untuk berkerja. Dan gadis itu nampak sedang bermain dengan mainannya seperti biasa. Tapi kala itu dia merasa dia tidak ingin bermain.

Dia melihat foto sang ibu di samping tempat tidurnya. Gadis itu-pun bangkit dan mulai melakukan hal lain.

Dia mencoba untuk melakukan pekerjaan rumah agar sang ayah tidak perlu melakukannya lagi. Gadis itu sudah sering melakukan pekerjaan rumah saat bersama ibunya dulu. Jadi dia cukup paham dengan apa yang harus dilakukan.

Gadis itu juga memasak. Tapi dia cukup kesulitan dengan itu. Jarinya terkena pisau dan dia tidak bisa menggapai lemari yang ada di atas. Tapi dia tidak berhenti.

Hingga sang ayah pulang dan menemukan sang anak tertidur di dekat pintu, nampak sedang menunggunya. Dia membawa gadis itu ke dalam, dan cukup terkejut saat melihat masakan yang sudah siap di atas meja.

Sang ayah lalu membawanya ke kamar tidur gadis itu, dan menunggunya bangun untuk makan bersama.

Mimpi kembali berubah. Dan kini dia berada di dalam sebuah ruangan kelas. Dia punya banyak teman, dan dari salah satu temannya dia mendengar tentang gadis pembawa sial.

Gadis itu lalu mencari tahu tentang gadis itu dan menemukan sang gadis berambut hijau dengan sebelah mata yang diperban.

Gadis itu kemudian mendekati gadis berambut hijau.

"Namaku Titania Afilha Sol," gadis itu memperkenalkan diri. "Nama kamu siapa?"

Gadis berambut hijau menatap gadis itu sejenak. Dia tidak tahu apakah gadis itu benar-benar mengajaknya berteman, atau hanya akan mengejeknya seperti yang pernah ada.

Tapi dia juga merasa jika gadis itu berbeda dengan yang lainnya. Jadi, dia akan mencoba untuk mempercayainya.

"Namaku Tsukino Miranda," jawab sang gadis berambut hijau.

"Ah.. baiklah. Ayo kita berteman, Mira-chan!" gadis itu tersenyum. Sebuah senyum kebaikan yang membuat Miranda tersentuh dan ingin menangis.

"Ya, Kaichou."

"Eh?"

Gadis itu akhirnya bangun dari mimpinya. Dia mendapati dirinya sudah berada di dalam sebuah rumah yang terbuat dari kayu dan atap dari ranting pohon dan dedaunan.

"Kaichou.."

Gadis itu mendengarnya lagi. Dia lalu mengikuti arah suara itu dan mendapati seorang gadis berambut hijau yang sedang tertidur sambil duduk di samping tempat tidurnya.

"Kaichou.. cepatlah sembuh," ucap gadis itu dalam tidurnya.

"Mira-chan.."

Miranda perlahan terbangun. Dia langsung terkejut saat melihat sahabatnya itu sudah siuman.

"Kaichou! Apa kau sudah baikan?"

"Aku tidak tahu. Aku rasa jiwaku belum terkumpul sepenuhnya. Ngomong-ngomong, ini dimana?"

Titania - Legenda Putri Matahari (END)Where stories live. Discover now