Bab 11: Hans Berhati Batu

10 7 5
                                    

༺༻༺༻༺༻

"Besok bakal ada lagi kata nya? Gila, bisa-bisa badan gwa ancur." ucap Hans sambil berjalan berputar-putar di kandang kuda.

Satya dan Mars yang mendengarkan nya tidak bisa mengatakan apa-apa karena yang ia katakan tidak salah juga, lalu Satya berkata "Ya tapi begini lah bro proses nya, nikmati aja."

Hans bingung dengan yang di katakan sahabatnya itu "Nikmati saja? Buat apa sakit di nikmatin bro?"

"Yang di bilang Satya bener bro, kita gak bisa berpaling dari tanggung jawab, apa maneh lupa tujuan kita kesini?" kata Mars.

"Serius bro? Lu pada mau lakuin yang lu omongin itu?" Hans yang bingung dan kesal, "Sadar bro, kita cuman tiga orang yang gak sengaja nemuin buku itu dan karena itu kita jadi ikut-ikutan masalah sama dunia ini."

"Tapi bro.."

"Dah lah, cukup, pusing pala gwa, mending gwa tidur aja."

"Ya emang harusnya tidur dari tadi." kata Satya.

Lalu Satya dan Mars mulai berbisik-bisik berdua, jauh dari tempat Hans tidur, "Kira-kira Hans bakal lakuin itu gak kata situ bro?" tanya Satya.

"Lakuin apa?" tanya Mars.

"Kabur, nyoba pulang, pergi dari sini."

"Teu nyaho sih, tapi jangan sampe bae." ucap Mars.

Secara mereka tidak sadari Hans sebenarnya belum tertidur dan malah ia dapat mendengar apa yang sedang di bicara kan kedua sabahat nya itu tentang dirinya, Hans berpikir bahwa yang di katakan kedua sahabat nya itu adalah yang ide bagus namun ia juga tahu bahwa akan sangat berbahaya jika pergi dari tempat itu tanpa mengingat jalan-jalan yang telah di lewati sebelum mereka tiba di sini.

Keesokan pagi nya...

NET... NET... NET... NET!!

"Bro, mati alarm jam tangan mu itu." ucap Satya yang masih ingin tidur.

"Geus berang bro... Geura hudang, tar di carekanan ku Jenderal Zakka." kata Mars yang mencoba membangunkan Satya.

Artinya: "Dah pagi bro... Cepet bagun, tar di marahin sama Jenderal Zakka."

"Ah... Si Hans aja dulu, aing masih hayang saré." ucap Satya.

"Dih... Bro bangun bro?" saat Mars menoleh ia terkejut karena Hans tidak ada di sana, "Bro, bro, itu si Hans ngilang bro." ucap Mars sambil mengguncang guncang kan badan Satya agar ia bangun.

Satya bangun perlahan dari tidur nya dan dengan santai berkata, "Chh... Tuh anak udah ku duga bakal lakuin itu, hah... Udah siap-siap dulu aja baru pikir tuh anak."

"Jangan-jangan si Hans dengan apa yang kita omongin pas tadi malem." pikir Mars sambil mengganti baju.

"Mungkin, biasa lah si keras kepala." ucap nya sambil mengganti baju.

Setelah mereka berdua ber siap-siap, mereka pergi menemui Sang Jenderal memberitahu apa yang terjadi, setelah sampai di depan pintu kabin mereka hendak mengetuk pintu namun lagi-lagi Sang Putri yang muncul entah dari mana menghentikan mereka yang akan mengetuk pintu kabin.

"Jenderal ada di kebun, tidak ada gunanya mengetuk pintu." kata Sang Putri dengan nada dingin.

Lalu mereka berdua bergegas pergi menemui Sang Jenderal dan tak lupa mengucapkan terima kasih pada Sang Putri, "Makasih cantik." ucap Satya.

Sang Putri diam saja tidak ada ekspresi di wajah nya setelah Satya mengucapkan itu pada nya, "Chh..."

Lanjut mereka berdua pergi menelusuri kebun atau ladang jagung yang sangat luas mencari keberadaan Sang Jenderal, "Jenderal! Jenderal Zakka!" teriak mereka.

3 Idiot, Pejuang Dan Sang PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang