04 Pertempuran di Benteng Beruang

22 18 4
                                    

Unit Unicorn dari Whitegard mengambil kesempatan atas kemenangan mereka terhadap serangan tiba-tiba Wulfgard, dengan melakukan serangan balasan ke salah satu benteng mereka. Benteng Beruang.

Titania dan Miranda, dua gadis yang datang dari realita lain, dan telah menjadi bagian dari Unicorn selama sebulan, ikut dalam penyerangan itu.

Unit Unicorn yang kebanyakannya adalah prajurit yang belum berpengalaman itu cukup percaya diri setelah kemenangan mereka malam tadi, yang pada dasarnya kemenangan mereka itu berkat Miranda yang menghabisi 100 prajurit Wulfgard seorang diri dan membuat takut sisanya hingga melarikan diri.

Tapi saat benteng musuh sudah terlihat, nyali mereka seketika menjadi ciut. Setidaknya 500 prajurit Wulfgard sudah menunggu kedatangan mereka. Dan di depan para prajurit itu, nampak sosok bertubuh besar dengan rambut dan jenggot lebat merah.

"Itu si Beruang Merah," ungkap instruktur Gavern. "Salah satu komandan Wulfgard yang paling kuat, sekaligus yang paling buas."

Beruang Merah ditemani oleh seorang pendeta dan biarawati di belakangnya. Melihat bagaimana mereka berada di depan para prajurit mengindikasikan bahwa mereka adalah pemimpin pasukan.

Melihat jumlah pasukan musuh dan pemimpin mereka, pasukan Whitegard nampak tidak berani melangkahkan kaki lebih dekat.

Beruang Merah berjalan beberapa langkah ke depan. "Prajurit hebat yang telah membuat takut para anak serigala! Majulah dan selesaikan ini sebagai petarung sejati!"

Teriakan Beruang Merah tidak hanya nyaring, tapi juga menanamkan ketakutan ke dalam seluruh pasukan Whitegard, kecuali satu orang.

"Eh? Mira-chan?" Titania cukup kaget melihat temannya maju sendiri. "Apa kau berniat melawan orang besar itu?"

"Ya. Dia sudah memberikan tantangannya. Aku harus memenuhinya."

"Apa kau yakin bisa menang?"

"Aku tidak pernah melawan Beruang sebelumnya. Jadi ada hal baru yang ingin kucoba."

"Jika kau sudah yakin. Maka baiklah. Aku mengizinkanmu."

"Terimakasih, Kaichou. Tenang saja. Aku tidak akan kalah."

Miranda berjalan maju tanpa ragu hingga ke depan Beruang Merah. Perbedaan tubuh mereka nampak jelas terlihat.

"Apa maumu gadis kecil?" tanya Beruang Merah.

"Bukankah kau mencari orang yang membantai sebagian pasukanmu? Akulah orangnya."

"Hm." Beruang Merah awalnya meragukan itu, tapi melihat tatapan tajam Miranda yang bak seorang pemburu. Dia jadi yakin jika gadis itu tidak berbohong.

"Ayo bertarung," kini Miranda yang menantang. "Siapapun yang menang akan mendapatkan benteng ini."

"Heh. Menarik juga. Aku jadi ingin lihat seberapa mengerikan-nya dirimu itu. Baiklah. Kuterima syaratmu, kedua orang suci dibelakangku ini jadi saksinya. Jika kau menang, kuberikan benteng ini."

Pendeta yang ada di belakang nampak menghela nafas. Dia menyayangkan keputusan itu, tapi sadar jika Beruang Merah susah untuk diatur. Dia-pun mengangkat tangannya untuk menunjukkan jika dia bersedia menjadi saksi-nya.

Kedua petarung lalu bersiap untuk bertarung. Beruang Merah nampak menggunakan sebuah kapak yang cukup besar dan biasanya membutuhkan dua tangan untuk mengangkatnya, walau dengan kekuatannya, dia hanya perlu satu tangan.

Pria besar menyerang lebih dulu. Dia mengayunkan kapak besar-nya ke arah Miranda dengan kuat hingga menghancurkan tanah. Tapi Miranda berhasil menghindarinya.

Titania - Legenda Putri Matahari (END)Where stories live. Discover now